46. The War

Kerajaan Aethelwyne yang berselimut salju menjadi tempat berkumpul peri Sheelie yang tersisa dari seluruh pelosok Fairyverse. Setelah penyerangan membabi-buta dari Elijah dan pasukannya pada kerajaan-kerajaan kecil di sekitar Kerajaan Avery, jumlah pasukan peri Sheelie yang sepakat untuk melengserkan sang raja usungan peri Unsheelie itu terus bertambah. Meski kebanyakan dari mereka berdatangan dalam keadaan terluka akibat serangan Unsheelie, Aethelwyne tetap menyambut dengan tangan terbuka.

Senja itu, ketika mereka telah terlepas dari pengejaran beberapa pasukan peri Unsheelie, Archibald yang menjadi pimpinan para pemberontak Aethelwyne, memutuskan untuk menyerang Avery hari itu juga. Beberapa hari lebih awal dari yang telah mereka rencanakan. Ia yakin jika Aethelwyne kalah cepat, maka Avery akan menyerang mereka terlebih dahulu.

Dalam waktu singkat, pembagian pasukan pemberontak Aethelwyne yang memang telah ditunjuk dan diatur sejak beberapa hari yang lalu, segera direalisasikan. Persenjataan berupa pedang sihir, tombak, busur dan panah telah didistribusikan sesuai dengan keahlian para prajurit perang. Dalam hal ini, Albert yang memegang tanggung jawab. Selain senjata-senjata yang digunakan untuk berperang, Aethelwyne juga memastikan baju zirah dan perisai pelindung bagi para prajuritnya.

Archibald dan Albert juga telah menyiapkan pasukan khusus, walaupun dengan jumlah yang tak begitu banyak. Mengingat ini adalah perang melawan para unsheelie dan ratu kegelapan dengan kekuatan yang tak dapat diprediksi, maka mereka merasa perlu untuk mempersiapkan para peri berkemampuan sihir dan peri penyembuh.

Archibald juga akhirnya memutuskan untuk menempatkan Chiara bersama pasukan para peri berkemampuan sihir, setelah gadis manusia itu menolak untuk tinggal di Aethelwyne saat mereka pergi berperang. Gadis manusia kepala batu itu bersikeras minta dilibatkan sebagai apa pun dengan dalih untuk membantu menyelamatkan Ella dan Ailfryd, orang tua angkatnya. Ia bahkan meminta pedang sihir dan baju zirah untuk melindunginya. Maka dengan berat hati, sang pangeran peri memberinya tugas untuk menjaga dan mendistribusikan serbuk peri jika para peri penyihir dan penyembuh membutuhkannya.

Pasukan infanteri yang berjumlah seribu peri elf telah berbaris rapi kala matahari nyaris terbenam hari itu. Di belakang deretan prajurit peri dengan peralatan perang lengkap, sederet pasukan kavaleri berjumlah setengah dari pasukan infanteri juga telah berbaris siaga dengan tombak-tombak runcing yang pada pangkalnya terikat secarik kain berwarna merah menyala.

Di belakang deretan pasukan penunggang unicorn itu, pasukan peri penyihir dan cenayang dari beberapa kerajaan peri di Fairyverse telah berbaris rapi dengan jumlah yang jauh lebih sedikit dari pasukan kavaleri. Senjata dan baju zirah terpasang lengkap di tubuh mereka. Mata-mata mereka menyorotkan semangat dan keteguhan hati. Albert dalam hal ini memiliki andil besar untuk memotivasi dan menyulut semangat perjuangan para peri dari kerajaan-kerajaan kecil. Statusnya sebagai mantan putra mahkota membuatnya lebih dikenali oleh banyak peri dan tentu saja lebih didengarkan.

Sementara, di sisi kiri dan kanan barisan ribuan prajurit elf itu sepasang naga dan sepasang monster pohon oak turut serta dalam pemberontakan para peri Sheelie. Tentu saja dengan mempertimbangkan makhluk-makhluk unsheelie yang kemungkinan besar akan menjadi lawan mereka. Selain itu, berbagai jenis perbekalan dan obat-obatan telah disiapkan dalam deretan kereta kayu yang ditarik oleh unicorn. Kereta-kereta itu telah bersedia pada deretan paling belakang barisan prajurit. Jika perang ini berlangsung lama, maka mereka sangat membutuhkan perbekalan tersebut.

