5. The Unsheelie
Dalam keremangan malam, sesosok peri perempuan berbaring gelisah di bawah sebatang pohon besar. Peri itu merintih menahan sakit sementara kelopak matanya masih terpejam. Dari pelupuk mata setetes air bening mengalir membasahi pipi pucatnya.
Archibald perlahan mendekati peri yang kesakitan itu untuk dapat memastikan identitasnya. Ia mengamati wajah peri perempuan itu, lalu memeriksa kemungkinan adanya bekas luka ataupun memar yang membekas pada permukaan kulit peri itu. Namun, Archibald tidak dapat menemukannya. Ia berasumsi bahwa peri itu mungkin terkena luka dalam atau sihir.
Wajah peri perempuan itu tampak familiar, tapi sangat sulit bagi Archibald untuk mengingatnya saat itu. Dalam jarak yang sangat dekat, peri laki-laki itu kemudian mengulurkan jari tangannya untuk menyentuh wajah pucat tersebut. Namun, tiba-tiba mata peri perempuan itu terbuka lebar menampakan iris mata hitam yang besar, nyaris tak menampakan bagian putih bola matanya. Peri perempuan itu lantas mendesis parau. "Tolong .... !"
Archibald terbangun dari tidurnya dengan napas memburu. Keringat dingin membanjiri pelipisnya. Mimpi buruk itu lagi, batinnya. Entah sudah berapa kali ia memimpikan hal yang sama. Mimpi tentang seorang peri perempuan yang sedang kesakitan lalu meminta pertolongannya. Mimpi itu selalu berakhir dengan sesuatu yang sangat mengerikan.
Archibald bangkit dari posisinya yang tengah bersandar di bawah sebatang pohon besar. Peri laki-laki itu menyeka wajahnya dengan air yang ia bawa di dalam sebuah wadah kulit yang tersampir di pinggang. Ia berharap mimpi buruk itu enyah bersama air yang meleleh di permukaan kulit wajahnya. Setelah membasuh wajahnya, dengan sigap, ia menunggang unicornnya menjelajahi Fairyverse.
* * *
Pangeran Elwood melangkahkan kakinya memasuki gerbang Fairyfarm. Senyumnya merekah tatkala ia melihat Ammara yang sedang duduk bersungut-sungut di bawah sebatang pohon besar dengan mata tertutup. Entah apa yang menyebabkan peri cantik itu menggerutu dan mengantuk bersamaan sepagi ini.
"Mungkin lebih baik aku kembali di lain waktu, " ucap Pangeran Elwood sambil pura-pura berdeham ketika ia sampai di hadapan Ammara.
Selly menegakkan lehernya waspada, lalu memicingkan mata pada peri lelaki yang baru pertama kali dilihatnya. Unicorn itu meringkik tak suka mencoba mengusir Elwood.
Ammara tersentak. Ia tersadar dari kantuknya seraya mengucek mata.
"Hai Elwood, rupanya kau sudah datang!" Sapanya sambil menguap lebar. Ammara mengalihkan pandangan pada unicornnya yang kini memasang tampang seperti siap menendang Elwood kapan saja.
"Tenang Selly, dia Elwood temanku. Kami bertemu di Fairyfall," tutur Ammar sambil menepuk punggung unicornnya untuk menenangkan. Selly seketika mendengus, lalu ekspresinya menjadi sedikit lebih tenang. Tak ada lagi tatapan curiga pada Elwood. Makhluk berkulit putih itu kini kembali sibuk dengan aktivitasnya memakan buah plum.
"Hai Selly!" Elwood menyapa unicorn yang berada tepat di samping Ammara seraya tersenyum ramah. Namun, Selly tampak tidak menghiraukannya lagi.
"Baiklah, kita mau ke mana hari ini?" tanya Ammara bersemangat setelah kantuknya benar-benar hilang.
"Wow. Kau bersemangat sekali, Anak Muda! Aku bahkan belum sempat duduk dan mencicipi buah plum yang terkenal di Fairyfarm ini."
Elwood duduk di sebelah Ammara. Saat ia hendak mencomot sebutir plum dari keranjang yang terletak tepat di depan Selly, unicorn itu sontak meringkik tidak senang. Selly refleks melayangkan kaki depannya ke arah tangan Elwood. Namun, Elwood dengan lincah menggerakkan tangannya dengan lincah untuk mengelak dari tendangan makhluk itu. Unicorn itu mendengus marah saat Elwood akhirnya berhasil mencomot sebutir plum sambil terkekeh geli.
