5. Unsheelie

"Dia sudah melompat turun?"

Marybell terbang menyeruak di antara dedaunan pohon jeruk yang rimbun. Suaranya melengking, setengah berteriak, mirip suara kawanan lebah. Wajah pucatnya yang ketakutan seketika dipenuhi teror ketika mendapati luka yang mengalirkan darah pekat di tubuh si bocah peri. Sekilas, ia melirik Chiara dengan sorot penuh tanya, meski barangkali telah mengetahui jawaban atas pertanyaannya sendiri.

Di sisi lain, Chiara yang telah berlutut di samping si bocah peri itu mengangguk pelan seolah dapat memahami tanya dari raut sahabat Pixie kecilnya. Dugaan Marybell ternyata benar.

"Demi leluhur para peri!" Marybell menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan, sementara sepasang mata besarnya membelalak kaget. Kepalanya menggeleng keras seolah dengan melakukan hal itu, kenyataan yang kini terpampang di hadapannya dapat berubah. "Ayo kita laporkan pada Ailfryd!" serunya setelah keterkejutannya berangsur mereda. Ia hendak berputar ke arah kedatangannya, tetapi Chiara buru-buru mencegah.

"Marybell, jangan! Dia sedang terluka dan tidak berbahaya," ucap gadis manusia itu memperingatkan.

Marybell nyaris membantah, tetapi ia terlihat menahan diri mati-matian. Pada akhirnya peri Pixie itu hanya mendengkus, membiarkan Chiara melakukan apa yang dikehendakinya. Makhluk itu terbang sedikit menjauh, memberi jarak di antara dirinya dan si bocah Unsheelie, sementara Chiara semakin mendekati makhluk itu untuk memeriksa keadaannya.

Setelah bocah peri itu berada sangat dekat dengannya, barulah Chiara melihat betapa kurus dan mengenaskannya makhluk itu. Selain luka menganga yang menggores permukaan perutnya, terdapat beberapa luka gores kecil di wajah dan lengannya yang telah mengering. Bocah peri yang tengah mengerang kesakitan itu terlihat hendak menghindar saat salah satu lengan Chiara hendak menyentuh lukanya.

"Aku hanya akan memeriksa lukamu," ucap Chiara cepat hingga membuat gerakan bocah itu terhenti.

Namun, bocah peri itu menggeleng. Ia berdeham agar rintihan yang lolos dari mulutnya sendiri dapat teredam. "Kau akan melaporkanku?" tanyanya lirih. Netranya menyorot Chiara tajam, tetapi ketakutan membayang jelas di sana.

Chiara menggeleng pelan, mengabaikan pertanyaan itu. Ia sedang menimbang beberapa tindakan yang akan dilakukannya setelah ini dan belum memutuskan apa pun. "Aku akan mengobatimu."

"Kau tentu tahu siapa aku," kata bocah itu lagi. Ia menyumpal lukanya dengan telapak tangan seolah melindunginya dari Chiara, meremasnya sedikit keras hingga darah hitam pekat mengaliri sela-sela jarinya.

"Aku tahu." Chiara mengembuskan napas, memasang raut wajah minim emosi. Ia tidak ingin terlihat ketakutan maupun terlampau mengabaikan. "Kau terluka. Aku harus mengobatimu," ucapnya cepat. Chiara lantas menggeser dirinya sangat dekat dengan si bocah peri dan memeriksa lukanya tanpa sungkan. Dipindahkannya telapak tangan si bocah peri yang menutupi luka tanpa perlawanan.

Di dunia manusia, sebetulnya Chiara tidak pernah berurusan dengan orang-orang yang sakit ataupun terluka, meski almarhum sang nenek adalah seorang perawat. Namun, sejak tinggal bersama Ella sang penyembuh, sedikit banyak Chiara menjadi terbiasa dengan hal itu. Terlebih, menyembuhkan makhluk sakit dan terluka di Fairyverse jauh lebih mudah daripada menyembuhkan manusia. Chiara hanya memerlukan sedikit serbu peri yang telah dimantrai khusus untuk penyembuhan. Beberapa mantra diperuntukkan khusus bagi penyembuhan luka ringan, sementara mantra-mantra lainnya bisa menyembuhkan sakit yang jauh lebih spesifik. Dan, Chiara selalu menyimpan sekantung kecil serbuk peri di dalam saku gaunnya seandainya ia terluka saat berada di kebun Ailfryd.

