10. The Queen

Pintu besi tahanan berderit keras, menyadarkan Ammara yang sedang tertidur meringkuk di atas permukaan lantai batu yang dingin. Tubuh ringkihnya menggigil beberapa saat, sebelum akhirnya ia bangkit dan menatap waspada ke arah pintu besi di hadapan.

Pintu besi itu terbuka dan beberapa kesatria Elf memasuki ruangan tahanan dengan langkah formal. Mereka berdiri berjajar di samping kiri dan kanan pintu tahanan. Setelahnya, seorang peri Elf dengan jubah merah marun berlambang kerajaan Avery masuk. Peri laki-laki berambut kelabu itu menganggukan kepala kepada Ammara memberi salam.

"Ammara, Ratu Kerajaan Avery, Ratu Serenity ingin bertemu denganmu," tutur Maurelle dengan nada formal.

Ammara menyipitkan matanya menatap sosok Maurelle. Matanya tidak mampu melihat wajah peri itu dengan jelas. Ia mengangguk pelan sambil berusaha menopang tubuh lemahnya dengan kedua tangan.

Maurelle mengangguk kepada dua kesatria Elf yang berdiri paling dekat dengannya, memberi titah untuk membantu Ammara berdiri. Dengan sigap, kedua kesatria Elf itu mendekati Ammara dan meraih kedua lengannya.

Ammara menurut. Setelah berhasil menegakkan sepasang tungkainya, ia lantas melangkah dengan tertatih sambil digiring oleh kedua kesatria Elf di sisi kanan dan kirinya. Mereka membimbing Ammara keluar dari ruang tahanan yang gelap itu. Sementara, Maurelle mengekor di belakangnya.

Ammara mengernyit lagi saat mereka memasuki bagian lain istana yang terang benderang karena cahaya matahari. Matanya tidak terbiasa melihat terang setelah dua hari terkurung di dalam ruangan tahanan yang gelap. Ia tidak begitu peduli ke mana ia akan dibawa, yang terpenting adalah ia merasa sangat lega telah keluar dari ruangan gelap itu.

Mereka berhenti di depan istana utama kerjaan Avery yang memiliki sebuah pintu besar terbuat dari emas.  Istana paling besar di Kerajaan Avery. Gagang pintunya berkilap membentuk sepasang siluet peri bersayap kupu-kupu yang merupakan lambang kerajaan Avery.

Sepasang kesatria Elf dari balik pintu membuka pintu emas itu dari dalam. Maurelle mendahului masuk untuk memberi salam dan memberitahu kedatangan Ammara. Sementara, Ammara yang dibimbing oleh sepasang kesatria Elf mengikutinya melewati pintu balairung setelah seorang peri mempersilahkannya masuk.

Ammara terpana. Bibir mungilnya mendesiskan kekaguman tanpa ia sadari, begitu masuk ke dalam istana utama tersebut. Balairung itu adalah sebuah ruangan maha luas yang sangat indah, hampir keseluruhannya terbuat dari emas dengan langit-langit tinggi berbentuk kubah yang terbuat dari kaca. Langit-langit istana itu menampakkan pemandangan langit biru Fairyverse dengan sinar matahari yang masuk dan menjadikan ruangan itu terang benderang. Sementara jika malam hari, hamparan langit berbintanglah yang akan menjadi pemandangan dari langit-langit yang terbuat dari kaca transparan itu.

Beberapa meter di hadapan Ammara tampaklah sebuah singgasana indah terbuat dari emas. Permata-permata yang berkilauan menghiasi di beberapa bagian singgasana. Singgasana itu dilapisi beludru berwarna merah marun. Sementara bunga-bunga beraneka warna mendominasi sisi kiri dan kanan singgasana.

Di atas singgasana emas, sesosok peri perempuan sedang duduk dengan anggun. Rambutnya yang sedikit bergelombang berwarna perak dan panjangnya hingga mencapai betis. Rambut perak sang ratu terjalin sebagian dengan hiasan bunga mawar putih sebagai ikatannya. Di atas kepalanya berkhtahta sebuah mahkota perak dengan batu-batu permata putih yang menghiasinya. Di tengah keningnya tampak sebuah hiasan berkilauan berbentuk bulan sabit berwarna perak.

Ratu Serenity menyambut kedatangan Ammara dengan seulas senyum simpati. Iris matanya yang berwarna perak menyorotkan kekhawatiran yang kentara.

