...........
"Maaf, membuatmu menunggu," ucapya tanpa menghiraukan ucapan pria itu.
"Tidak apa, aku tidak ingin mengganggu waktumu dengan 'anakmu'. Kamu terlihat bahagia dengannya."
Haruki hanya tersenyum mendengar apa yang diucapkan oleh Takamasa. Ya, pria itu Kujou Takamasa.
"Ha~ coba saja jika anak - anakku juga bisa memanggilku ayah seperti anakmu," keluhnya.
"Kamu terlalu mengekang mereka, lagipula bukankah kamu lebih dulu yang mempunyai 'anak' sayangnya sampai sekarang belum ada yang memanggilmu ayah," ujar Haruki meledeknya.
"Sudahlah, anak itu sekarang sudah besar ... "
"Yura, itu nama yang kuberikan padanya," ujar Haruki memotong ucapan Takamasa.
"Ya, Yura. Dia bukan yang merencakan semua hal ini, membuat Riku berpura - pura lupa dengan masa lalunya," ujar Takamasa.
"Menurutmu?"
"Anakmu itu ..." Takamasa menjeda kalimatnya sebelum melanjutkan membuka mulut sambil menatap pria pirang di hadapannya.
"Anak angkatmu itu tidak menunjukkan sifat yang sesuai dengan usiaya," lanjutnya.
"Bagaimana menurutmu Riku yang sekarang?" tanya Haruki bertujuan mengalihkan pembicaraan.
"Anak itu sekarang lebih baik dari sebelumnya, tapi bagaimanapun kondisinya tidak cocok dengan bidang yang digelutinya," Komentar Takamasa.
"Penyakitnya sudah tidak separah dulu, meskipun itu belum bisa dihilangkan," ucap Haruki.
"Kalau begitu aku tidak akan segan membuat anak itu menderita."
"Kamu tidak bisa, bukankah dirimu yang menutup segala informasi tentang Riku saat sehabis kecelakaan itu bukan?"
"Aku juga tahu jika dirimu mengatakan hal kejam kepada Riku agar dirinya menyerah akan impiannya karena dirimu tidak ingin merasakan kecewa dalam bidang yang digelutinya ini dan juga untuk keselamatan diri Riku sendiri, bukan?"
Skatmat. Semua yang diutarakan oleh Haruki adalah fakta, tapi ia tidak menyangka jika semua yang dilakukannya diketahui oleh pria di hadapannya ini. Haruki yang melihat keterdiaman Takamasa kembali membuka suara.
"Aku pikir kamu akan terus berada dalam jurang kegelapan yang kamu ciptakan,"
"Dia adik Tenn. Aku berencana untuk mengadopsinya juga sekarang."
Penuturan Takamasa membuat Haruki menghela nafas lelah dengan kelakuan pria di depannya itu. Terkadang Haruki bertanya apa sebenarnya yang ada di dalam otak Takamasa.
"Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Lagipula bukankah anak - anakmu yang sekarang sudah cukup untukmu, bahkan ada yang terbuang," ujar Haruki yang hanya dibalas senyuman menyebalkan dari Takamasa.
"Bagaimana dengan Tenn sendiri?" tanya Haruki.
"Ya, dia baik seperti biasanya, hanya saja dia cukup terkejut saat bertemu dengan Riku waktu itu."
"Kamu masih menganggapnya sebagai pengganti Zero?"
Takamasa diam, ia hanya menatap lekat pada Haruki.
"Tidak lagi," ujarnya setelah lama terdiam, tenggelam dalam pikirannya.
"Aku harap kamu bisa melupakan segala hal di masa lalu."
"Aku juga berharap jika kamu dapat sadar dengan bahaya yang mengintai daari dekat," ujarnya meninggalkan pertanyaan bagi Haruki.
"Kamu akan tahu suatu saat nanti."
***
Riku saat ini sedang berada di kamarnya, berkali - kali ia memutar badannya berusaha untuk tidur, tapi sayang ingatan tentang obrolan dengan Haruki serta pertemuannya dengan Tsumugi terus berputar di kepalanya membuat matanya tidak ingin menutup, bahkan sekarang wajahnya memerah mengingat hal itu. Hal itu membuatya tidak sadar dengan kehadiran Yura di sampingnya.
"Riku - nii, berhentilah bertingkah seperti itu, aku bosan melihatnya sedari tadi," ujar Yura.
Riku mempoutkan bibirnya, menatap Yura dengan tatapan tidak suka dan memberikan deathglare padanya tapi malah terlihat seperti anak anjing yang imut dan minta dipungut di mata Yura.
"Ini karenamu, Yura! Hum," ujarnya dengan nada kesal yang kentara.
"Aku tidak melakukan apa - apa, Riku - nii, kenapa jadi aku yang bersalah di sini?"
"Pokoknya ini salah Yura!" ujar Riku bersikeras dengan tuduhannya.
"Terserah Riku - nii saja," pasrahnya.
"Nee, Riku - nii jika suatu saat Riku - nii dihadapkan pada situasi untuk memilihku atau Hisake adik kandung Riku - nii itu, siapa yang akan Riku - nii dipilih?"
Riku memiringkan kepalanya, menatap Yura dengan keheranan. Lebih tepatnya heran dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Yura.
"Apa maksudmu, Yura? Mengapa aku harus memilih diantara kalian berdua, tentu saja aku akan memilih keduanya," Riku berujar sambil memberikan senyumnya pada Yura.
"Yura, aku mengantuk sekarang, jadi besok saja ya melanjutkan obrolannya."
Setelah mengatakan itu, Riku benar - benar terlelap, menandakan betapa lelahnya hari yang telah dilaluinya.
