4. The Little Thief
Chiara Wyatt telah terbangun dan melihat beberapa kali matahari terbit di Fairyverse, tetapi ia sama sekali tidak berjumpa dengan Archibald sejak peri laki-laki itu mengantarnya ke depan rumah cendawan Ailfryd. Archibald seolah menghilang ditelan bumi. Beberapa kali Chiara berpikir untuk menghampiri peri laki-laki itu ke Avery, tetapi ia terlalu sungkan. Pada akhirnya, Chiara hanya menghabiskan sepanjang waktu di kebun Ailfryd dalam penantian yang tak berujung, sementara kecemasan menggerogoti jiwanya. Kedatangan Elwood beberapa waktu lalu juga menjadi buah pikirannya, menambah kegusaran Chiara. Namun, ia tak dapat melakukan apa-apa untuk meredakannya.
Hampir setiap hari Chiara mendengar kabar mengenai pemberontak-pemberontakan Unsheelie, melalui perbincangan Ailfryd atau pun dari bisik-bisik para pekerja di kebunnya. Hal itu semakin membuat kekhawatiran Chiara berlipat-lipat. Pun ia tak kunjung mendapat kabar dari Archibald atau pun pangeran peri lainnya. Haruskah ia terus menanti atau mencari jawabannya langsung ke Avery?
Selagi Chiara menimbang-nimbang apa yang akan dilakukannya untuk mengenyahkan kegundahan, samar-samar terdengar keriuhan dari salah satu sudut kebun Ailfryd. Mulanya Chiara mengira jika kegaduhan itu berasal dari para Pixie kebun dan dwarf pekerja yang sedang berkelakar atau mungkin bertengkar. Hampir setiap hari Chiara melihat mereka melakukan lelucon yang cukup berlebihan terhadap sesamanya hingga menimbulkan kegaduhan yang mengusik seisi kebun, hingga Sally muncul dan terbang ke arahnya dengan wajah panik.
Pixie kecil itu nyaris menabrak wajahnya hingga membuat Chiara refleks menghindar seraya berteriak. Lamunannya buyar seketika. "Ada apa, Sally?" tanyanya sedikit jengkel.
Sally menghantam sebuah kelopak bunga besar dan tinggi yang tumbuh di belakang posisi Chiara berdiri. Serbuk sari sewarna emas berhamburan ke udara diiringi umpatan kasar tiga peri Pixie mungil yang berdiam di dalamnya, sementara bunga itu bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan dengan kentara. Satu di antara Pixie mungil penghuni bunga bahkan sempat menyiram Sally dengan seember kecil nektar berwarna kuning tua saking jengkelnya.
"Hei, aku tidak sengaja, oke?!" Sally memprotes sembari menyeka wajah dan bajunya yang kini lengket. Lalu dia buru-buru menambahkan saat dua Pixie lain keluar dari 'rumah' mereka dengan tampang marah bersiap untuk meledak. "A-aku minta maaf," ucapnya gelagapan, menurunkan intonasi suaranya dengan drastis, sembari membungkuk sedikit, sebelum menghambur terbang ke balik punggung Chiara. Peri-peri Pixie itu membiarkannya dan kembali ke dalam 'rumah' bunga mereka karena segan melihat putri pemilik kebun.
"Katakan, ada apa Sally? Wajahmu seperti telah melihat monster," komentar Chiara setelah berputar menghadap Sally.
Kengerian masih membayang jelas pada wajah Sally yang serupa porslen. "Di-dia lebih mengerikan daripada monster!" jeritnya dengan suara melengking tertahan.
Wajah Chiara berubah serius. Marybell seringkali memang senang melebih-lebihkan sesuatu, tetapi dari rautnya Chiara tahu jika ada sesuatu yang diwaspadai. "Dia siapa?"
Sally tak langsung menjawab. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan seolah sedang menilai situasi. Tidak ada makhluk apa pun di sekitar mereka saat itu. Tiga Pixie penghuni bunga terdekat telah menyembunyikan diri di dalam kelopaknya dan jarak beberapa lengan peri dewasa cukup jauh bagi pendengaran makhluk-makhluk itu. Sally mendekat, melayang pelan ke telinga Chiara.
