BAB IX


.

.

.

Beberapa mobil diparkir di luar ketika Win pulang ke rumah Bright setelah bekerja. Paling tidak Win tidak akan memergoki Bright berhubungan seks. Karena sialnya, sekarang dia tahu seberapa hebat ciumannya itu dan betapa menyenangkan rasanya saat tangan Bright berada di tubuhnya, Win benar-benar tidak yakin dia bisa menahan diri jika melihat Bright melakukan hal itu dengan orang lain. Konyol. Tapi itu benar.

.

Membuka pintu dan melangkah masuk. Musik seksi terdengar sangat keras dari 'sound system' yang ada di setiap ruangan. Ya, setiap kamar kecuali kamar yang Win tempati. Dia mulai melangkah ke dapur ketika mendengar seorang perempuan mengerang. Perutnya tiba-tiba melilit. Mencoba untuk mengabaikan, tapi kakinya serasa tertanam kuat di lantai marmer. Dia terpaku ditempat detik itu juga.

.

"Ya, Bright, baby, seperti itu. Lebih keras. Hisap lebih keras." Dia berteriak dan Win benar-benar cemburu dibuatnya, sial itu membuatnya merasa marah. Dia seharusnya tidak peduli. Bagaimanapun Bright hanya menciumnya sekali dan Win malah membuatnya mengumpat pergi.

.

Dengan tak sadar Win malah bergerak ke arah suara itu meskipun dia tahu 'itu' adalah sesuatu yang tidak ingin dia lihat. Rasanya seperti ditabrak kereta api namun dia benar-benar tidak bisa menahan diri untuk tidak melihatnya bahkan jika dia tidak ingin itu membuat otaknya mendidih.

.

"Mmmmm yes, tolong sentuh aku." pintanya. Win ingin menarik diri tapi dia tetap menuju kesana. Melangkah ke ruang tamu, hanya untuk menemukan mereka di sofa. Baju atasan perempuan itu benar-benar telah terlepas dengan salah satu putingnya berada di mulut Bright sementara tangan Bright bermain di antara kedua kaki perempuan itu.

.

Win tidak bisa melihat ini. dia harus keluar dari sini. Sekarang.

.

Berputar, bergegas ke pintu depan, tidak peduli apakah Bright mengetahui keberadaannya atau tidak. Detik berikutnya Win sudah berada di dalam truk dan keluar dari jalan masuk sebelum salah satu dari mereka menyadari bahwa mereka telah terlihat.

.

Bright melakukan itu di sana, di sofa dimana semua atau siapa saja bisa masuk dan melihat apa yang mereka lakukan. Terlebih lagi, Bright juga tahu jika Win bisa pulang setiap saat. Faktanya adalah, Bright ingin Win melihatnya. Dia mengingatkan Win bahwa dia adalah sesuatu yang tidak bisa Win miliki.

.

Win mengemudikan truk ke arah kota dengan marah pada dirinya sendiri karena membuang bensin. Harusnya dia berhemat. Dia mencari telepon umum tapi tidak dapat menemukannya di mana pun. Era telpon umum sudah lama berlalu. Jadi, jika kamu tidak memiliki ponsel maka kau akan celaka. Lagipula Win tidak yakin siapa yang akan dia telepon. Dia bisa saja menelepon Jimin. Tapi, seingatnya dia tidak berbicara dengannya sejak pergi minggu lalu. Biasanya mereka berbicara setidaknya sekali seminggu. Tapi tanpa telepon Win tidak bisa melakukan itu.

.

Mengingat sesuatu, Win punya nomor Frank yang tersimpan di tas. Tapi untuk apa dia menelponnya? Itu sangat aneh. Win tidak tahu apa yang akan dia katakan pada nya.

.

Win menepi ke tempat parkir dari satu-satunya kedai kopi di kota dan memarkir truk. Dia bisa pergi minum kopi dan melihat majalah selama beberapa jam. Mungkin saat itu Bright sudah selesai dengan kegiatan bercintanya di bawah tangga. Jika dia sedang mencoba untuk memperingatkannya, Win telah menerimanya dengan tegas dan jelas. Bukan berarti dia tidak membutuhkannya. Win sudah menerima kenyataan bahwa pria semacam Bright itu bukan untuknya. Lagipula Win lebih menyukai gagasan menemukan pria baik dengan pekerjaan biasa. Pria yang akan menghargainya tanpa memandang rendah status serta kedudukannya.

.

Melompat turun dari truk dan mulai menuju kedai kopi ketika tak sengaja melihat Gigie dengan Johoon didalam. Mereka sedang berdiskusi panas di meja paling pojok belakang tapi Win masih bisa melihat mereka melalui jendela. Setidaknya Gigie telah mengajaknya keluar.

.

