Jurnal 3 - 6

Entry No. 3

Sepertinya jurnal yang seharusnya menjadi sejenis logbook akan diselipi dengan perasaan pribadi. Jadi, mungkin ini akan berubah menjadi sejenis buku harian? Semoga saja tidak terlalu.

Ok.

Ada hal yang menyebalkan ketika aku bangun tidur hari ini. Xi tidak membangunkanku di saat aku harusnya giliran jaga! Gadis itu malah membiarkanku tidur sampai subuh ketika aku bangun sendiri. Bukannya aku sok kuat atau apa, tetapi itu sudah jadi tanggung jawab yang sudah dibagi-bagi sebelumnya. Kalau aku tidak melaksanakannya, artinya aku sudah termasuk orang yang tidak bertanggung jawab. Itu tidak keren sama sekali.

Aku yang seorang laki-laki harusnya bisa melindungi mereka seperti seorang pria sejati, terutama perempuan dan anak-anak. Namun, ketika aku menasihatinya seperti itu, Xi malah balik mengomel! Katanya ia bisa saja menggorok leherku saat aku tidur. Apa maksudnya coba?! Lalu setelahnya, gadis itu melengos pergi dengan tak acuh. Uh, kadang perempuan bisa sangat menyeramkan dan membingungkan.

Setelah insiden itu, aku langsung berjaga sampai pagi seperti yang telah disepakati sebelumnya.

Perjalanan kemudian dilanjutkan pagi-pagi. Untuk mengusir kebosanan karena kemungkinan aku tidak akan dianggap oleh Xi, dan Edda terlalu pendiam sehingga mungkin tidak akan menanggapi perkataanku, aku memeriksa senjata apa saja yang masih ada. Dua pedang pendekku masih bisa dipakai, hanya perlu diasah sedikit. Busurku ... patah. Sayang sekali padahal busur itu sangat berguna saat berburu. Dengan berat hati aku meminta bantuan Edda. Ternyata gadis itu mau membantu! Wah, tidak kusangka. Gadis itu memang sangat berbakat. Busurku bagus lagi dalam sekejap mata.

Mobil bergerak tak keruan. Sepertinya jalanannya sangat berbatu. Beberapa kali guncangan kurasakan sampai barang-barang AYX bergeser dan menimpa kepalaku. Sakit! Aku yang penasaran mencoba memeriksa apa saja isinya. Ternyata ada beberapa barang aneh yang tak kumengerti dan makanan-makanan kering. Mungkin itu hasil penjualan di Direland. Entahlah. Ingin rasanya kusingkirkan barang-barang ini agar tempat yang ada sedikit lega. Akan tetapi, tentu saja tidak bisa. Nanti orang-orang AYX marah dan aku harus bertanggung jawab. Ya, iyalah!

Mobil berguncang kembali. Kali ini, tidak ada getaran lanjutan. Mesin tiba-tiba mati, dan orang AYX tiba-tiba muncul. Mobil ternyata mogok! Orang AYX itu menyuruh kami mencari spare part untuk memperbaiki sementara mereka menjaga mobil. Ah, nasibku.

Kami akhirnya mencari spare part di reruntuhan yang sepertinya sebuah perkampungan dulunya. Xi tidak ikut. Ia tidak tahu pergi ke mana. Jadilah aku dan Edda berdua yang mencari barang-barang itu.

Edda memanjat ke reruntuhan untuk mencari barang. Aku memperingatkannya untuk berhati-hati. Namun, entah muncul dari mana, Xi tiba-tiba berteriak memanggil Edda. Gadis Reparasi bengkel itu seketika terperanjat dan jatuh tergelincir. Aku refleks menangkapnya, tetapi sebelum aku sadar dengan apa yang telah kulakukan, Edda sudah pergi berlari, kabur dariku. Saat aku sadar, aku langsung panik. Kuyakinkan diriku kalau itu tidak sengaja. Lagi pula, kalau aku tidak menangkap Edda, gadis itu bisa saja terluka. Xi di sisi lain menatapku dengan tatapan kesal. Apa aku melakukan kesalahan lagi? Ah, aku harus berbicara dengannya.

Spare part yang kami cari akhirnya ketemu. Kami langsung membawanya ke pegawai AYX dan mereka segera memperbaiki mobil. Aku melihat mereka bekerja sambil duduk di atas batu seraya menuliskan jurnal ini. Tidak banyak yang terjadi hari ini, tetapi hubunganku dengan rekan seperjalanan sepertinya banyak berubah. Semoga tidak ada lagi hal aneh dan merugikan ke depannya.

