BAB VIII


.

.

.

Rumah itu sekali lagi berantakan ketika Win bangun keesokan harinya. Kali ini dia memilih untuk meninggalkan semua kekacauan itu dan bergegas pergi bekerja. Tentu saja alasannya sebab dia tidak ingin terlambat. Win membutuhkan pekerjaan ini sekarang lebih dari apa pun. Ayahnya belum menelepon untuk memeriksanya dan Win cukup yakin jika Bright tidak berbicara dengan ibunya atau ayah karena ia tidak mengatakan nya. Win sendiri tidak ingin bertanya padanya karena dia tidak ingin kemarahan Bright pada ayahnya malah akan berimbas pada dirinya sendiri.

.

Karena bagaimanapun juga, Di suatu saat Bright akan meminta Win pergi saat dia kembali ke rumahnya hari ini. Well, Bright tampaknya benar-benar tidak senang pada Win ketika ia bergegas keluar dari kamar tadi malam. Dan Win membalas ciumannya ditambah mengisap bibirnya. Oh Tuhan apa yang Win pikirkan? Ha, dia tidak bisa berpikir. Itulah masalahnya. Bau Bright sangat menyenangkan dan terasa sangat enak dan hal itu cukup untuk dijadikan alasan kenapa Win tak mampu untuk mengendalikan diri. Sekarang,bisa saja dia akan menemukan tasnya di teras ketika pulang bekerja. Setidaknya, Win punya uang untuk tinggal di sebuah motel.

.

Maka, dengan mengenakan celana pendek dan kaus polo Win berjalan ke depan dari kantor menuju pintu depan. Dia perlu absen dan mendapatkan kunci cart minuman. Godji sudah berada di dalam memarahi seorang gadis.

.

"Kau tidak bisa bergaul dengan para anggota. Itulah aturan pertama. Kau menandatangani surat perjanjian Gigie, Kau tahu aturannya. Tuan Joss datang ke sini pagi ini memberi tahu aku bahwa ayahnya tidak senang dengan kejadian ini. Aku hanya memiliki tiga cart. Jika aku tidak bisa mempercayai Kau berhenti tidur dengan para anggota maka aku harus membiarkan Kau pergi. Ini adalah peringatan terakhirmu. Apakah Kau mengerti?"

.

Gadis itu mengangguk. "Ya, Mae Godji. Maafkan aku," gumamnya. Rambutnya yang panjang diikat ekor kuda ke belakang dan kaus polo biru mudanya memamerkan dada yang sangat besar. Lalu ada kaki kecokelatan panjang dan pantat bulat. Dan dia adalah keponakan Godji. Menarik.

Tatapan marah Godji bergeser kepada Win dan mendesah lega.

.

"Oh, bagus, Win kau di sini. Mungkin Kau dapat melakukan sesuatu dengan keponakanku ini. Dia dalam masa percobaan karena dia tidak bisa berhenti bermain mata dengan para anggota saat dia bekerja. Kita bukan tempat pelacuran. Kita adalah country club. Aku akan memasangkan dia dengan Kau untuk minggu depan dan Kau bisa mengawasinya dengan cermat. Dia akan belajar dari Kau. Tuan Joss memuji mu. Dia sangat senang dengan pekerjaan yang Kau lakukan dan memintaku untuk mengijinkanmu bekerja di ruang makan setidaknya dua kali seminggu. Aku sekarang mencari pegawai yang lain, jadi aku tidak bisa untuk memecat Gigie." Dia mengatakan nama keponakannya dengan geraman dan melotot ke arahnya.

.

Gadis itu menundukkan kepala karena malu. Win sendiri merasa kasihan padanya. Namun, karena takut mengganggu kemarahan Godji dia diam saja. Dia tidak bisa membayangkan sedang diteriaki seperti itu. "Ya, Bu." jawab Win saat Godji mengulurkan kunci cart. Segera mengambil kunci-kunci itu dan menunggu Gigie mendekat.

.

"Pergilah dengan dia sekarang, nona. Jangan berdiri di sini dan cemberut. Aku seharus menelepon ayahmu dan mengatakan padanya apa yang Kau lakukan tapi aku tidak melakukannya karena akan membuat kakakku sakit hati. Jadi pergi lah dan pelajarilah beberapa pelajaran moral." Godji menunjuk ke pintu dan Win tidak menunggu lebih lama lagi, dengan langkah pasti Win bergegas keluar pintu dan menuruni tangga.