Matahari telah sepenuhnya tenggelam dalam peraduan, saat Archibald mengutus seorang prajurit penunggang unicorn. Dengan sebuah mantra sederhana dan sedikit serbuk peri, unicorn itu lantas membawa penunggangnya terbang membelah langit malam. Utusan itu akan menyampaikan pesan penyerangan resmi kepada Kerajaan Avery.

Archibald mengedarkan pandangannya menyapu nyaris dua ribu prajurit elf dengar binar optimisme yang kentara. Namun, senyum samar yang membayang di bibir seketika lenyap saat pertanyaan Albert memecah fokusnya.

"Bukankah pasukan ini terlalu sedikit. Bagaimana kita bisa memenangkan perang? Aku yakin Unsheelie memiliki lebih banyak pasukan, ditambah lagi makhluk-makhluk terkutuk yang terkadang dapat membuatmu berhalusinasi." Pandangan pangeran peri itu menerawang pada langit gelap yang masih menurunkan butiran salju tipis.

Archibald menarik salah satu sudut bibirnya ke atas. "Terkadang kekuatan yang sebenarnya bukan dari sekadar jumlah yang bisa kau hitung, Albert. Namun, saat kau bisa memaksimalkan potensi di balik  jumlah yang kau anggap terbatas itu," cetusnya tanpa menoleh pada Albert. Pandangan matanya lekat menyorot barisan para prajurit.

Albert mengerutkan alis. Mulutnya membuka seolah hendak menyangkal perkataan saudaranya itu. Namun, Archibald lebih dulu melanjutkan kata-katanya. "Kita tidak akan mungkin menang jika langsung menyerang dengan perang terbuka. Kita kalah jumlah," ucapnya enteng. Peri laki-laki itu lantas melanjutkan. "Namun ... Aku yakin kita bisa menang jika menggunakan strategi yang tepat. Aku sudah mengatur strateginya, Albert. Jangan khawatir. Bahkan, tepat setelah Elijah selesai membaca perkamen yang di bawa oleh utusanku, para naga dan monster pohon oak akan mengacaukan istananya."

Albert terperangah. Kata-kata Archibald barusan seumpama mengandung sihir yang melecut semangat dan menumbuhkan harapan baginya. Setelah berkata demikian, sang putra mahkota lantas melewatinya begitu saja.

Seolah tak ingin kehilangan waktu sedetik pun untuk memulai penyerangan, putra Ratu Breena itu segera berjalan mendekati para naga dan penunggangnya memberikan titah dan arahan. Beberapa saat kemudian dua ekor makhluk raksasa bersayap besar itu terbang membelah langit Fairyverse menjalankan tugasnya, sedangkan kedua monster pohon itu melangkah cepat meninggalkan Aethelwyne.

Senyum di bibir Albert mengembang. Ia percaya sepenuhnya sekarang pada ramalan Maurelle, mengenai pemilik sejati takhta Kerajaan Avery. Archibald memang pantas menempatinya. Ia tak pernah menyesal sedikit pun telah melindungi sang pangeran peri selama ini.

* * *

Elijah membuka gulungan perkamen yang dibawa oleh sesosok peri elf utusan Kerajaan Aethelwyne. Keningnya berkerut saat netranya menyisir huruf-huruf yang terpatri di sana. Air mukanya mendadak berubah menjadi keruh.

Sang raja mengangkat wajah dengan mata membelalak saat tiba pada bagian akhir perkamen. Kemudian, peri laki-laki itu membanting perkamen yang telah selesai dibacanya dengan emosi yang nyaris meledak. Ia lantas menatap tajam pada peri elf utusan yang terlihat berdiri dengan wajah tenang di tempatnya.

"Dia ingin menyerang Avery dan melakukan kudeta padaku! Benar-benar pengkhianat lancang!" geramnya. Peri laki-laki itu mengepalkan lengannya, lalu membelalakkan matanya pada utusan Aethelwyne yang masih berdiri tanpa ekspresi.

Seolah tak terima akan sikap sang utusan yang tak sedikit pun menunjukkan rasa takut dan segan padanya, Elijah menghunus pedang dengan gesit lalu menekankan bilah pedangnya yang runcing pada leher peri itu. "Bilang pada Archibald, aku tidak takut padanya!" desis Elijah.