...

Entry No. 4

Persediaan makanan kami makin menipis. Bagaimana ini? Tidak mungkin kami meminta ke pegawai AYX barang dagangan mereka, tidak mungkin pula untuk membeli dengan keuangan yang pas-pasan. Setelah berpikir panjang lebar, akhirnya aku mengusulkan kepada Edda dan Xi untuk berburu ketika kami singgah di perhentian berikutnya. Mereka untungnya setuju. Jadi, dimulailah rencana kami. Aku yang akan jadi pemburu, Xi jadi umpan, sedangkan Edda yang bertugas untuk membuat jebakan. Aku tentunya tidak akan membiarkan Edda kerja sendiri. Oleh karena itu, aku suka rela membantunya. Xi juga ikut.

Untuk memecah kecanggungan yang terjadi sebelumnya, aku memutuskan untuk mengobrol. Kutanyakan beberapa hal kepada mereka seperti makanan kesukaan dan lain-lain, tetapi tanggapan mereka tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kalau aku mau-mau saja menjawab saat ditanya.

Saat aku membantu Edda membuat jebakan, Xi memintaku mengambilkan sesuatu untuk Edda. Hal yang tak terduga terjadi. Tanganku tak sengaja bersentuhan dengan tangan Xi saat menyerahkan sesuatu itu. Aku panik tentu saja, seperti biasa. Akan tetapi, Xi sepertinya tidak sadar dengan hal itu dan membiarkanku sendiri dengan perasaan tak keruan. Mungkin harusnya aku bisa mengendalikan diriku sendiri agar tidak mudah bertindak berlebihan mulai saat ini.

Jebakan baru selesai di kala sore hari. Kami memutuskan untuk berburu esoknya bertepatan dengan istirahat yang telah dijadwalkan.

...

Entry No. 5

Jangan pernah menahan kencing sekalipun. Jangan. Pernah. Kalau kau tidak ingin berakhir dengan rasa ngilu di ujung karena terlalu lama menahan cairan di kandung kemih. Aku sampai harus menggedor-gedor dinding mobil agar mereka segera berhenti. Kuharus segera mengeluarkannya kalau tidak mau bocor dan membuat seisi mobil bau pesing. Kalau diingat lagi itu sangat memalukan.

Saat mobil benar-benar berhenti untuk istirahat, aku langsung memelesat ke balik batu sambil membawa botol minum. Hei, begini-begini aku masih ingat kebersihan. Jangan sampai air kencingku terciprat ke pakaian dan membuat bau pesing lainnya. Setelahnya, kutuntaskan urusan sampai benar-benar selesai. Tubuhku sampai bergetar, mungkin saking leganya. Terakhir, kusiram bekasnya dan kembali ke mobil.

Rencana perburuan sebelumnya pun dimulai. Setelah kuselidiki tempat yang sekiranya terdapat kadal gurun sebagai target buruan, kusuruh Edda untuk memasang jebakan. Xi yang menjadi umpan terlihat sebal entah karena apa, tetapi pada akhirnya gadis itu tetap mau juga memancing si kadal untuk masuk ke jebakan. Singkatnya, kadal gurun yang bodoh berhasil terpancing lalu masuk jebakan Edda. Aku langsung menghabisinya agar hewan itu tidak menderita terlalu lama. Terakhir, aku membagi-bagikan daging kadal itu sama rata.

Dari sekian hal yang terjadi hari ini, mungkin aku akan sangat suka bagian ini. Informasi. Mungkin lebih tepatnya gosip. Meskipun aku sangat menghindari hal ini, tidak bisa dipungkiri aku menikmatinya tanpa sadar. Katanya, selain kami bertiga dari koloni AX-0976, masih ada rombongan rekrut yang akan tiba di Liberte. Mereka berasal dari koloni AX-0931. Sama seperti kami, hanya ada tiga orang yang direkrut. Satu orang pria yang katanya seorang duda dengan dua anaknya. Satunya anak laki-laki, tetapi suka pelihara hewan-hewan aneh seperti kadal gurun, dan satunya lagi anak perempuan yang sangat tertutup, baik penampilan maupun sifatnya. Konon si anak gadis ini sangat galak melebihi monster gurun. Aku harus berhati-hati kalau suatu saat nanti bertemu. Mungkin gadis itu lebih galak dari Xi dan kalau terjadi, aku bisa jadi di-bully dua orang sekaligus. Kan, tidak keren sama sekali.