.

Hm, Win rasa dia akan pergi menyiapkan drink cart (semacam mobil khusus lapangan golf untuk membawa aneka jenis minuman) dan menunggu Gigie di sana.

.

"Hei, tunggu," gadis itu memanggil dari belakang. Win berhenti dan menengok padanya saat ia berlari untuk mengejar ketinggalan.

.

"Maaf, suasana nya begitu brutal disana. Aku berharap Kau tidak pernah menyaksikan atau mendengarnya."

.

Dia...menyenangkan. "Tidak apa-apa,"

.

"Ngomong-ngomong aku Gigie. Ayahku memanggil seperti begitu juga Bibi Godji. Dan kau yang terkenal amat baik Win, aku sudah mendengar begitu banyak tentangmu." Senyuman saat dia berkata memberitahu Win bahwa dia tidak bermaksud demikian.

.

"Aku minta maaf kalau bibimu telah membandingkan diri ku denganmu." Win mengakhiri pandangan ke arahnya dan bibir merah penuh nya melengkungkan senyuman.

.

"Oh, aku tidak berbicara tentang bibiku. Aku sedang berbicara tentang para pria. Terutama Joss yang sangat menyukai mu. Aku mendengar bahwa Kau menyebabkan sedikit kegemparan tadi malam di pesta ulang tahun si jalang Prim. Aku berharap bisa melihat kejadian itu, tapi orang yang dipekerjakan untuk membantu tidak mendapatkan undangan ke acara itu."

.

Win mulai mengisi cart sementara Gigie berdiri di sana menonton. Dia memutar-mutar seikat rambut panjang cokelat di sekitar jarinya dan tersenyum. "Jadi, kau satu-satunya yang dimaksud.

Ceritakan padaku semua tentang hal itu."

.

Tidak banyak yang bisa diceritakan. Win mengangkat bahu dan berjalan masuk ke sisi pengemudi setelah cart-nya terisi. "Aku pergi ke pesta karena aku tidur di bawah tangga di rumah Bright sampai aku punya cukup uang untuk pindah yang mana akan segera terwujud. Ini adalah sebuah kesalahan. Dia tidak suka kehadiranku. Itu saja."

.

Gigie menjatuhkan diri di kursi di samping dan menyilangkan kakinya. "Itu sama sekali tidak seperti apa yang aku dengar. Jenny mengatakan bahwa Bright melihat Joss menyentuhmu dan hilang kendali."

.

"Jenny salah paham. Percayalah. Bright tidak peduli pada siapa yang menyentuhku."

.

Gigie mendesah, "Menyebalkan menjadi orang-orang miskin, bukan? Para pria tampan tidak pernah serius pada kita. Kita hanya pasangan dalam berhubungan seks."

.

Apakah itu arti seks baginya? Apakah dia baru saja terlibat dengan mereka dan menjadi gadis yang mereka campakkan? Dia terlalu cantik untuk itu. Cowok belakang rumah (tetangga) akan tunduk di kakinya. Mereka mungkin tidak memiliki uang jutaan di bank tetapi mereka adalah orang-orang baik dari keluarga baik-baik.

.

"Apakah tidak ada orang yang menarik yang tidak kaya raya di sekitar sini? Orang-orang yang datang ke sini tidak ada yang dapat dipilih. Tentunya kau dapat menemukan seorang pria yang tidak menyingkirkanmu keesokan harinya."

.

Gigie mengerutkan kening dan mengangkat bahu. "Aku tidak tahu. Aku selalu ingin menggaet jutawan, Kau tahu? Menjalani kehidupan yang baik. Tapi aku mulai melihat bahwa tidak kesempatan untukku."

.

Win berjalan menuju hole pertama. "Gigie, kau cantik. Kau layak mendapatkan lebih dari apa yang Kau dapatkan sekarang. Mulailah berburu seorang pria di tempat lain. Temukan satu yang tidak menginginkan Kau hanya untuk seks. Temukan satu yang menginginkan Kau. Hanya Kau."

.