"Aku rasa, aku melihat Unsheelie!" bisiknya masih dengan lengkingan tertahan. "Di sana, di atas pohon, tertangkap sedang mencuri buah-buahan."
Chiara membelalak. "Tidak mungkin!" desisnya mencoba menyangkal. Ia mencoba mencerna perkataan Marybell dengan seksama. Keberadaan Unsheelie setelah hancurnya Hutan Larangan kedengaran mustahil, tetapi mengingat rumor yang beredar dan ucapan Elwood, hal itu bisa saja terjadi. Situasi semacam ini bisa jadi sangat berbahaya.
Detik berikutnya, setelah menimbang singkat, Chiara lantas berlari sembari mengangkat gaun panjang merah mudanya menuju keramaian di salah satu sudut kebun. Unsheelie harusnya tidak ada lagi di sekitar mereka karena Avery telah memberangus dan mengusir mereka bersama Elijah. Namun, bagaimana jika sebagian kecil Unsheelie bersembunyi di suatu tempat di penjuru Fairyverse? Barangkali mereka menghalalkan berbagai cara untuk bertahan hidup, lalu menghimpun kekuatan. Chiara cepat-cepat menepis pemikiran mengerikan itu, bagaimana pun jika para Unsheelie yang tersisa memiliki sedikit saja kekuatan, mereka pasti akan membalas dendam, dan itu berarti Archibald dalam bahaya.
***
Keramaian itu terletak cukup jauh dari tempat Chiara semula. Angin sepoi-sepoi telah membawa bunyi keriuhan itu hingga ke sisi lain kebun. Setelah setengah berlari melintasi deretan kebun plum, Chiara akhirnya tiba di tempat Unsheelie malang itu tertangkap. Namun, ternyata terduga Unsheelie itu tidak tertangkap, melainkan terjebak di atas pohon.
Di atas sebatang pohon oak yang bersebelahan dengan deretan pohon plum terakhir, sosok penyebab keributan di kebun Ailfryd tengah bertengger. Pohon oak itu adalah pohon oak tertinggi yang tumbuh di Fairyfarm, tempat peri pekerja seringkali beristirahat di bawah naungannya yang rindang. Para dwarf dan pixie seringkali berkelakar tentang memanjati langit melalui dahan-dahannya yang menjulang. Akan tetapi, tentu saja, hal itu hanyalah lelucon yang dilebih-lebihkan.
Di sekeliling pohon, beberapa dwarf pekerja dan Pixie kebun terlihat sedang berteriak marah, bahkan mengumpat, agar sosok yang bertengger pada dahan pohon oak itu melompat turun. Dari posisinya, Chiara tidak dapat melihat jelas sosok seperti apa yang dituduh sebagai Unsheelie oleh Marybell. Untuk itu, ia mempercepat langkah, setengah berlari melewati semak Geranium yang menjadi pembatas antara deretan pohon plum terakhir dan pohon oak. Chiara mengabaikan teriakkan marah para peri Pixie di antara semak Geranium yang terganggu akibat gerakannya. Sambil lalu, Chiara berucap maaf.
"Permisi! Ada apa ini?" tanyanya setelah berada tepat di bawah pohon Oak.
Beberapa dwarf pekerja telah menyingkir dan memberinya tempat berdiri paling strategis untuk melihat sosok di atas pohon. Makhluk-makhluk bertubuh gempal dengan tinggi hanya selutut peri elf dewasa itu menghentikan teriakan dan umpatan mereka, tetapi tetap menggerutu, membuat kumis dan janggut tebal yang menutupi mulut mereka bergerak-gerak dengan aneh.
"Ada pencuri!" tuding Tally di sela-sela gerutuannya. Ia menunjuk ke dahan paling tinggi dari pohon Oak itu. Cahaya matahari yang melatari sosok itu menyamarkan parasnya.