"Berhentilah mempermainkannya, Elwood. Dia tidak suka bercanda!" sergah Ammara seraya memutar bola matanya.
Elwood berusaha keras menahan tawa seraya mengunyah plum yang ia curi dari Selly. Sementara, unicorn bersurai putih itu masih menatapnya sengit. Setelah selesai mengunyah dan menelan buah plumnya, Elwood akhirnya membuka suara. "Fairyverse ini sangat luas. Kita perlu waktu setidaknya berbulan-bulan untuk menjelajahi keseluruhan negeri ini. Kita akan memulai dari tempat-tempat yang paling sering dikunjungi para peri elf. Namun, aku masih penasaran, apa kau benar-benar tidak pernah keluar dari Fairyfarm ini seumur hidupmu?"
Ammara menggeleng pelan. Kesedihan membayang samar pada netranya. "Tidak, sebenarnya ayah dan ibuku melarangku keluar dari Fairyfarm. Mereka bilang tempat lain sangat berbahaya."
"Jadi, bagaimana kau bisa sampai ke Fairyfall waktu itu?" Elwood bertanya dengan tatapan menyelidik.
"Mereka tidak tahu aku ke Fairyfall. Mereka akan panik sekali kalau tahu aku keluar dari tempat ini ... " sahut Ammara gugup. Tanpa sadar peri perempuan itu menggigit bibir bawahnya.
"Jadi.. sekarang kau mengajakku bersekongkol untuk membohongi orang tuamu?" Elwood menaikkan sebelah alisnya. Iris mata birunya menatap Ammara dengan jenaka.
Ammara lantas membalas tatapannya itu dengan mendelik.
"Tenanglah Ammara, aku hanya bercanda," timpal Elwood sambil tertawa renyah. "Baiklah, kita akan mulai dari yang paling dekat dulu. Mari kita pergi ke Fairyhill, tidak terlalu jauh dari sini. Kita akan melihat-lihat perbatasan Hutan Larangan."
"Hutan Larangan?"
"Iya, Fairyhill berbatasan langsung dengan Hutan Larangan. Tempat tinggal para peri unsheelie. Jangan terlalu khawatir, kita tidak akan masuk ke sana. Kita hanya akan melihat-lihat. Perbatasannya sangat indah. Lagi pula banyak hal menarik di sana," tutur Elwood.
"Mari kita berangkat dengan unicornku. Aku berjanji, kita akan kembali lagi kemari sebelum kelopak bunga bercahaya. Bagaimana menurutmu?" sambungnya menanti respon peri perempuan yang tampak sedang berpikir keras itu.
Setelah beberapa detik, akhirnya Ammara mengangguk mantap.
"Bagus!" seru peri laki-laki itu dengan semangat.
Elwood bergegas membantu Ammara naik ke unicornnya. Kemudian dengan sigap, ia sendiri melompat ke atasnya. Setelah itu, ia memacu unicornnya dengan kencang menuju Fairyhill.
* * *
Fairyhill adalah salah satu dataran tertinggi di Fairyverse. Dataran tinggi itu sangat hijau dengan beranekaragam pohon besar dan tua. Pohon-pohon rindang yang rapat menyebabkan suasana di tempat itu bagaikan suasana sehabis hujan, lembab dan sejuk. Bahkan, hanya sedikit sekali sinar matahari yang dapat menyorot langsung melewati celah-celah pepohonan. Para penghuni Fairyhill sebagian besar terdiri dari beranekaragam peri yang menghuni pohon-pohon besar seperti nimfa, peri pixie dan dryad.
Elwood dan Ammara tiba di Fairyhill nyaris tengah hari. Peri perempuan itu merasa jarak yang mereka tempuh menuju tempat ini bahkan lebih jauh dari saat menuju Fairyfall dengan berjalan kaki.
Pemandangan hijau nan rimbun langsung menyergap netra Ammara, membuat kelelahannya sedikit menguap. Peri perempuan itu tersenyum lebar saat meraih tangan Elwood yang membantunya turun dari punggung unicorn.
"Tempat ini ... indah sekali!" Seru Ammara dengan mata berbinar.
Para pixie yang berkumpul di dekat sebatang pohon besar tak jauh dari posisi mereka seketika berhamburan meninggalkan sesosok dryad yang tertanam pada batang pohonnya begitu melihat kedatangan mereka. Peri pohon itu berusaha memanggil rekan-rekan pixienya kembali, tetapi sia-sia. Makhluk itu menoleh pada Elwood dan Ammara yang tersenyum canggung. Kini ia menyadari siapa yang menyebabkan teman-teman kecilnya lari ketakukan.