"Sialan, aku mungkin baru saja jatuh cinta pada mu juga sekarang," jawabnya menggoda dan tertawa. Dia menopangkan kakinya di dasbor saat aku bergerak menuju pegolf pertama pagi hari. Win tidak melihat seorang pria muda di mana pun. Mereka bukan lah tipikal orang yang suka bangun pagi. Untuk beberapa saat, Win tidak perlu khawatir tentang menjaga Gigie dari tindakan menjijikkan di semak-semak atau di mana pun itu dia melakukan saat bekerja.

.

.

.

.

.

Empat jam kemudian, ketika mereka berhenti ke hole ketiga untuk ke tiga kalinya Win mengenali Joss dan teman -teman nya. Gigie duduk tegak di kursinya dan ekspresi bersemangat di wajah, menempatkan Win dalam siaga tinggi. Dia seperti anak anjing kecil menunggu seseorang untuk melemparkannya tulang. Jika Win tidak menyukainya dia bahkan tidak akan repot-repot membantu Gigie mempertahankan pekerjaan ini. Menjadi pengasuh nya tidak ada dalam deskripsi pekerjaan, right.

.

Joss mengerutkan kening ketika Win berhenti di samping mereka. "Kenapa kau mengiringi Gigie berkeliling?" Tanyanya saat dia benar-benar berhenti.

.

"Karena dia membantu menjagaku dari teman sialanmu dan membuat mu arah. Kenapa kau pergi dan memberitahu Bibi Godji?"

.

Dia cemberut, menyilangkan lengannya di depan dada berisi miliknya. Win jadi tak ragu setiap orang yang berdiri di sekitar mereka memusatkan perhatian pada dada besar miliknya.

.

"Aku tidak meminta dia untuk melakukan itu. Aku memintanya mempromosikan Win bukan berpasangan denganmu," bentaknya, dan mengeluarkan ponsel dari sakunya. Apa yang dia

lakukan?

.

"Siapa yang kau telepon?" Tanya Gigie dengan nada panik dalam posisi duduk tegak.

.

"Godji," hardiknya.

.

"Tidak tunggu," kata Gigie dan Win pada waktu yang sama.

.

"Jangan hubungi dia. Aku baik-baik. Aku suka Gigie. Dia pasangan yang baik." Win coba meyakinkannya. Aneh, Joss terdiam sesaat tapi tidak menutup telepon.

.

"Godji, ini Joss. Aku sudah berubah pikiran. Aku ingin Win di dalam empat hari dalam seminggu. Kau dapat menggunakan nya di lapangan pada hari Jumat dan Sabtu karena begitu sibuk dan dia adalah yang terbaik yang Kau miliki, tetapi untuk sisa waktunya aku ingin dia di dalam." Dia tidak menunggu jawaban sebelum mengakhiri panggilan tersebut dan menjatuhkannya ponsel nya kembali ke saku celana pendek kotak-kotak kaku nya. Pada orang lain hal tersebut tampak konyol tapi orang seperti Joss bisa menghilangkan kesan konyol itu. Kemeja polo putih yang ia kenakan pas di badan nya. Win bahkan tidak akan terkejut jika itu adalah merek baru.

.

"Bibi Godji akan menjadi gila. Dia telah meminta Win menjaga aku selama beberapa minggu. Siapa yang akan menjagaku sekarang?" tanyanya melayangkan tatapan sensual ke arah Jirayu.

.

"Kawan tolonglah, jika Kau sedikit saja menyukai ku, alihkan pandanganmu dan biarkan aku membawanya kembali ke rumah klub hanya untuk beberapa menit. Tolong," Jirayu memohon sambil minum di hadapan Gigie yang duduk di sana dengan kakinya di dasbor sedikit terbuka sehingga selangkangannya terlihat jelas. Celana pendek yang dia kenakan terlalu pendek dan ketat hingga meninggalkan banyak hal untuk diimajinasikan dalam posisi seperti itu.

.

"Aku tidak peduli apa yang Kau lakukan.Tiduri dia jika kau mau Tapi kalau ayah mendengar kabar itu lagi aku harus memecatnya. Dia malu mengenai keluhan itu."

.

Win tahu dia bukan tipikal manusia yang akan mati-matian membelanya jika dia dipecat. Dia akan membiarkannya pergi dan melanjutkan hidupnya. Tak ada cinta dalam tatapannya hanya nafsu.

.