Ammara dibimbing oleh kedua kesatria Elf untuk duduk bersimpuh di hadapan singgasana sang Ratu. Peri perempuan itu sedikit membungkuk dengan canggung, memberi salam kepada Ratu kerajaan Avery. Setelahnya, Ammara duduk bersimpuh sembari menunduk gugup, sama sekali tak berani menatap mata sang Ratu dengan segala keindahannya.

"Aku telah mendengar apa yang terjadi padamu dari Maurelle," ucap sang Ratu dengan nada formal. Suaranya yang mengalun merdu sedikit meredakan kegugupan Ammara.

"Aku juga telah mendengar kejadian yang menimpa Putri Tatianna dan para Pangeran pada saat pesta perayaan ulang tahun Putri Tatianna," lanjutnya. Mata peraknya tetap menyorot pada Ammara, seakan sedang menilai kepribadian peri perempuan di hadapannya itu.

Ammara tetap bungkam sambil menunggu sang Ratu melanjutkan ucapannya. Ia menatap hamparan permadani berbulu lembut yang melapisi lantai istana. Susah payah ia melawan keinginan untuk mendongak dan menatap sang ratu yang intimidatif.

"Sebagai seorang ibu, aku sangat sedih dan sangat marah dengan apa yang menimpa putri dan putra-putraku." Sang Ratu menghela napas pelan seraya membuang pandangan sedihnya ke langit-langit istana. "Namun, aku juga harus berlaku adil juga padamu. Terlebih, karena ibumulah yang menyelamatkan anak-anaku."

Pandangan sang Ratu kembali kepada Ammara. Sementara Ammara masih menunduk sambil sesekali mencuri pandang ke arah Sang Ratu.

"Ammara ... Ada yang ingin kutanyakan padamu," sapa Ratu Serenity pelan. Ammara mengangkat wajahnya, menatap sang Ratu dengan sorot ragu. "Kau tampak sangat polos. Pantas saja Putra Mahkota Albert dan Pangeran Elwood memohon kepadaku untuk menyelamatkanmu. Aku penasaran, bagaimana kau bisa mengenal anak-anakku?"

Ammara terkesiap. Ternyata Putra Mahkota Albert dan Elwood yang meminta sang Ratu untuk meringankan hukumannya. Sebenarnya ia ingin menanyakan kepada Sang Ratu mengenai hal tersebut, tetapi ia urungkan karena ia merasa segan.

"Aku ... aku tidak sengaja bertemu dengan Elwood, maksudku Pangeran Elwood dan Pangeran Archibald di Fairyhill. Mereka menyelamatkanku saat aku hampir tenggelam di sungai," sahut Ammara dengan suara tercekat. Ia berusaha menekan kegugupannya sekuat tenaga.

"Fairyhill? Tempat itu cukup berbahaya bagi peri yang tidak memiliki kekuatan bela diri ataupun kekuatan sihir. Tempat itu adalah tempat paling liar di Fairyverse, setelah Hutan Larangan. Apa yang kau lakukan di tempat itu?"

"Maaf Yang Mulia Ratu, aku hanya berjalan-jalan di Fairyhill. Aku rasa para nimfa memang mengerjaiku saat itu, sehingga aku terjatuh ke sungai. Kalau tidak ada Pangeran Elwood dan Pangeran Archibald mungkin aku sudah mati, Ratu. Aku memang tidak pernah berjalan jauh keluar dari Fairyfarm. Saat itu adalah pertama kalinya aku keluar dari Fairyfarm."

Ratu Serenity tampak terkejut, "Kau tidak pernah keluar dari Fairyfarm sebelumnya?"

Ammara menggeleng pelan. Matanya bertemu pandang dengan Sang Ratu selama beberapa detik. Kemudian, peri perempuan itu menunduk lagi.

Netra perak sang ratu lekat mengamati sosok Ammara yang ramping dan berambut keemasan. "Lalu, bagaimana kau mengenal Putra Mahkota Albert?" tanyanya lagi. Kali ini iris matanya yang berwarna keperakan melebar menunjukan ketertarikan yang lebih tinggi terhadap jawaban yang akan diutarakan Ammara.