"Aku akan membuatmu memilih saat itu Riku - nii, karena kamu tidak pantas memiliki adik sepertinya," guman Yura sebelum mengikuti Riku untuk tidur.
Hari berlalu begitu cepat hingga tidak terasa sudah berbulan - bulan sejak Riku berpura - pura lupa ingatan dan melakukan debut solonya. Banyak tawaran pekerjaan yang datang padanya. Sebisa mungkin dirinya menghindari untuk menerima pekerjaan yang bersangkutan dengan grupnya, idolish7.
Tapi sepertinya takdir tidak selalu berpihak padanya, hari ini ia menerima tawaran pekerjaan yang melibatkan idolish7.
"Nanase - san ah, maaf, maksudku Riku - san," Panggilan itu menyambutnya saat sampai di tempat tujuannya untuk melakukan konser.
Konser kolaborasi antara dirinya dan idolish7, tapi apa ini pantas disebut koaborasi, bukankah dirinya masih bagian dari idolish7 saat ini?
"Ah, Izumi - san, senang bisa bekerja sama dengan grupmu," ujar Riku membalas sapaan Iori.
"Bisakah kamu memanggil namaku saja? aku merasa jika kamu sedang memanggil kakakku jika seperti itu."
"Kalau begitu, Iori - san,"
Tanpa Riku sadari Iori tersenyum, bukan senyum bahagia yang ditampilkannya melainkan senyum menyedihkan. Hubungan mereka yang dahulu dekat kini begitu renggang seakan seperti tidak saling kenal.
"Iori!" panggilan itu membuyarkan lamunan Iori.
"Nii - san,"
Mitsuki berjalan ke arah Iori, matanya juga menangkap kehadiran Riku.
"Semua mencarimu, Iori," kalimatnya menyimpan sendu tersirat yang disadari oleh Riku.
"Kalau begitu ayo pergi. Riku - san, aku pergi dulu," pamit Iori.
Mata Mitsuki terus saja menatap ke arah Riku, rasa rindu begitu besar terpancar di kedua bola matanya. Bahkan cairan yang mengenang di pelupuk mata Mitsuki tertangkap jelas di mata Riku.
'Gomen, gomen,' Riku terus membatin.
Sedangkan Mitsuki yang sudah berada di ruang tunggu Idolish7 terus menatap Iori dengan pandangan kosong. Pikirannya masih melayang ke Riku, dari pertemuannya saat bersama Zool hingga tadi saat bertemu.
"Nee, Iori, apa kita bisa seperti dulu lagi?" tanyanya memecah keheningan.
"Aku ... aku rindu saat Riku memakan oumrice buatanku, aku ... aku akan memasak oumrice itu untuknya jika dia bisa mengingatku."
Perkataan Mitsuki membuat semua kembali terdiam, bayangan kebersamaan membangun grup ini dari bawah terputar jelas di otak mereka masing - masing.
"Sumimasen, ano, apa aku mengganggu waktu kalian?"
Pertanyaan itu berasal dari pemuda berambut merah yang saat ini menjadi pikiran setiap orang di dalam ruangan tersebut.
"Riku - san, ada keperluan apa mampir kemari?" tanya Iori.
"Um, apa aku boleh bergabung di sini? Staff - san tadi menganjurkanku untuk menunggu di sini sambil membahas perfom yang akan kita lakukan saat pentas," jelas Riku.
"Tentu saja, Rikkun." Jawab Tamaki yang disetujui oleh member lainnya.
Riku melangkah masuk duduk diantara Iori dan Mitsuki.
"Riku, apa kamu ingin minum teh madu?" tanya Sougo yang mendapat anggukan oleh Riku.
Jujur saja, ia rindu melakukan kebiasaanya itu saat Riku masih berada bersama mereka, bukan hanya dia namun keenam member lainnya juga merasakan hal yang sama.
"Oh, Riku, you tidak berubah sejak dulu."
Pernyataan yang dilontarkan oleh Nagi memang benar, tapi mendengar suara dari lelaki bersurai kuning itu membuatnya tidak tahan untuk tidak memeluknya, ia rindu dengan celotehan Nagi tentang anime favoritnya itu.
"What happen Riku?"
"Rindu kalian," lirihnya yang masih dapat di dengar oleh mereka.
"Riku, apa ingatanmu sudah kembali?" tanya Yamato yang membuat Riku sadar akan ucapannya.
"Ingatan apa?"
"Tadi kamu mengatakan kalau kamu merindukan kami, Riku," kali ini Mitsuki ikut bersuara.
Riku tahu ada harapan besar di hati mereka mendengar lirihannya tadi, dirinya juga ingin mengakhiri ini sekarang, namun rencana yang sudah diatur ini juga tak ingin dirinya rusak begitu saja.
"Maksudku, aku merindukan kalian karena sudah lama tidak bertemu, bukankah pertemuan terakhir kita saat bersama dengan Torao - nii dan yang lainnya," ucap Riku yang tidak sepenuhnya berbohong.
Harapan yang mereka harapkan terkabul kini hancur namun tidak menghilang, karena di dalam hati mereka tertanam dengan kuat jika center mereka, malaikat merah mereka, Nanase Riku akan segera kembali ke mereka.
"Riku, ini minumlah," Sougo memberikan teh madu yang diterima dengan senang hati oleh Riku.
Suasana di ruangan itu menjadi lebih hidup setelah kedatangan Riku, mereka mengobrol dan bercanda ria, namun tanpa sadar membuat mereka lupa dengan kehadiran seseorang di tengah mereka. Hisake.
'Tidak, seharusnya bukan seperti ini, mereka tidak boleh terlalu akrab bukan ini rencananya. Aku harus melakukan sesuatu,' Hisake membatin dengan wajah gelisah yang tak disadari siapapun.
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top