8. Peri Penyembuh

"Nyonya Ella, Ammara dan Selly dalam bahaya! Mereka mengikuti sebuah cahaya aneh yang terbang ke utara!" jerit Marybell begitu menghambur masuk ke halaman rumah pemilik Fairyfarm.

Ella yang sedang memangku nampan buah plum kering yang telah selesai dijemur refleks menjatuhkan nampannya. Buah-buah plum kering jatuh berhamburan di atas lantai rumah jamur itu. "Cahaya aneh? ke Utara? Apa mereka pergi ke Kerajaan Avery?" tanya Ella terkejut. Iris mata hijaunya membesar. Kegusaran seketika menyergapnya. "Ini tidak boleh terjadi. Aku harus segera menyelamatkan Ammara."

"A-aku tidak tahu, Nyonya Ella. Cahaya ungu itu keluar dari mata kalung Ammara. Kemudian---

"Mata kalung?!"

Marrybell mengangguk gugup. Ia sedikit takut melihat ekspresi Ella saat itu, tetapi ia sangat khawatir dengan Ammara, sehingga ia mengatakan semua yang diketahuinya pada Ella agar sang peri penyembuh dapat segera bertindak.

"Baiklah, Marybell. Aku harus segera menjemput Ammara dan Selly. Kau tunggu saja di sini. Jangan katakan ini pada Ailfryd. Aku tidak ingin membuatnya khawatir. Jika ia bertanya, katakan pada saja aku sedang membawa Ammara berkunjung ke istana," ucap Ella cepat.

Ella berdiri di ambang pintu rumah cendawan, bersiap untuk mengeluarkan sayap perinya. Ia menggoyangkan sedikit bahunya dan serta merta sepasang sayap kupu-kupu besar yang berwarna dan bermotif biru muncul di punggung. Sebuah pendar hijau yang berkedip-kedip muncul dari bagian atas salah satu sayapnya. Cahaya itu menandakan bahwa dirinya adalah seorang peri dengan kemampuan untuk menyembuhkan. Ella kemudian terbang melesat ke arah utara, menuju kerajaan Avery.

Sesampainya di Kerajaan Avery, Ella mendarat di halaman istana yang dipenuhi semak lavender yang rusak, lantas menerawang istana yang berdiri kokoh di hadapan untuk beberapa saat. Ia sedang memastikan keberadaan anaknya di sana. Ella menggoyangkan bahunya dan serta merta sepasang sayap kupu-kupu besarnya menghilang di balik punggung.

Sesosok peri elf berjalan tergesa mendekati Ella. Maurelle tersenyum lega saat melihat kedatangan Ella. "Kebetulan sekali kau berkunjung ke sini. Aku baru saja akan mengutus seseorang untuk menjemputmu di Fairyfarm!" sapa Maurelle ramah. Namun, sedetik kemudian wajah ramah itu berganti dengan kegusaran.

Ella mengerutkan kening. "Apa yang terjadi di tempat ini?"

"Kau tidak bisa melihatnya? Seorang penyihir hitam telah mengacaukan pesta ulang tahun Putri Tatianna. Putri Tatianna dan Para Pangeran sekarang sedang dalam pengaruh sihir hitam. Mereka sedang berhalusinasi, Ella."

"Bagaimana bisa penyihir hitam menembus segel di perbatasan Hutan Larangan? Jangan mengada-ngada Maurelle!" desis Ella tak percaya. Kakinya melangkah cepat mengikuti Maurelle yang menggiringnya memasuki aula istana Avery.

"Awalnya aku juga tidak percaya. Namun, aku melihatnya sendiri. Pangeran Claude juga dapat melihat tanda sihir itu di dada putri dan para Pangeran," sahut Maurelle gusar.

"Pangeran Claude? Jadi hanya dia yang tidak terkena sihir?"

"Sepertinya karena ia adalah keturunan Peri Cenayang. Sihir hitam tidak dapat mempengaruhinya dengan mudah. Sama seperti kita." Maurelle menjelaskan. "Dan, setahuku kaulah satu-satunya peri cenayang dengan kekuatan penyembuhan terbaik di seluruh Fairyverse."