"Kalian tidak akan menangkapku, 'kan, setelah ini?" Bocah peri itu menyingkirkan lengan Chiara yang terulur di atas lukanya setelah membiarkan gadis itu mengamatinya beberapa saat. Tatapannya tajam dan mengancam, tetapi Chiara dapat mendengar begitu banyak luka dan rasa sakit pada getar dalam suaranya.

"Aku tidak akan menangkapmu kalau kau bersedia diobati." Chiara menjawab setenang mungkin. Ia tidak dapat berlama-lama menatap netra itu. Netra kelam yang mengingatkannya pada Elijah yang terluka beberapa waktu lalu. Meski para Unsheelie dikenal jahat dengan segala bentuk pemberontakan dan ketidakpatuhannya, Chiara dapat melihat jika lukalah yang melatari segala bentuk kejahatan itu, sama halnya seperti manusia. Tidak ada makhluk yang benar-benar jahat, begitu pun sebaliknya. Pemikiran ini menjadi alasan kuat baginya untuk menyembuhkan bocah tersebut.

Bocah Unsheelie itu pada akhirnya bungkam, membiarkan Chiara melakukan penyembuhan atas lukanya. Luka itu tidak begitu dalam, hanya saja akan terus-menerus mengucurkan darah jika tidak diobati. Dan, warna yang mengalir keluar dari celah robekan pada kulit itu cepat atau lambat akan membuat makhluk lain di sekitarnya mengenali bocah itu sebagai Unsheelie. Jika Chiara membiarkannya begitu saja tanpa menghentikan perdarahannya, bocah peri itu bisa saja mati dikeroyok para dwarf dan Pixie di kebun Ailfryd.

"Kau harus merahasiakan ini, Marybell," tutur Chiara dengan nada serius seraya menoleh pada Pixie yang terbang mengambang di sisinya dengan wajah syok.

"A-apa?" Marybell menanggapinya gelagapan.

"Bocah ini mungkin saja akan mati jika makhluk lain mengetahui keberadaannya dan melihat warna darahnya."

Dengan tenang Chiara meraih segenggam kecil serbuk peri dari dalam kantungnya. Cahaya matahari yang menerpa permukaan butiran seumpama garam itu berkilauan. Cahaya aneka warna berpendar, menyampaikan sihir ajaib yang tersimpan di dalam setiap butiran halusnya.

"Tapi ini terlalu berbahaya, Chiara!" Marybell mendesis sekali lagi di telinganya, memperingatkan. "Kalau pihak kerajaan mengetahui ini, kita bisa ditangkap karena dianggap menolong pemberontakan."

"Aku tahu." Chiara menjawab tanpa menoleh pada Marybell. Segenggam serbuk peri yang telah keluar dari kantungnya segera ia bubuhkan pada luka si bocah peri yang terlihat basah. Erangan penuh kelegaan seketika keluar dari mulut bocah itu bersamaan dengan luka yang mendesis, mengepulkan asap putih tipis, sebelum secara ajaib tertutup, menyisakan noda darah kering kehitaman di sekitar perut dan tuniknya. "Untuk itulah, kau harus merahasiakan ini. Ailfryd juga tidak boleh mengetahui soal ini," lanjutnya.