Win berharap yang terbaik untuknya dan membiarkannya sendiri. Dia bukan pengasuh gadis itu. Dan mungkin bahkan mungkin lebih tua darinya. Setidaknya Gigie tampak lebih tua. Win yakin dia bisa mengambil keputusan sendiri dengan siapa dia ingin menghabiskan waktu nya.

.

Udara asin laut menggelitik hidung saat Win berjalan menyeberangi jalan menuju ke pantai. Setidaknya, Dia bisa sendirian disana. Suara ombak menabrak karang begitu menenangkan. Berjalan perlahan sambil menatap deburan ombak, tiba-tiba Win kembali teringat sang ibu. Dia bahkan membiarkan dirinya untuk mengingat sang kakak, itu adalah sesuatu yang sangat jarang dia lakukan karena rasanya terlalu menyakitkan setiap saat.

.

Hanya malam ini, Malam ini Win ingin merasakannya. Win butuh mengingat bahwa dia pernah mengalami hal yang jauh lebih buruk daripada tingkah bodoh seorang pria yang benar-benar sama sekali bukan tipenya. membiarkan kenangan yang lebih baik membanjiri pikiran dan kembali berjalan.

.

Sudah hampir tengah malam ketika Win naik ke truk dan kembali ke jalan menuju rumah Bright, tidak ada mobil di luar rumah. Siapa pun yang ada di sini sekarang telah pergi. Win menutup pintu rumah dan berjalan menuju tangga. Lampu depan membuat rumah terlihat temaram dan menakutkan di malam hari. Sama seperti Bright.

.

Pintu terbuka sebelum Win sampai di sana dan Bright berdiri di sana memenuhi pintu masuk. Dia di sini untuk memberitahu Win untuk pergi. Lagipula Win juga mengharapkan hal itu. Namun Bright bahkan tidak bergeming. Sebaliknya, Win melihat sekeliling mencari kopernya.

.

"Ke mana saja kau?" Tanyanya dengan suara serak yang dalam. Win mengarahkan tatapan padanya. "Apakah itu penting?"

.

Dia melangkah ke luar pintu dari menutup dan mempersempit ruang antara keduanya. "Karena aku khawatir."

.

Bright khawatir?

.

Win menghela napas dan menyibak rambut yang terus saja terbang menutupi mata. "Aku mengerti bahwa kenyataan sulit dipercaya. Kau terlalu sibuk dengan perusahaanmu malam ini untuk memperhatikan hal lain." Win tidak bisa menjaga kepahitan yang keluar dari mulutnya.

.

"Kau datang lebih awal dari yang ku harapkan. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu untuk melihat hal itu."

.

Sepertinya perkataan Bright membuat Win lebih baik. "Aku pulang ke rumah pada waktu yang sama tiap malam. Aku pikir kau ingin aku melihatnya. Kenapa, aku tidak yakin. Aku tidak punya perasaan padamu, Bright. Aku hanya perlu tempat untuk tinggal selama beberapa hari lagi. Aku akan pindah dari rumahmu dan hidup sendiri."

.

Bright mengumpat kemudian menatap langit sesaat sebelum melihat ke arah Win. "Ada hal tentangku yang kau tidak tahu. Aku bukan salah satu dari pria yang bisa kau kuasai. Aku memiliki ruang. Sangat luas. Terlalu luas untuk orang sepertimu. Aku mengharapkan seseorang yang begitu berbeda mengingat aku sudah bertemu ayahmu. Kau tidak seperti dia. Kau adalah segalanya orang inginkan tapi aku harus menjauhinya. Karena aku tidak baik untukmu."

.

Win tertawa keras. Itu adalah permintaan maaf terburuk untuk perilakunya yang pernah dia dengar. "Benarkah? Itu kah hal yang terbaik yang kau punya? Aku tidak pernah memintamu sesuatu yang lebih dari sebuah kamar. Aku tidak mengharapkanmu menginginkanku. Aku tidak pernah melakukannya. Aku sadar bahwa aku dan kau berada di dua dunia yang berbeda. kau berada di dunia yang tak pernah kubayangkan akan kugapai. Aku bukan orang yang tepat. Bright."

.

Bright meraih tangan Win dan menariknya jatuh ke dalam pelukan. Tanpa sepatah kata pun, dia mendorong Win ke dinding dan mengurungnya dengan kedua tangan yang menekan dinding tepat disamping kepala Win. "Aku bukan orang yang kau pikirkan dalam kepalamu. Tanamkan itu. Aku tidak bisa menyentuhmu. Aku begitu ingin menyentuh mu hingga terasa menyakitkan seperti sebuah siksaan tapi aku tidak bisa. Aku tidak ingin menyakitimu. Kau...kau terlalu sempurna dan tak tersentuh. Dan pada akhirnya kau tidak akan pernah memaafkanku. "

.