Tubuh peri elf itu seketika gemetar. Setetes darah kental mengalir pada lehernya yang tertusuk oleh mata pedang sang raja.

Saat Elijah menarik pedang sihirnya ke atas, berniat untuk menebas leher sang utusan, suara teriakan dan kegaduhan tiba-tiba terdengar samar-samar dari luar balairung Istana Avery.

Sesosok kesatria elf unsheelie berlari masuk menerobos pintu balairung. Peri laki-laki itu lantas berlutut takzim begitu sampai di hadapannya.

Elijah menurunkan pedangnya yang semula terangkat tinggi di udara. Ekor matanya sekilas menangkap sosok peri utusan Aethelwyne yang mengembuskan napas lega karena terlepas dari maut.

"Ampun, Yang Mulia. Dua ekor naga dengan pemanah api di atasnya menyerang pertahanan udara Avery. Dan---

Kesatria elf itu terlihat ragu melanjutkan kata-katanya saat melirik raut wajah sang raja yang berubah menegang dan menatap serius padanya. Peri laki-laki itu mendekatkan wajahnya pada kesatria elf yang kini terhenyak di tempatnya.

"Cepat katakan!" bentak Elijah berang.

Kesatria elf yang sedang berlutut itu pun terkesiap. Ia meneguk ludahnya susah payah. "Dan ... Dua sosok monster pohon oak menyerang pintu benteng---

Elijah mengusap surainya kasar seraya mendengkus. Emosinya telah mencapai ubun-ubun dan harus segera ia lampiaskan. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia mengayunkan pedangnya pada leher kesatria elf malang yang baru saja mengabarkan berita buruk padanya.

Bunyi sabetan pedang dan jeritan tertahan menggema di dalam balairung itu. Sang raja melangkah cepat meninggalkan mayat dengan leher menganga dan peri elf utusan Aethelwyne yang menggigil ketakutan di tempatnya.

Archibald sialan. Beraninya kau menantangku!

* * *

Anak panah api melesat menghujani benteng Kerajaan Avery dari arah langit. Beberapa anak panah bahkan tanpa sengaja menyasar pada beberapa kesatria elf yang sedang berjaga di area benteng.

Dua ekor naga besar berwarna hitam dengan sayap lebar serupa sayap kelelawar mengambang di udara mengitari bagian atas benteng Avery yang terbuka. Dua kesatria elf pemanah berbaju zirah terlihat bertengger pada masing-masing punggung kokoh sang naga. Peri elf di depan bertugas mengendalikan makhluk raksasa itu, sementara peri elf lainnya bertugas membidikkan anak panah berapi pada sasaran.

Bunyi berdebum bersahut-sahutan tiba-tiba muncul dari pintu benteng yang didobrak dari sisi luar. Dua makhluk besar tinggi serupa pohon terlihat bergantian menghantamkan tubuh mereka pada pintu benteng Kerajaan Avery. Bunyi teriakan ketakutan para kesatria elf dan peri Pixie yang berjaga di depan gerbang benteng menyambut kedatangan para monster pohon tersebut.

Beberapa kesatria Unsheelie yang berjaga di bagian dalam benteng mulai panik. Serangan para naga dan monster pohon yang nyaris bersamaan membuat para kesatria elf yang sedang bertugas kewalahan. Tak ada satu pun yang mengetahui perihal rencana penyerangan Aethelwyne dan pasukan pemberontak karena sang raja baru saja menerima pesannya beberapa saat yang lalu.

Elijah yang baru saja melewati pintu bagian dalam benteng segera memberi titah pada kesatria elf pemanah yang mereka miliki bersiaga dan membalas bidikan tamu-tamu tak diundang itu. Kegusaran menyelimuti paras rupawan sang raja. Rupanya serangan mendadak Archibald benar-benar membuatnya tak berkutik.

Aethelwyne memang belum mendatangi Avery dengan pasukannya. Namun, Elijah yakin, para naga dan monster-monster pohon oak ini adalah bagian dari rencana mereka. Peri laki-laki itu menggeram seraya menghunuskan pedang, bersiap menyambut para monster pohon yang telah berhasil membuat celah pada pintu benteng.

Beberapa sosok peri Unsheelie berpostur tinggi besar dan wajah mengerikan keluar dari pintu benteng bagian dalam. Sebagian dari mereka mengambil posisi berjajar di samping Sang raja. Sementara, sebagian lainnya berdiri di depan barisan Elijah seraya menghunuskan pedang sihir masing-masing.