Chiara memandangi luka tersebut untuk beberapa saat, tetapi tidak puas dengan noda yang tertinggal. Sebuah memori melintasi kepalanya memberi ide yang kemungkinan dapat menyingkirkan segala kekhawatiran. Ia lantas bangkit menuju pohon Oak yang tadinya dipanjat si bocah peri seraya memastikan tidak ada makhluk lain di sekitar mereka. Sudut kebun itu memang yang paling lengang biasanya karena letaknya yang terlindungi deretan pohon jeruk berposisi rapat dan dibatasi oleh rerimbunan tanaman sebagai pagar hidup. Lagipula, pohon-pohon jeruk itu tidak berbuah setiap musim sehingga para dwarf pekerja hanya memenuhi tempat itu pada masa panen.

Selagi mengamati sekeliling pohon Oak, Chiara sempat bertanya-tanya dari mana bocah peri itu menerobos masuk hingga netranya menemukan bagian pagar hidup yang terlihat rusak. Rumput dan tanaman terlihat rebah sebagian dan rusak akibat tekanan, seolah sesuatu telah menerobos melewatinya. Dengan cekatan, gadis manusia itu berbalik, lalu memperbaiki asal celah pada rerimbunan tanaman yang kemungkinan jadi jalan masuk bagi si bocah peri agar tidak menimbulkan kecurigaan. Setelahnya, Chiara bergerak kembali ke arah pohon oak untuk mengikis sejumlah besar lumut dari kulit pohon. Ia akan menggunakannya untuk membersihkan sisa luka di tubuh Unsheelie. Air sebetulnya dapat membersihkan sisa-sisa luka yang mengering dengan lebih baik, tetapi Chiara tidak ingin membuat siapa pun curiga dengan meminta Marybell mengambil air. Lagi pula, lumut pohon yang lembab lebih baik dalam menghilangkan bau darah.

"Sudahkah kau merasa lebih baik?" tanya Chiara setelah kembali ke sisi si bocah peri dengan segenggam lumut segar di tangan.

Bocah peri itu mengangguk, lalu tatapannya beralih ke arah lumut-lumut basah di genggaman Chiara. Kernyit samar terbit di antara sepasang alis tebalnya. "Untuk apa itu?"

Marybell pun mendekati mereka dengan rasa ingin tahu yang sama. Barangkali ia tidak pernah melihat Ella atau penyembuh mana pun di Fairyverse menggunakan lumut dalam pengobatan mereka.

Chiara sendiri sering bermain-main dengan lumut sewaktu kecil hingga ia mengetahui kegunaannya. "Aku akan membersihkan bekas lukamu. Noda hitam yang menempel di kulitmu akan sangat berbahaya jika dilihat makhluk lain," jawabnya seraya menempelkan pelan permukaan lumut yang lembab ke atas permukaan kulit bocah itu, lalu mengusapnya. Perlahan tapi pasti noda darah kering memudar diiringi bau darah yang tercium semakin samar.

"Kau berhutang banyak padanya, Bocah Peri!" ucap Marybell sinis.

Chiara menggeleng cepat. "Tidak. Tidak Marybell. Tidak ada yang berhutang apa pun."

"Apa yang kau inginkan?" bocah peri itu bertanya segera setelah Chiara menyelesaikan noda darah terakhir di punggung tangannya.

Chiara mengumpulkan lumut-lumut bekas itu pada salah satu saku di gaunnya. Ia menjejalkan lumut terakhir ke dalam ruang yang nyaris tak mampu menampung lagi, sebelum mengangkat pandangan, dan menatap bocah peri di hadapannya lekat-lekat. "Dengar, aku tidak meminta apa pun sebagai balasan. Setelah ini, aku harap kau pergi secepatnya dari sini dan jangan sampai ketahuan. Kau juga boleh mengambil buah-buahan yang diperlukan. Namun, aku minta, kau juga merahasiakan pertemuan kita ini dari siapa pun. Anggap saja aku tidak pernah membantumu."

Bocah peri itu terdiam. Mata hitamnya melebar, sementara mulutnya yang terbuka membentuk lengkungan. "Kau akan memberiku buah-buahan segar ini begitu saja?' tanyanya, lalu mengerjap seolah tak yakin.