Tanpa menanggapi, Chiara langsung mendongakkan wajah dan mengangkat sebelah tangan ke arah kening. Sinar matahari pagi yang memancar dari sela-sela dedaunan dan ranting pohon oak membuat matanya menyipit untuk menyesuaikan terhadap pemandangan di atasnya. Sesosok peri elf berpakaian serba hitam dengan noda debu melumuri tuniknya tengah duduk bertengger di atas dahan. Netra gelapnya menyorot liar pada Chiara dan para dwarf di bawah pohon. Parasnya tidak terlihat begitu jelas, tetapi rambut berwarna abu-abu terlihat mencuat dari topi hitamnya yang dikenakan dengan asal.
Chiara mengamati sosok itu dari ujung kepala hingga kaki, mencoba menilai tanda-tanda Unsheelie. Barulah ia menyadari jika yang bertengger di atas sana adalah peri elf anak-anak, setelah mengamati posturnya. Entah mengapa Chiara merasakan sedikit kelegaan. Meski Unsheelie, bocah peri itu jelas bukan bahaya yang begitu mengancam.
"Oke, aku akan menangani ini. Kalian kembalilah bekerja," titahnya pada para dwarf dan Pixie yang masih berkerumun.
Gerutuan dan keluhan terdengar lagi. Dengan enggan para dwarf dan Pixie kebun membubarkan diri. Andai saja Chiara tidak datang dan mengacaukan kesenangan kecil mereka, salah satu dwarf barangkali sudah akan memanjat naik untuk menyeret turun sosok yang bertengger di dahan. Namun, Chiara, putri pemilik kebun telah memerintahkan mereka untuk kembali bekerja dan mereka tidak punya pilihan lain.
Setelah para dwarf dan Pixie pergi, tinggallah Chiara, Marybell, dan Tally yang mendongak di bawah pohon. Marybell dan Tally masih bertengkar tentang kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan makhluk itu bisa masuk ke kebun tanpa ketahuan dan berada di sana, sementara Chiara hanya menatap bocah peri itu dalam diam.
"Kau bisa turun?" teriak Chiara pada akhirnya. Perdebatan antara Marrybell dan Tally pun sontak terhenti.
"Jangan biarkan dia turun, Chiara? Bagaimana kalau dia berbahaya?"! Marybell berbisik ketakutan di telinga Chiara.
"Huh, dasar Pixie pengecut!" desis Tally. "Biarkan saja dia turun dan aku akan menghajarnya di bawah sini."
"Tapi, kau---"
"Kalian berdua, tenanglah." Chiara memperingatkan. Lalu ia menoleh sekilas ke arah Tally sambil mendelik. "Tidak ada yang akan dihajar di sini."
Marybell dan Tally sama-sama bungkam, mematuhi Chiara. Keduanya mendongak dalam diam, menanti reaksi sosok yang bertengger di atas pohon terhadap ucapan Chiara. Akan tetapi, tak ada jawaban dari atas sana. Dari balik rimbun dedaunan yang nyaris menutupi sebagian wajah bocah peri itu, sepasang mata gelapnya membalas tatapan Chiara dengan penuh rasa ingin tahu.
"Hei! Kau bisa turun?" Sekali lagi Chiara berteriak sembari melakukan gerakan melambai dengan kedua lengan terangkat ke atas. Dan, lagi-lagi sosok di atas hanya menghadiahinya dengan tatapan dan kebungkaman.
Chiara mulai frustasi. Ia berjalan mondar-mandir di bawah pohon seraya memikirkan cara agar sosok itu mau turun dan berbicara dengannya di bawah pohon. Sedetik kemudian, ia mendapat ide. "Atau aku yang akan naik ke atas," ucapnya keras-keras agar bocah peri itu mendengarnya. "Tally, tolong ambilkan sesuatu yang bisa membawaku ke atas."
Tally hendak protes. Namun, ketika Marybell mendelik ke arahnya, dwarf itu buru-buru pergi dan mencari apa pun yang bisa digunakan untuk membawa Chiara naik ke atas pohon.
Tiba-tiba sosok di atas pohon akhirnya buka suara. "Apakah kau pemilik kebun ini?" tanyanya. Suaranya lantang, sedikit serak, dan sangat khas remaja laki-laki. Bocah peri itu mengintip dari dedaunan yang semula menyembunyikan wajahnya.