Makhluk itu menyilangkan kedua lengannya di depan dada seraya menatap Ammara penuh selidik. Surainya yang sewarna kayu itu terlihat kaku, tapi sama sekali tak dapat menyembunyikan wajah rupawannya.
"Hai, Alfreda ... maaf telah mengagetkanmu! Kami hanya sedang melihat-lihat di sekitar sini." Elwood menyapa peri pohon yang separuh badannya tertanam pada batang pohon itu dengan ramah.
"Hai, pange---
Elwood mendesis pelan sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir. Matanya menyorot aneh pada Alfreda hingga peri pohon itu terkejut dan urung meneruskan kata-katanya.
"Aku tidak pernah melihatnya di sekitar sini." Alfreda bertopang dagu. Tatapan penuh selidik masih ia sorotkan pada peri perempuan yang datang bersama Elwood itu. Namun, tiba-tiba matanya berbinar jenaka. Sebuah pemikiran seketika terlintas di kepalanya.
"Apakah dia pacarmu?"
Demi mendengar pertanyaan itu, Elwood dan Ammara sontak terkejut. Sepasang peri itu lantas bertukar pandang dengan canggung.
Semburat kemerahan seketika muncul pada wajah Ammara. "Ti-tidak," sahutnya seraya menggeleng cepat. "Hai, Alfreda! Perkenalkan, aku Ammara. Aku peri elf dari Fairyfarm. Aku memang tidak pernah ke sini sebelumnya. Senang berkenalan denganmu."
"Hai, Ammara!" sapa Alfreda seraya menyunggingkan senyum ramah. Namun, peri pohon itu mendadak terkekeh, lalu mengalihkan pandangannya pada Elwood. "Jadi ini semacam kencan pertama ya, Elwood? Dan kau akan menyatakan perasaanmu di sini. Wah, manis sekali!" sambungnya lagi seraya mengedipkan sebelah matanya yang berbulu mata lentik.
"Tidak ... bukan!"
Elwood dan Ammara menjawab hampir bersamaan membuat Alfreda semakin terkekeh geli. Suara tawanya kian meninggi hingga terdengar sedikit menyeramkan. Setelah puas menertawakan kecanggungan sepasang peri di hadapannya, makhluk dryad usil itu pun lantas menghilang. Elfrida kembali menyatu ke dalam pohon tempat tinggalnya.
"Jangan diambil hati. Bangsa dryad memang sangat jahil," kilah Elwood canggung. Wajah rupawannya seketika memerah.
"Aku pikir ucapan itu lebih pantas untukmu. Lihatlah, Anak Muda, wajahmu merah sekali!" seru Ammara tergelak. Peri perempuan itu lalu berjalan menjauhi Elwood untuk melihat-lihat pemandangan di sekitarnya.
"Jadi, kau sekarang sedang membalasku?" Elwood menyusulnya.
"Kukira kau sangat suka bercanda." Ammara kembali menggodanya.
"Baiklah, kau menang!" Elwood lantas memasang tampang pura-pura cemberut. Peri laki-laki itu mengerucutkan bibirnya.
Ammara terkekeh. Ia senang sekali karena dapat mempermainkan Elwood. "Beri aku hadiah," ucapnya lagi. Sebuah senyuman jahil seketika mengembang di bibirnya.
"Apa yang kau inginkan, Tuan Putri?" tanya Elwood seraya membungkukkan badan.
Ammara berpikir beberapa saat sebelum akhirnya ia menjawab. Binar jenaka terpancar jelas dari matanya. Rupanya ia telah memikirkan sesuatu yang ia inginkan sejak tadi. "Aku ingin melihat-lihat Hutan Larangan."
Wajah Elwood berubah seketika. Senyumnya menghilang dan wajahnya menjadi serius. "Itu bukanlah hal yang bisa aku hadiahkan padamu, Ammara. Hutan itu berbahaya. Hutan itu dipenuhi oleh para peri jahat dengan sihir hitam. Lagi pula hutan itu terlarang bagi peri sheelie seperti kita."
Ammara tak begitu saja puas mendengar penjelasan Elwood. "Apakah kau pernah masuk ke sana?" selidiknya.
"Belum. Aku tidak pernah ke sana. Banyak peri sheelie yang datang ke sana. Namun, mereka tak pernah kembali. Archibald pernah ke sana. Ia bahkan sering ke sana, tetapi itu karena dia istimewa."
"Peri sombong itu istimewa?" Ammara mengernyitkan wajahnya tak senang mendengar nama itu disebut.