Chiara mengernyit bingung. Bocah peri di hadapannya ini sungguh sangat sulit untuk diyakinkan atau barangkali memang dirinya yang tidak terlihat tulus. Namun, jika mengingat hal buruk yang telah menimpa kaum Unsheelie, Chiara justru merasa iba. Wajar saja jika bocah peri di hadapannya ini bersikap begitu waspada. Chiara lantas mengembuskan napas. "Keberadaanmu di sini saja akan memberiku masalah besar jika makhluk lain tahu. Permintaanku hanya satu, pergilah secara diam-diam dan jangan sampai ketahuan. Untuk itu kita impas. Aku tidak menginginkan apa pun selain itu. Mengerti?" jelasnya dengan ketegasan yang terukur. Chiara menatap bocah itu lekat-lekat dan berharap dia mau menurutinya.

Setelah beberapa saat dalam kegamangan pikiran, akhirnya bocah peri itu mengangguk pelan. Ia menoleh pada rerimbunan rusak di dekat pohon yang menjadi jalan masuknya tadi. Jejak yang ia tinggalkan telah dihapus oleh Chiara. Namun, tetap saja, keraguan masih membayang pada netra pekat itu.

"Kau bisa melewati jalan itu lagi, sementara aku akan berjaga di luar sana, memastikan tidak ada yang melihatmu." Chiara kembali meyakinkan.

"Chiara!" Marybell terlihat ingin protes hingga Chiara harus membungkamnya dengan tatapan tajam.

Rerimbunan yang berhasil ditembus oleh si bocah peri barangkali merupakan satu-satunya jalan keluar teraman sekaligus paling berisiko. Namun, tidak ada pilihan lain. Seiring matahari yang merangkak naik ke puncak langit, kebun buah Ailfryd pun semakin ramai, akan sangat berbahaya bagi si bocah peri jika ingin mencari jalan keluar lain dengan berkeliaran di dalam kebun.

"Baiklah," kata bocah peri itu pada akhirnya. "Te-terima kasih banyak." Ia buru-buru memungut buah-buahan yang dijatuhkannya dari atas pohon ketika hendak turun beberapa saat yang lalu.

Chiara tertegun mendengar ucapan terima kasih itu. Bahkan sesosok peri Unsheelie yang dianggap jahat dan senang memberontak ternyata masih mengingat ucapan terima kasih. Entah mengapa, seketika Chiara merasa dadanya menghangat. Keputusannya untuk menolong bocah peri malang itu adalah sesuatu yang tepat. Stigma jahat mengenai Unsheelie nyatanya tidak sepenuhnya benar, terlebih saat mereka menjadi kelompok minoritas yang terusir di saat seperti ini. Hidup di bawah bayang-bayang ancaman penangkapan dan pembunuhan bukanlah perkara mudah. Namun, bocah peri ini justru menunjukkan kebaikan hati.

Beberapa saat dalam lamunan, Chiara lantas tersadar ketika mendengar bunyi langkah kaki datang mendekat ke arah mereka. Ia menoleh sekilas dan mendapati Tally berlari tersaruk-saruk di kejauhan. Dari jarak mereka, Chiara dapat mengukur jika masih ada cukup waktu untuk meminta bocah peri itu meninggalkan kebun tanpa ketahuan.

Dengan cekatan, Chiara membantu mengumpulkan buah-buahan yang berceceran dan menambahkan beberapa lagi dari pohon jeruk terdekat ke dalam kain hitam yang dibawa si bocah peri. Marybell yang semula menatap tak suka dengan tindakan Chiara pada akhirnya tergerak untuk turut membantu.

"Terima kasih, Marybell," bisik Chiara sembari mengulas senyum. Sementara, peri Pixie itu membalasnya dengan memberengut.

"Aku tidak mau berurusan dengan makhluk itu untuk kedua kalinya," rajuk Marybell.