Kini, Chiara dapat melihatnya. Wajah bocah peri itu begitu tirus, rongga matanya cekung sekaligus dalam. Bibir tipis dengan ujung yang melengkung ke bawah seolah ia selalu bermuka masam sepanjang waktu. Kulit wajah pucatnya dipenuhi noda hitam, barangkali debu atau tanah, Chiara tidak dapat menduganya dari bawah sini. "Aku putri pemilik kebun ini. Kau bisa turun dan berbicara denganku di sini?" sahut Chiara.
Sepasang netra kelam itu menatap Chiara dengan kewaspadaan penuh. "Apakah aku akan ditangkap?"
"Tidak. Tidak, jika kau turun dan berjanji untuk tidak melarikan diri, aku akan menjamin keamananmu." Chiara berusaha meyakinkan bocah peri itu. Tentu saja ucapannya tidak sepenuhnya benar. Jika bocah peri itu terbukti mencuri, maka ia akan mengadukannya pada Ailfryd. Namun, Chiara juga harus memastikan apakah bocah peri itu merupakan keturunan Unsheelie atau bukan.
"Dia terlihat berbahaya, apalagi kalau makhluk itu benar-benar Unsheelie. Barangkali dia menyembunyikan senjata di balik tuniknya. Dia bisa saja melukai kita, Chiara, jadi jangan biarkan dia turun begitu saja," bisik Marybell dengan tatapan ngeri.
Kata-kata sahabat pixie-nya barusan sempat membuat Chiara ragu dengan tawaran yang diberikannya kepada si bocah peri. Diamatinya sekali lagi sosok yang bertengger di atas pohon. Sepasang netra kelam itu memang terlihat berbahaya, liar, dan waspada, tetapi bagaimanapun juga sosok itu bukanlah peri dewasa. Lagi pula, tudingan jika bocah itu adalah Unsheelie hanyalah tuduhan tak berdasar dari Marybell, sehingga Chiara merasa perlu untuk memastikannya.
"Tenanglah, Marybell. Aku bisa membela diri," ucap Chiara sembari membayangkan keterampilan amatirnya mengangkat pedang beberapa waktu lalu saat menyerang Avery. Rasanya tidak begitu buruk jika hanya digunakan untuk menangkis serangan sesosok bocah peri. Namun, Chiara tentu saja harus tetap waspada.
"Lemparkan dulu apa yang kau simpan di dalam saku tunikmu!" titahnya saat mendapati si bocah peri merogoh sesuatu di dalam bajunya.
Bocah peri itu bergeming untuk beberapa saat, seolah menimbang untuk mempercayai Chiara atau tidak. Setelah saling bertatapan cukup lama, bocah itu akhirnya mengangguk pelan, nyaris tak terlihat, sebelum menjatuhkan beberapa buah plum dan jeruk yang dicurinya satu per satu.
Chiara bergerak mundur, diiringi Marybell. Beberapa kali ia berhasil meraih buah-buahan yang dilemparkan bocah peri dari atas pohon dengan tangannya yang terulur, tetapi sebagian besar buah-buahan itu jatuh dan hancur saat menghantam tanah. Sempat terlintas dalam pikiran Chiara untuk memberikan saja buah-buahan itu kepada si bocah peri, tetapi, tentunya setelah mereka bicara.
"Kau bisa turun? Atau perlu sesuatu untuk membantumu turun?" Chiara menatap khawatir saat bocah itu mulai mengulurkan satu kakinya hingga menjuntai dari dahan pohon dengan ragu-ragu. Chiara lantas menoleh ke arah Marybell. "Di mana Tally? Apakah dia tidak menemukan tangga atau yang sejenisnya?" tanyanya sembari menyisir sekelilingnya dengan tatapan, tetapi dwarf berusia tujuh tahun itu tidak terlihat di manapun.
"Aku akan mencarinya," sahut Marybell, lalu melayang pergi menerobos dedaunan pohon jeruk di hadapannya.
Setelah kepergian peri Pixie itu, Chiara kembali mengalihkan pandangan pada si bocah peri dengan kedua lengan yang terlipat di depan dada. "Kau bisa menaiki pohon ini, tentu tak masalah bagimu untuk turun," gumamnya pelan.