Elwood terkekeh. Kemudian, ia melanjutkan kata-katanya setengah berbisik. "Tampaknya kau sangat tidak menyukai Archibald, ya? Banyak yang bilang ia adalah keturunan peri unsheelie. Namun, aku tidak yakin. Ia sering bilang bahwa ibunya adalah seorang Ratu yang sangat sakti dari sebuah kerajaan kecil di Fairyhill. Akan tetapi, kerajaannya tak terlihat, seperti tersegel atau semacamnya. Dari sanalah ia mendapatkan keistimewaannya."
Ammara mendengarkan penjelasannya dengan serius, sambil sesekali matanya melayangkan pandangan ke arah sebuah padang tandus dan gersang yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Tempat itulah yang disebut Hutan Larangan. Jika Fairyhill tampak kehijauan di semua sisinya, maka hutan Larangan tampak kuning kecoklatan menunjukkan permukaan tanah tanpa rumput yang mengering berwarna hitam dan abu-abu. Pohon dan dedaunannya menghitam.
"Bagaimana rupa para peri unsheelie itu?" Ammara bertanya lagi semakin penasaran.
"Mereka sama seperti kita bangsa peri pada umumnya. Hanya saja, ada satu hal yang menjadi penanda bahwa mereka adalah unsheelie yaitu rambut mereka yang tergerai, tanpa jalinan. Itu adalah sebuah simbol bahwa mereka tidak mau terikat dengan aturan mana pun. Mereka melakukan apapun atas kehendak dan nafsu mereka sendiri. Para peri sheelie seperti kita selalu menjalin rambut karena itu adalah bentuk komitmen dan kepatuhan kita pada aturan, Ammara"
Ammara terdiam beberapa saat. Ternyata, begitu banyak hal yang tidak ia ketahui tentang Fairyverse. Ia memang lupa ingatan, menurut orang tuanya. Namun, ia merasa sangat asing dengan segala yang ada di Fairyverse, bahkan dengan dirinya sendiri.
"Apakah mereka benar-benar peri jahat? Bagaimana bisa kita menilai seseorang itu jahat seutuhnya? Aku terkadang mengerjai Selly sampai ia merasa kesal, bukan berarti aku peri yang jahat, 'kan?" Ammara menerawang ke arah hutan Larangan. "Mengapa mereka harus tinggal terpisah di Hutan Larangan itu? Bukankah hal itu hanya akan membuat mereka semakin terluka dan semakin jahat?"
Elwood menatap peri perempuan itu takjub. Ia tak pernah bertemu dengan peri sheelie lain yang membela peri unsheelie sebelumnya. Peri perempuan di hadapannya ini benar-benar unik. "Tidak ada yang berpikir seperti itu Ammara. Kalau orang kerajaan Avery mendengar apa yang kau ucapkan, mungkin kau akan ditangkap." Elwood menghela napas panjang sebelum melanjutkan perkataannya. "Mereka diasingkan ke hutan Larangan agar mereka tidak mengganggu peri lainnya. Setiap tahun para peri putih dari kerajaan Avery bahkan memberi segel tak kasat mata agar para peri unsheelie tidak melintasi perbatasan hutan Larangan. Namun, tetap saja peri sihir hitam unsheelie yang berilmu tinggi bisa melewati segel itu dan membuat kekacauan di Fairyverse."
"Aku tidak takut," sahut Ammara sambil menggeleng. "Tidak ada makhluk yang benar-benar jahat, Elwood. Yang ada hanyalah makhluk yang terluka."
"Wow, kau peri yang luar biasa Ammara." Elwood masih menatap peri perempuan itu dengan takjub. "Aku harap kau benar, semoga saja para peri unsheelie itu tidak sepenuhnya jahat."
"Kita tidak akan tahu kalau kita tidak pernah bertemu dengan mereka secara langsung, 'kan?" Iris mata hijau Ammara berkilat jahil. Rupanya peri perempuan itu tak juga mau menyerah.
"Oh ayolah, Ammara, jangan minta itu lagi. Orang tuamu akan marah besar kalau kau sampai kau masuk ke sana dan tidak pulang ke Fairyfarm. Mereka pasti akan membunuhku!"
Ammara tergelak, "Aku hanya bercanda, Elwood ... ! Aku hanya ingin mengintip sedikit di dekat perbatasan," ucapnya sambil mempercepat langkah mendekati perbatasan Fairyhill dan Hutan Larangan. Elwood mengikuti peri perempuan itu dengan sigap.