Debaran menyakitkan menghatam hati Win. Kesedihan di mata Bright bukan sesuatu yang mampu Win lihat di luar. Mungkin, Win masih bisa melihat emosi di kedalaman mata itu. Dahinya berkerut seolah-olah ada sesuatu yang menyakitinya.

.

"Bagaimana jika aku ingin kau menyentuhku? Mungkin aku bukan tak tersentuh. Mungkin aku sudah tercemar." Tubuhnya tak tersentuh tetapi menatap ke mata Bright, Win benar-benar ingin mengurangi sakit nya. Dia tidak ingin Bright menjaga jarak. Win ingin membuatnya tersenyum. Wajah tampannya tidak seharusnya terlihat begitu menakutkan.

.

Perlahan Bright menjalankan jarinya menelusuri sisi wajah Win dan menelusuri lekuk telinga sembari dia menggosokkan jempolnya diatas dagu lancip Win. "Aku sudang melakukannya dengan banyak orang, Maetawin. dan percayalah, aku belum pernah bertemu dengan orang yang sangat sempurna sepertimu. Tatapan polosmu berteriak padaku. Aku ingin membuka setiap inci pakaianmu dan mengubur diriku di dalam dirimu, tapi aku tidak bisa. Kau melihatku malam ini. Aku adalah bajingan. Aku tidak bisa menyentuhmu."

.

Win telah melihatnya malam ini. Dan dia juga telah melihatnya di malam yang lain juga. Bright melakukannya dengan banyak gadis, tapi dia tidak ingin menyentuh Win, kenapa? Dia pikir Win terlalu sempurna. Win berada di atas awan dan Bright ingin menjaga nya di sana.Mungkin Bright harus seperti itu. Win tidak bisa tidur dengannya dan tidak memberinya sepotong hatinya. Bright sudah bersusah payah menjaga diri nya. jika Win membiarkan Bright memiliki tubuhnya, Bright bisa saja menyakitinya dengan cara yang tidak pernah terbayangkan.

.

Pertahanan dirinya akan runtuh.

.

"Oke," kata Win. Dia tidak akan berdebat. Ini benar. "Bisakah kita setidaknya berteman? Aku tidak ingin kau membenciku. aku ingin berteman." kini terdengar menyedihkan. Win merasa sangat kesepian, Win membungkuk untuk memohon agar memiliki teman.

.

Bright menutup matanya dan mengambil napas dalam-dalam. "Aku akan menjadi temanmu. Aku akan mencoba sekuat tenaga untuk menjadi temanmu, tapi aku harus berhati-hati. aku tidak bisa terlalu dekat. Kau membuatku menginginkan hal-hal yang tak bisa ku memiliki. Tubuhmu yang kurus dan manis terasa terlalu luar biasa jika berada di bawahku" Bright merendahkan suaranya dan mendekatkan bibirnya ke telinga Win, "dan rasa tubuhmu itu memabukkan. Aku memimpikan tentang hal itu. Aku berfantasi tentang hal itu. Aku tahu kau akan terasa sangat lezat di dalam...bagian...Yang lainnya."

.

Win bersandar padanya dan menutup mata saat napas Bright terasa berat di telinganya. "Kita tidak bisa. Sialan. Kita tidak bisa. Teman, Metawin sayang. Hanya teman," bisiknya kemudian menjauh dari Win dan berjalan menuju tangga meninggalkan Win bersandar ke dinding dan memperhatikannya pergi. Dia tidak bisa bergerak. Tubuhnya mendesis akibat kata-kata dan kedekatannya.

.

"Aku tidak ingin kau berada bawah tangga sialan. Aku benci itu. Tapi aku tidak bisa membawamu kesini. Aku tidak akan pernah bisa menjauh darimu. Aku ingin kau aman," kata Bright tanpa melihat ke arah Win. Tangannya mencengkeram pagar di tangga sampai buku-buku jarinya memutih. Bright berdiri di sana satu menit lagi sebelum memaksa dirinya untuk melangkah pergi dan menaiki tangga. Ketika Win dengar pintu tertutup dia merosot ke lantai.

.

"Bright sialan. Bagaimana kita bisa seperti ini? Aku butuh jarak," bisiknya pada ruang kosong. Win harus menemukan orang lain sebagai fokus barunya. Seseorang yang bukan Bright. Seseorang yang bersedia. Itu satu-satunya cara agar tidak jatuh terlalu jauh. Bright sangat berbahaya untuk hatinya. Jika mereka akan menjadi teman maka Win harus menemukan orang lain untuk memusatkan perhatian. Secepatnya.

.

.

.

.

.

[w/n : SORRY FOR TYPO'S]

©BADUTBRIGHTWIN

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top