"Gigie, jangan," Win memohon pelan di sampingnya. "Pada malam aku saat aku libur, kau dan aku akan pergi keluar dan kita akan menemukan beberapa tempat di mana para pria menghargai mu. Jangan sampai Kau kehilangan pekerjaan gara-gara dia," Win berbicara begitu pelan hanya Gigie yang bisa mendengarnya. Yang lain tahu bahwa Win mengatakan sesuatu kepadanya tetapi mereka tidak tahu apa.

.

Gigie memalingkan tatapannya dan menarik lututnya bersama-sama. "Benarkah? Kau akan pergi keluar denganku dan mencari pria? Serius?"

.

Win mengangguk dan senyum merekah di wajahnya. "Deal. Kita akan pergi honky-Tonking. Aku harap Kau memiliki beberapa sepatu boot."

.

"Aku dari Alabama. Aku memiliki sepatu bootku sendiri, celana jeans ketat dan pistol," jawab Win sambil mengedipkan mata.

.

Dia terkekeh dengan keras dan menurunkan kakinya. "Oke guys apa yang kalian ingin minum? Kami punya hole (lubang golf) lainnya untuk di kunjungi," katanya melangkah keluar dari cart dan berjalan ke belakang. Win menghela nafas lega, mengikutinya, membagikan minuman dan menerima uang pembayarannya.

.

Jirayu sendiri masih mencoba untuk meraih pantat Gigie beberapa kali dan berbisik di telinganya. Namun Gigie akhirnya berbalik dan tersenyum padanya. "Aku sudah selesai menjadi teman bercintamu. Aku akan keluar dengan sahabatku disini akhir pekan ini dan kami akan menemukan

beberapa pria sejati. Tipe pria yang tidak memiliki dana perwalian, tetapi memiliki kapalan di tangan mereka akibat dari kerja keras. Kupikir mereka tahu bagaimana membuat seorang gadis merasa benar-benar istimewa."

.

Win harus menahan tawa yang meluap di dalam dadanya melihat ekspresi kaget Jirayu. Dia tersenyum menyalakan mobil cart saat Gigie melompat kembali di sampingnya.

.

"Sialan, rasanya menyenangkan. Ke mana saja Kau selama ini?" Tanyanya menepukkan tangannya saat Win melaju memberi senyuman dan melambaikan tangan pada Joss saat mereka menuju ke lubang berikutnya. Win sudah melewati hampir semua lapangan kemudian berhenti untuk mengisi kembali. Tak ada masalah lagi. Dia tahu mereka mungkin bisa melihat Joss dan teman-temannya lagi tapi Win percaya Gigie bisa mempertahankan pendiriannya. Gigie telah mengobrol dengan riang gembira tentang segala sesuatu dari warna rambutnya hingga kehamilan terakhir yang mereka takuti dengan seorang pekerja dan anggota.

.

Win tidak memperhatikan anggota pada hole pertama. Dia hanya berkendara dan mencoba berkonsentrasi pada obrolan tak berujung Gigie. Kata Gigie "Omong kosong" menarik perhatiannya hingga Win melirik ke arahnya dan kemudian mengikuti tatapannya ke pasangan pada hole pertama. Bright bisa langsung dikenali. Celana pendek cokelat yang dikenakannya dan kaos polo biru pucat yang nyaman tampak begitu cocok dengan nya. Baju itu tidak cocok dengan tato yang Win tahu ada di punggungnya. Dia adalah anak seorang rocker dan darah itu mengalir dalam dirinya bahkan dengan pakaian pegolf yang di tubuhnya. Dia memutar kepalanya dan matanya bertemu dengan Win. Sial, Dia tidak tersenyum. Dia melihat kearah lain seolah tidak melihatnya. Tidak ada pengakuan. Tidak ada.

.

"Dasar jalang," bisik Gigie. Win kembali mengalihkan pandangan dari Bright kepada gadis yang bersamanya. Vachirawit Prim, atau Prim sebagaimana Bright memanggil nya. Adiknya. Sesuatu yang tidak suka dia bicarakan.

.

Gadis cantik itu mengenakan rok putih kecil yang tampak seperti ia bersiap-siap untuk pergi bermain tenis. mengenakan polo biru yang sesuai dan topi putih yang bertengger di atas rambut berombaknya.

.

"Kau bukan penggemar Prim?" Win sudah tahu jawaban jawabannya dari komentarnya. Gigie tertawa pendek. "Eh, tidak. Dan kau juga tidak. Kau musuh nomor satu untuknya. "

.