...

Entry No. 6

Tinggal satu hari lagi menuju Rough Colony, tujuan kami sebelum ke Liberte. Namun sebelumnya, kami singgah dulu di sebuah koloni kecil. Aku ingat koloni ini. Koloni yang pernah aku singgahi untuk belajar menjadi pemburu dan seorang mercenary. Aku kangen sekali. Kuputuskan untuk mengunjungi salah seorang kenalan lama untuk temu-kangen sekalian menyapa dan memberitahukan bahwa aku akan pergi ke Liberte.

Setelah berpisah dengan Edda dan Xi yang juga sama-sama pergi ke suatu tempat, aku lekas menyusuri jalanan utama. Tempat ini agak berubah dari terakhir kali aku meninggalkannya. Aku harus beberapa kali bertanya kepada pejalan kaki atau pedagang yang menjajakan berbagai dagangannya. Belok kiri-kanan, tersasar ke jalan buntu. Selepas menyusuri gang-gang yang berkelok-kelok, aku akhirnya berhasil menemukan pria itu. Pria tua yang kini telah pensiun dari pekerjaannya sebagai pemburu dan memutuskan untuk menjadi seorang pengrajin dari barang-barang bekas reruntuhan. Dia yang mengajarkanku bagaimana melacak, duduk dengan tenang. Senyumnya tak henti-hentinya terpatri di wajahnya yang telah keriput. Namun, hal itu tak berlangsung lama setelah aku mengatakan kalau setelah ini tujuan akhirku adalah Liberte. Dia memperingatkanku untuk berhati-hati dengan orang-orang yang ada di sana, bahwa mereka tidak seperti yang aku kira. Tentu saja aku mengetahuinya. Dari perjalanan ini aku telah belajar banyak hal tentang karakteristik orang dari Liberte khususnya AYX. Aku akan berhati-hati.

Temu-kangen itu berakhir dengan aku yang memberikan hadiah berupa beberapa potongan daging kadal gurun yang sengaja kubawa untuknya. Pria itu sangat berterima kasih. Sebagai gantinya, dia memberiku jubah yang panjang dan lebar, katanya untuk tambahan melindungiku dari cuaca ganas Direland. Kebetulan sekali. Aku memang berniat membeli jubah untuk seseorang. Kuterima jubah itu dengan senang hati, berterima kasih, lalu kembali. Untungnya aku masih ingat jalan kembali sehingga aku tidak tersesat seperti sebelumnya.

Setibanya di mobil, aku langsung memberikan jubah itu pada Xi sebagai permintaan maaf atas perlakukanku yang tidak mengenakan hati sejak awal kami bertemu. Ia menerimanya. Senangnya! Namun, Xi sepertinya tidak ingin berutang sesuatu. Gadis itu memberikanku sebuah salep dan beberapa obat-obatan lain. Sepertinya ia masih kesal. Buktinya ia melemparkan semua pemberiannya itu tak acuh. Aku menerimanya bagaimanapun. Untung refleksku cepat.

Kami kembali. Bersiap untuk memulai perjalanan lagi.

Kau tahu, hei kalian yang menemukan jurnal ini di samping mayatku kelak, kegiatan empat hari ini terlalu damai. Tidak ada monster. Tidak ada penyamun. Tidak ada hal-hal ganjil yang aneh. Walaupun kami mengalami insiden mobil mogok, tetapi hal itu bukan suatu yang besar. Terlalu damai, mengingat kami menemui monster kalajengking di hari pertama keberangkatan, bahkan aku saja sampai sekarat. Terlalu damai, sampai hal itu seolah-olah sebuah anomali. Terlalu damai. Seperti saat yang tenang sebelum badai menerjang.

Terlalu damai.

Aku hanya berharap, perjalanan setelah ini akan menjadi lebih baik dan masa depan yang kunantikan akan segera terwujud seperti yang kuharapkan.

R

===

A/N

Jurnal ini merupakan catatan Raz dari setiap harinya. Ditulis berdasarkan hari dalam RP. Jadi, tiap entry mewakili satu hari.

Karakter yang muncul selain Raz:

Xi, anaknya amelaerliana dalam ceritanya yang berjudul "In Transit".

Edda, anaknya Happy_Shell dalam ceritanya yang berjudul "Escape to the Dreamland".

RP TerraWalker Series diselenggarakan oleh NPC2301. Jangan lupa cek cerita lainnya dari seri tersebut.

Semoga menghibur!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top