"Kau berlebihan, Maurelle. Kaulah yang terbaik. Aku hanyalah istri seorang tukang kebun di Fairyfarm. Dan ,aku kemari untuk menjemput putriku."

"Putrimu? Kau mempunyai putri?" Maurelle tampak bingung. Mereka telah sampai di aula istana Avery. Putri Tatianna dan para pangeran lainnya masih saling serang. Beberapa kesatria Elf sedang berusaha melerai mereka, tetapi mereka mulai kewalahan. Terlebih lagi Putri Tatianna mengeluarkan beberapa kekuatan sihirnya menyerang ke segala arah. Sementara Pangeran Claude sedang sibuk memasang selubung bagi para kesatria Elf agar tidak terkena dampak serangan sihir dari Putri Tatianna.

Ella terbelalak melihat pemandangan di hadapannya, "Ini mengerikan sekali Maurelle!" desisnya. "Apakah Raja Brian mengetahui hal ini?"

"Aku berharap bisa menyelesaikannya saat ini juga, Ella. Kondisi Raja Brian sedang tidak baik," ucap Maurelle dengan wajah lelah.

Ella tampak berpikir untuk beberapa saat. "Aku akan membantumu, Maurelle. Namun, kau harus membantuku menemukan putriku. Putriku ada di suatu tempat di istana ini," ucapnya.

"Baiklah, Ella. Apapun yang kau inginkan," sahut Maurelle sambil mengembuskan napas lega.

Ella mengeluarkan sebuah kantong kain kecil berwarna putih dari balik gaunnya. Ia lantas mengambil segenggam serbuk putih yang sangat halus seperti serbuk sari bunga yang berkilauan saat diterpa cahaya temaram aula istana. Ella kemudian merapal sebuah mantra singkat. Serbuk putih yang berada di genggaman Ella lantas bercahaya. Ella mendekatkan serbuk itu ke mulutnya, lalu perlahan meniupnya ke arah Putri Tatianna dan para pangeran yang sedang saling menyerang.

Pangeran Claude mendekati Ella dan memperhatikan peri yang sedang melakukan ritual pengobatannya. Sementara Maurella terlihat menahan napas menantikan reaksi yang ditimbulkan oleh ritual pengobatan Ella. Begitu salah satu partikel serbuk putih itu mengenai tubuh Putri Tatianna dan para pangeran, mereka langsung ambruk dan tak sadarkan diri. Para kesatria Elf dengan cekatan mengangkat tubuh mereka satu per satu dan membawanya ke balai pengobatan istana.

Ella menepuk-nepuk kedua tangannya untuk membersihkan sisa-sisa serbuk putih yang masih menempel di telapak tangan. Ia berkata pelan. "Sebentar lagi mereka akan sadar dan mereka tidak akan mengingat kejadian malam ini."

"Terima kasih, Ella. Kau hebat sekali. Aku ingin belajar padamu dan menjadi muridmu," puji Pangeran Claude. Ia merasa sangat lega karena saudara-saudaranya telah terbebas dari sihir.

"Pangeran Claude, kau sudah tumbuh besar dan tampan," ucap Ella sambil menatap Pangeran Claude yang kini telah berdiri di sampingnya. "Aku tidak ingin dikenal sebagai peri cenayang ataupun peri penyembuh. Aku tidak bisa menerimamu sebagai murid, maafkan aku Pangeran Claude. Namun, jika kau ingin belajar membuat makanan olahan dari buah Plum, aku akan dengan senang hati menerimamu di Fairyfarm. Lagi pula, kau sudah memiliki guru terbaik di sini, yaitu sahabatku Maurelle."

Pangeran Claude tertawa kecil. "Baiklah, aku akan ke Fairyfarm untuk belajar mengolah Plum," sahutnya disambut dengan tawa Ella dan Maurelle yang pecah bersamaan.