Di luar dugaannya, bocah peri itu ternyata bisa mendengar gumamanya, lalu membalas Chiara dengan gerutuan yang samar-samar. Satu kaki bocah peri yang semula terulur tadi akhirnya berhasil menapak pada satu dahan kecil yang terletak di bawah tempatnya bertengger. Selanjutnya, ia mengulurkan satu kaki lagi dengan perlahan, mencari pijakan berupa dahan-dahan terdekat. Bahkan, dari jarak seperti itu, Chiara dapat melihat jika kaki kurus si bocah peri gemetar. Chiara nyaris menahan napas saat kaki sang bocah akhirnya menemukan pijakan, sedikit lebih jauh dari jarak yang harus dijangkaunya pada pijakan pertama. Telapak kakinya lantas mencoba menjejak pada dahan itu, ketika bunyi patahan ranting mendadak terdengar.
Chiara bergerak mundur dengan gelagapan tepat saat kaki si bocah peri lolos dari pijakan yang patah. Satu tangannya yang tidak siap menahan beban tubuh langsung terlepas dari dahan di atasnya, sementara satu kaki lainnya yang belum menemukan pijakan sontak menggantung di udara. Sepasang tungkai itu kini bergerak-gerak liar mencari pijakan, sementara satu lengan menahan bobot tubuh dan lengan lainnya berusaha mencari pegangan terdekat.
"Tolong! Tolong aku!"
Chiara kini benar-benar menahan napas. "Bertahanlah!" teriaknya panik. Ia mencari sesuatu di sekitarnya, entah itu kayu atau patahan dahan pohon, sembari melihat ke arah perginya Tally dan Marybell, berharap menemukan mereka. Akan tetapi, ia tak menemukan apa pun. Selagi Chiara fokus dalam kepanikannya, bunyi patahan dahan kembali terdengar. Ia refleks mendongak. Kejadian itu begitu cepat hingga Chiara rasanya lupa untuk mengedip dan saat kesadarannya terkumpul, si bocah peri telah melayang jatuh, sebelum menghantam tanah diiringi bunyi lolongan yang begitu kencang.
Chiara serta-merta menghampiri bocah peri itu hingga mendapati pemandangan yang membuatnya ngeri. Lolongan si bocah peri ketika jatuh semestinya telah menjelaskan segalanya.
Di atas tanah yang permukaannya tidak rata oleh akar dan bebatuan, tubuh itu tergeletak. Namun, genangan darah hitam pekat yang semakin melebar dari salah satu sisi tubuh si bocah peri lantas menarik atensi Chiara. Sesuatu yang tajam telah melukai satu sisi tubuh si bocah, barangkali senjata yang disembunyikannya di balik tunik. "Kau baik-baik saja?" tanya Chiara karena hanya itu yang terpikir olehnya saat itu. Tentu saja, bocah peri itu tidak baik-baik saja. Kelopak matanya tertutup, sementara mulutnya membunyikan erangan kesakitan yang lirih.
Bocah peri itu berdarah, terlalu banyak untuk sekadar disebabkan jatuh dari pohon. Alih-alih menjawab, sosok itu masih merintih memegangi perut kirinya.
Dengan sigap, Chiara memeriksa tubuh si bocah, membalik tubuhnya yang jatuh dalam posisi menelungkup, mengabaikan raut tidak senang yang ditampilkan oleh bocah peri itu. Sebilah belati yang mencuat dari tunik rupanya telah menggores daging perut si bocah peri cukup dalam. Dari luka menganga itulah darah segar mengalir.
"Kau menyembunyikan senjata?!" tuding Chiara dengan raut ngeri. Namun, tudingan itu sama sekali tak berarti apa-apa. Si bocah peri menggeleng, lalu mengangguk cepat sebelum kepalanya jatuh terkulai tak sadarkan diri.
Detik itu juga, Chiara menyadari betapa pekatnya darah yang mengaliri luka si bocah peri. Bahkan, tanpa bertanya, Chiara tahu jika bocah peri itu merupakan salah satu kaum Unsheelie.
Pontianak, 13 Oktober 2021, pukul 22.06 WIB
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top