Apa maksudnya? Win tidak bisa bertanya karena mereka telah berhenti hanya enam meter dari tee (paku untuk bola golf) dan duo kakak beradik itu.

.

Win tidak mencoba untuk melakukan kontak mata dengan Bright lagi. Dia tampaknya tidak ingin berbasa-basi.

.

"Kau bercanda. Joss mempekerjakannya?" Prim mendesis.

.

"Jangan," jawab Bright dengan nada peringatan. Win tidak yakin apakah ia mencoba melindungi adiknya atau Win atau hanya mencoba untuk menghentikan sebuah adegan drama. Apa pun alasan nya itu mengganggu.

.

"Bisakah aku mengambilkan minuman untuk kalian?" Tanya Win dengan senyum yang sama yang dia berikan pada setiap anggota lainnya ketika mengajukan pertanyaan ini.

.

"Setidaknya dia tahu tempatnya," kata Prim dengan nada sinis sedikit geli.

.

"Aku minta Corona (beer). Dengan lemon, tolong," kata Bright.

.

Win memandangnya dan matanya bertemu milik Win sekilas sebelum ia berpaling ke Prim. "Pesanlah minuman. Cuacanya panas," katanya.

.

Prim menyeringai pada Win dan menaruh tangannya yang terawat baik di pinggul. "Sparkling water (soda). Seka botolnya karena aku benci air yang keluar hingga membuatnya basah."

.

Gigie meraih ke dalam pendingin dan mengeluarkan soda. Win kira Gigie khawatir jika dia akan melemparkannya ke kepala Prim. "Aku belum pernah melihatmu di sini akhir-akhir ini, Prim," kata Gigie sambil menyeka botol dengan handuk yang telah kami sediakan untuk alasan ini.

.

"Mungkin karena Kau terlalu sibuk di semak-semak dengan hanya Tuhan yang tahu dengan siapa kau membuka kakimu, bukannya bekerja," jawab Prim penuh cemooh.

.

Win benci mengakui jika dia menyebalkan, dia bahkan menggertakkan gigi dan membuka penutup Corona Bright. ingin melempar minuman ke wajah sinis Prim.

.

"Cukup, Prim," Bright memarahinya pelan. Apa dia anak Bright? Bright bertindak seperti Prim berusia lima tahun. Dia sudah dewasa untuk menangis dengan suara nyaring.

.

Segera menyerahkan Corona kepada Bright hati-hati untuk tidak melihat Prim. Dia benar-benar tidak berharap agar Bright menatapnya. Namun sebaliknya, matanya bertemu mata tajam Bright saat ia mengambil botol.

.

"Terima kasih," katanya dan menyelipkan tagihan ke dalam saku. Win tidak punya waktu untuk bereaksi sebelum ia melangkah pergi menggandeng Prim.

.

"Ayolah dan tunjukkan bagaimana Kau masih tidak bisa mengalahkan aku di sini," kata Bright dengan nada menggoda. Prim menyenggol lengan Bright dengan bahunya. "Kau akan kalah." Rasa suka yang tulus dalam suara Prim saat ia berbicara dengan Bright mengejutkannya. Win tidak bisa membayangkan seseorang yang kelihatannya seperti Bright, bersikap baik kepada siapa pun.

.

"Mari kita pergi," desis Gigie, meraih lengan Win. Sadar jika dia telah berdiri di sana menonton keduanya berlalu layaknya idiot. Win mengangguk dan mulai berbelok ketika Bright melirik ke belakang ke arahnya. Senyum kecil menyentuh bibirnya dan kemudian dia melihat Prim lagi menceritakan klub mana yang akan digunakan. Saat-saat mereka sudah berakhir. Bahkan jika itu disebut sebuah peristiwa.

.

Setelah dua manusia bermarga Vachirawit itu berada di luar jangkauan pendengaran, Win melihat

Gigie. "Mengapa Kau mengatakan itu tentang aku menjadi musuh nomor satu?"

.

Gigie menggeliat di kursinya. "Sejujurnya, aku tidak tahu persis. Tapi Prim posesif kepada Bright. Semua orang tahu bahwa..."dia terhenti dan dia tidak mau menatap kedalam mata Win. Dia tahu sesuatu tapi apa yang dia tahu? Apa telah yang Win lewatkan?

.

.

.

.

[w/n : SORRY FOR TYPO'S]

©BADUTBRIGHTWIN

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top