"Terima kasih, Ella. Kau hadir di saat yang tepat. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika tidak ada kau," tutur Maurelle lega. "Malam ini benar-benar malam yang panjang," desahnya. "Oh iya, mari kita cari putrimu, bagaimana ciri-cirinya? Siapa namanya?"

"Putriku berambut pirang keemasan dan bermata hijau. Aku pikir dia mungkin menghadiri pesta Putri Tatianna," sahut Ella hati-hati. Ia tidak ingin mengungkapkan yang sebenarnya pada Maurelle jika Ammara mengikuti cahaya sihir yang masuk ke istana Avery.

"Ammara?" tanya Pangeran Claude menebak.

Ella mengangguk cepat. "Kau mengenal Ammara? Apakah kau bertemu dengannya di sini? Di mana dia sekarang? Aku ingin bertemu dengannya." Ella berdecak khawatir. Berbagai hal berkecamuk dalam pikirannya.

Pangeran Claude dan Maurelle saling bertukar pandang. Mereka tidak menyangka bahwa Ammara ternyata adalah anak sang peri penyembuh.

Maurelle berdeham beberapa kali sebelum ia menjawab pertanyaan Ella. "Ella, maafkan aku. Aku tidak tahu kalau peri perempuan itu adalah anakmu."

"Apa maksudmu, Maurelle. Di mana Ammara?" tanya Ella gusar. Ia membaca raut tidak enak di wajah Maurelle dan Pangeran Claude.

"Peri itu ... maksudku Ammara. Dia ada di tempat yang aman. Namun, dia harus berhadapan dengan para Dewan Peri terlebih dulu sebelum bisa keluar dari tempat ini," ucap Maurelle hati-hati sambil memperhatikan perubahan air muka Ella.

"Apa maksudmu? Apa yang terjadi padanya, Maurelle?" tanya Ella sedikit emosional. "Kau harus menyelamatkannya Maurelle. Dia tidak bersalah!"

"Ella, aku tahu Ammara peri yang baik. Namun, apakah kau tahu bahwa ia memiliki mata kalung zamrud yang berasal dari Hutan Larangan? Dari mata kalung itulah, sihir hitam berhasil masuk dan menyerang para pangeran dan Putri Tatianna. Para Dewan Peri akan memeriksanya. Jika ia tidak bersalah, ia pasti akan dibebaskan dan akan kembali ke Fairyfarm." Claude menjelaskan.

"Tidak. Putriku tidak tahu apa-apa, Pangeran Claude," ucap Ella lirih. Setetes air bening terbit di pelupuk matanya. Beberapa saat kemudian, Ella mulai terisak.

"Tenanglah, Ella. Kami akan melindunginya," bujuk Maurelle berusaha menenangkan Ella. Ia merangkul bahu sahabat lamanya itu.

"Bisakah aku bertemu dengannya?" tanya Ella di tengah isak tangisnya.

"Maafkan aku, Ella. Kau tidak bisa menemuinya sebelum ia bertemu dengan Para Dewan Peri. Itu adalah protokol istana yang tidak bisa kita langgar."

"Aku ingin bertemu dengannya, Pangeran Claude. Aku mohon. Dia pasti sangat kebingungan saat ini. Dia tidak tahu apa-apa. Aku mohon, aku ingin bertemu putriku. Beri aku kesempatan ..." Ella terisak lebih keras. Ia bersimpuh di lantai, tangannya bertaut memohon ke arah Maurelle dan Pangeran Claude yang berdiri di hadapannya.

Pangeran Claude ikut bersimpuh bersama Ella, diikuti dengan Maurelle yang menatap peri perempuan itu dengan simpati. Claude menggenggam kedua tangan Ella, iris mata hitamnya menyiratkan kesedihan dan sebuah tekad, "Aku berjanji, aku akan mengusahakan yang terbaik untuk mempertemukanmu dengan Ammara. Jangan khawatir, Ella. Aku sendiri yang akan mengantar Ammara pulang ke Fairyfarm."








Dear readers, terima kasih telah membaca Fairyverse.
Jangan lupa vomentnya serta kritik dan sarannya ya...❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top