Suara raungan seketika terdengar bersamaan dengan munculnya sepasang orc yang berdiri tepat di belakang sang raja. Akhirnya para Monster Pohon Oak itu benar-benar mendapatkan lawan yang seimbang.

"Serang!"

Bersamaan dengan teriakan salah satu panglima perang Kerajaan Avery, pintu gerbang benteng pecah dan rusak sepenuhnya. Dua sosok monster pohon berpostur jangkung itu dengan mudah menerobos melewati celah pada pintu benteng Avery. Namun, kedatangan mereka segera disambut oleh para orc.

Elijah dan para peri Unsheelie yang semula berbaris rapi, sontak menyingkir, memberi tempat bagi pertarungan seimbang antara makhluk-makhluk raksasa tersebut.

Bunyi berdebum yang disusul dengan retakan dan getaran pada permukaan salju mengiringi perkelahian para raksasa Sheelie dan Unsheelie. Masing-masing makhluk mencoba menjatuhkan makhluk lainnya. Para orc yang bersenjatakan kapak terlihat jauh lebih unggul, terlebih karena gerakannya yang lebih gesit pada awal duel mereka. Namun, posisi itu tak bertahan lama, saat salah satu monster pohon berhasil menepis dan menjatuhkan senjata kedua orc, keadaan mulai berbalik.

Para monster pohon bahkan menyerang dua sosok orc dengan seberkas sinar putih yang menyorot keluar dari mata mereka. Akibat serangan itu, tubuh para orc jatuh berdebum menghantam dinding benteng bagian dalam. Beberapa kesatria elf lari berhamburan saat tubuh kedua orc itu jatuh merosot dengan reruntuhan dinding yang sebagian besar menimbun tubuh mereka.

Beberapa peri Unsheelie sontak maju menyerang kedua monster pohon yang nyaris menghabisi para orc. Lengan-lengan panjang para monster pohon oak yang terbuat dari jalinan batang pohon itu menjadi senjata yang efektif untuk menangkis serangan tersebut. Bahkan, mata pedang sihir yang tajam tak mampu membuat tubuh kayu merekan terluka.

Sementara itu, sepasang naga putih yang mengambang di langit Fairyverse sedang berjuang dengan cekatan untuk menghindari anak panah para kesatria pemanah Unsheelie. Sesekali anak panah api dibidikkan oleh para penunggang naga ke arah benteng Avery, meskipun kalah cepat dengan para pemanah Unsheelie.

Para naga yang merasa terancam dengan lesatan anak panah yang seolah tak putus itu, kemudian terbang menjauh. Saat para pemanah unsheelie mengira bahwa para naga telah menyerah, makhluk besar itu bermanuver lalu menukik cepat menuju ke arah benteng.

Para unsheelie yang sempat lengah akibat salah sangka dengan perilaku sang naga, tak menyangka saat kedua naga itu terbang mendekat dan dengan cepat menyemburkan napas api. Beberapa peri Unsheelie seketika hangus terbakar dan jatuh dari bagian atas benteng. Melihat kejadian itu, beberapa peri pemanah Unsheelie yang tersisa segera berlari menyelamatkan diri sebelum terkena semburan napas api para naga putih.

Sang raja bergeming dengan tatapan membelalak pada kekacauan yang dalam sekejap mata dibuat oleh makhluk-makhluk utusan Aethelwyne itu. Benteng Istana Avery terlihat hancur sebagian. Kobaran api mulai menyala di beberapa sudut benteng. Para naga kini terbang rendah dan menyemburkan napas apinya pada kesatria elf-nya. Sementara, kedua monster pohon sedang sibuk menghajar para orc yang mulai melemah.

Elijah sontak memundurkan langkah, menghindar dari kekacauan. Ia harus mencari cara untuk keluar dari semua kekacauan dan keterdesakan. Peri laki-laki itu bertekad untuk tidak akan kalah. Bagaimanapun caranya. Takhta itu adalah miliknya dan ia tak akan pernah menyerahkannya pada siapa pun, terlebih pada Archibald.

Jangan lupa vote dan komentarnya. Terima kasih. Pembaca yang baik hati, tinggalkan kesan kalian tentang Fairyverse sejauh ini yaa ❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top