Ammara berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan sang Ratu. Gugupnya telah sedikit berkurang. Baginya Ratu Serenity terbilang cukup bersahabat walaupun ia memang terlihat sedang menyelidiki Ammara.

"Aku belum lama mengenal Putra Mahkota Albert, Yang Mulia Ratu. Kami bertemu pertama kali sehari sebelum perayaan pesta ulang tahun Putri Tatianna. Ayahku, Ailfryd dari Fairyfarm mengantarkan buah-buahan Plum dan Jeruk ke istana."

"Kukira kalian sudah lama saling kenal," timpal Sang Ratu. Ia menopang dagunya dengan sebelah tangan yang bertumpu pada salah satu sisi singgasana.

Ammara menggeleng, "Tidak, Yang Mulia Ratu. Kami baru pertama kali bertemu."

Sang Ratu tampak menimbang jawaban Ammara. Kemudian ia tersenyum. Senyum yang tidak dapat Ammara artikan. Sementara Ammara kembali menekuri lantai marmer tempatnya bersimpuh.

"Baiklah, sudah kuputuskan," ucap Sang Ratu. Ucapannya membuat Maurelle yang sedari tadi menunduk, mengangkat wajahnya untuk mendengar titah Sang Ratu dengan takzim.

"Ammara tidak akan ditempatkan di penjara bawah tanah lagi. Sementara menunggu pengadilan Dewan Peri, Ammara akan tinggal di kastel sebelah timur yang akan disegel dengan sihir dan dijaga ketat oleh para kesatria Peri. Dewan Peri akan menyelidiki kasusmu terlebih dahulu dan aku yakin ini akan memakan waktu. Terlebih, Raja Brian saat ini sedang sakit. Sidang Dewan Peri akan dilaksanakan setelah kondisi Raja Brian membaik. Aku juga akan memberi izin kepada Ella dari Fairyfarm untuk bertemu denganmu. Namun, kau tidak boleh bertemu dengan peri lain yang berasal dari luar istana Avery. Kau juga tidak bisa keluar masuk dengan leluasa dari kastel sebelah timur, seorang peri akan melaporkan setiap gerak-gerikmu padaku. Aku harap kau mengerti."

Ammara tampak berkaca-kaca mendengar beberapa keringanan yang baru saja diberikan oleh Sang Ratu, terlebih izin untuk dapat bertemu dengan ibunya. Ibu yang sudah sangat dirindukannya. Namun, sesuatu masih mengganjal perasaannya.

"Yang Mulia Ratu . ..."

"Ada yang ingin kau sampaikan?" tanya Sang Ratu seraya menaikan salah satu alisnya.

"Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku tidak melakukan sihir kepada putri dan para pangeran. Kalung itu ... aku juga tidak mengetahui kalau kalung itu berasal dari Hutan Larangan," ucap Ammara dengan suara bergetar. "Aku tidak ber---

Ratu Serenity membelalak. Ia mengangkat salah satu tangannya, menginstruksikan Ammara untuk menghentikan ucapannya.

"Kau tidak perlu mengatakannya padaku di sini. Tunggulah saat sidang Para Dewan Peri untuk mengatakan pembelaanmu."

Ammara menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit yang menghampiri hatinya saat itu. Ia terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya memaksakan seulas senyum tersungging di bibir.

"Yang Mulia Ratu, terima kasih atas segenap kebaikanmu. Sekali lagi, terima kasih," tuturnya lirih.

Sang Ratu menyunggingkan seulas senyum dan mengangguk dengan anggun. Ratu Serenity lantas mengalihkan pandangan pada Maurelle seraya mengangguk tegas, memberi instruksi dalam diam. Peri cenayang itu membalas dengan anggukan takzim, terlihat telah memahami perintah Sang Ratu.

Maurelle membungkukkan badannya ke arah Ratu, kemudian berjalan mendekati Ammara.

"Mari, Ammara. Aku akan mengantarmu ke kastel sebelah timur."

Kedua kesatria Elf membantu Ammara berdiri dari posisi berlututnya. Ammara membungkuk lalu tersenyum dan memberi salam kepada Sang Ratu sebelum keluar dari istana utama itu. Langkahnya tertatih mengikuti Maurelle menuju ke kastil di sebelah timur kerajaan Avery. Namun, sebuah pengharapan terbit di dalam dadanya bahwa ia akan dapat bertemu dengan sang ibu.



Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya yaa ❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top