"Kau tidak boleh bicara seperti itu, Marybell. Kalian 'kan sesama peri Elf." Chiara berdecak, tak menyukai ucapan sahabat kecilnya. Setelah mengumpulkan begitu banyak buah dalam waktu singkat, Chiara lantas beranjak berdiri dan mengalihkan pandangan pada si bocah peri. "Ayo, cepat keluar dari sini, aku akan menemuimu di luar. Ingat, keluarlah dengan selamat."

Bocah peri itu mengangguk gugup. Setelah, menyimpul ujung-ujung kain hitam yang berisi buah-buahan, ia lantas berdiri. Lukanya terlihat telah mengering dan meninggalkan sedikit noda yang tak terlalu kentara setelah dibersihkan Chiara. Ia menatap gadis manuasia itu sekilas seolah ingin mengucapkan sesuatu, tetapi hanya berakhir berupa anggukan pelan. Dengan langkah terseok yang dipaksa untuk setengah berlari, bocah itu menyeret tubuhnya menerobos di antara semak-semak. Sosoknya menghilang bertepatan dengan kedatangan Tally. Chiara refleks mengambil posisi membelakangi semak-semak yang meninggalkan jejak berlubang.

"Aku tidak bisa menemukan tangga," ucap Tally di antara deru napasnya. Keringat terlihat menyembul di sela-sela rambut lebatnya yang abu-abu. Dwarf pekerja itu mengedarkan pandangan ke atas pohon, kemudian ke sekitarnya, lalu keningnya mengernyit bingung. "Di mana penyusup itu?"

Chiara menggeleng cepat. "Penyusup apa?"

Tally menaikkan satu alisnya. "Demi Leluhur Para Peri! Pencuri yang menggerogoti pohon Ailfryd!"

"Oh, kau tidak perlu marah-marah seperti itu, Tally. Bocah peri itu sudah kabur," sahut Chiara berusaha bersikap jika tidak terjadi apa-apa dan keberadaan penyusup itu tidak berarti apa pun. "Lagi pula, dia hanya mengambil beberapa buah jeruk dan plum yang sudah terjatuh dari pohon, jadi kurasa kita tak perlu memikirkannya lagi."

"Beberapa buah saja?" Tally mendelik. Tatapannya menyorot pada tanah di sekitar pohon yang begitu bersih, lalu beralih pada sebatang pohon terdekat yang buahnya telah nyaris bersih di satu sisi. Dwarf pekerja itu menyipitkan sebelah matanya seolah sedang menghitung dan mengingat posisi setiap buah yang menggantung pada dahannya. Setelah itu, ia menatap Chiara dengan sorot tak percaya. Namun, tak mengatakan apa pun.

"Oh, ayolah, Tally. Kau 'kan tahu sesekali kita harus bersedekah agar hasil kebun Ailfryd lebih banyak lagi ke depannya." Chiara tersenyum manis, berusaha membujuk sahabat tuanya.

"Sedekah katamu?"

"Aku rasa Ailfryd tidak akan keberatan," sahut Chiara cepat.

"Tapi bocah peri itu mencuri. Dia harus diajarkan sopan santun agar tidak ...." Dwarf itu mulai mengomel dan Chiara berharap dapat menutup telinganya tanpa dianggap tidak sopan oleh Tally. Namun, sebuah suara teriakan dari sisi lain kebun mendadak terdengar, menjeda omelan Tally.

"Pencuri!"

Chiara membelalak, lalu berlari kencang mengabaikan Tally yang masih hendak lanjut mengomel serta mengabaikan Marrybell yang berteriak menghalangi. Jantungnya berdentum lebih kencang seolah akan melompat keluar dari rongga dada. Berbagai pikiran mengenai kemungkinan-kemungkinan buruk terkait si bocah peri mengusiknya. Bagaimana jika ada makhluk lain yang memergoki bocah itu dan melihat noda darah hitam pekat yang tersisa di kulitnya, atau melihat betapa kelam netra itu? Chiara tidak dapat membiarkannya. Kakinya terayun semakin kencang, ia harus menemukan bocah peri itu lebih dulu.














Publish: 06 November 2021, 13.02 WIB

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top