Dari kejauhan tiba-tiba terdengar bunyi derap kaki unicorn. Suara itu berasal dari arah Hutan Larangan dan suara lainnya berasal dari arah rerimbunan Fairyhill.
Elwood seketika menjadi waspada. Ia segera meraih tangan Ammara dan menarik peri itu ke sisinya. Kemudian, ia mengeluarkan sebilah pedang perak yang semula tersampir di pinggangnya.
Archibald melaju dari arah hutan Fairyhill dan segera menghentikan unicornnya begitu ia melihat Elwood dan Ammara. Bersamaan dengan kedatangannya, dari arah berlawanan, sesosok peri laki-laki muncul melewati perbatasan Hutan Larangan lalu berhenti tepat di hadapan Archibald, Elwood dan Ammara.
"Apa yang kau lakukan di tempat itu?" tanya Archibald pada Elijah dengan dingin. Matanya menatap lurus pada iris mata Elijah yang menyiratkan keterkejutan.
"Aku hanya sedang berjalan-jalan," sahut Elijah berusaha menutupi kegugupan dalam suaranya yang bergetar.
"Dan, kau berhasil keluar dari hutan larangan itu dengan selamat?" gumam Archibald lebih kepada dirinya sendiri. Ia menatap Elijah dengan penuh selidik.
"Hai, Archibald! Hai, Elijah!" Elwood menyapa untuk meredakan ketegangan di antara kedua peri laki-laki yang masih menunggang unicorn itu.
Archibald menoleh ke arah Elwood dan Ammara dengan tatapan datar. "Kalian juga, apa yang sedang kalian lakukan di sini? Tempat ini bukan taman bermain, tempat ini sangat berbahaya!"
"Kami tidak sedang bermain-main, peri sombong!" Ammara menyahut dengan sengit. Ia mendelik pada Archibald.
Tiba-tiba tawa Elijah meledak hingga wajah rupawannya memerah. "Siapa gerangan peri cantik yang pemberani ini? Aku gemas sekali!" Elijah menatap Ammara dengan penuh kekaguman. "Bolehkah aku tahu namamu?"
"Ammara," sahut peri perempuan itu tegas sambil mengulas senyum sekilas.
"Akhirnya si sombong mendapat lawan yang setimpal!" sindir Elijah sarkas sambil menatap tajam ke arah Archibald. Tawa peri laki-laki bernetra biru itu telah reda, menyisakan salah satu sudut bibirnya yang terangkat.
"Aku akan tetap mengawasimu. Peraturan tetaplah peraturan. Tidak ada peri sheelie yang bisa keluar masuk hutan Larangan tanpa seijin raja!" Archibald menatap lurus pada Elijah.
"Apa masalahmu?!" wajah Elijah berubah muram seketika. Ia lantas menuntun tunggangannya mendekat ke arah Archibald. Wajah memerahnya tampak siap melayangkan tinju ke arah Archibald kapan pun.
Dengan sigap Elwood berdiri di antara mereka. "Sudah, cukup, saudara-saudaraku. Masalah ini bisa kita selesaikan nanti. Redakan dulu emosi kalian."
Elijah membuang mukanya yang merah padam menahan emosi. Ia menghela unicornnya mundur lalu mendekati Ammara yang berdiri bergeming menatap mereka.
"Maafkan situasi yang tidak mengenakkan ini, Cantik. Kita akan bertemu di lain waktu, di saat yang lebih menyenangkan," ucap Elijah sambil mengulas senyum. Wajah rupawannya kini tak Semerah tadi. Setelah menyapa Ammara yang hanya mengangguk canggung menanggapinya, peri laki-laki itu segera menghela unicornnya pergi menerobos rerimbunan hutan Fairyhill meninggalkan tempat itu.
Archibald menatap kepergian Elijah dengan mata memicing. Amarah sang pangeran peri rupanya belum surut. Namun, kepergian Elijah membuatnya sedikit lebih tenang.
"Elwood, bawa peri itu meninggalkan tempat ini. Tempat ini berbahaya. Jangan sekali-kali berpikir untuk kemari lagi!" bentak Archibald. Ia pun lantas bergegas menuntun unicornnya meninggalkan tempat itu.
Elwood menatap punggung Archibald sampai peri itu menghilang ditelan rimbunnya hutan Fairyhill. Elwood meraih tangan Ammara yang masih terpaku di tempatnya. "Mari kita pulang."
To be continue...
Terima kasih yaa yang sudah baca
Jika berkenan, please, tinggalkan vote dan komennya ❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top