Crystal 4 - When He's Sick

Untuk membaca cerita lengkapnya bisa buka Dreame.com ^^

Link ada di bio yaaa :D

^^^

haii~ ketemu lagi! hoho

lirik gambar: Airi

==========

"Kak.. Kak Ruby.." aku yang sedang melahap sarapan buatan Bi Yura terhenti dan menatap Airi yang menarik ujung seragamku. 

"Ada apa sayang?" tanyaku sambil mengusap kepalanya. Kalau aku melihat Airi, aku ingat Beryl yang berusia setahun diatasnya. Beryl sekarang berusia lima tahun. 

"Kak Sev.. Daritadi Airi bangunin tapi ga bangun-bangun.." ujarnya dengan mata membulat. 

Sev belum bangun? Kulirik jam tanganku dan melotot tak percaya. Ini sudah jam 06.15! Kenapa dia belum bangun? 

"Benarkah? Baiklah, kakak akan melihat dia dulu ya. Airi mau sarapan apa?" tanyaku sambil membantunya naik ke atas bangku. 

"Telur! Mmmh, sosis!" setelah memberikan susu dan makanan yang diinginkan Airi, aku langsung naik ke lantai dua. 

Aku sudah tinggal disini selama beberapa hari, dan mulai terbiasa dengan keluarga baruku ini. Aku, Severus, Airi, dan Bi Yura. Tunggu. Spinel dan Bella juga termasuk keluargaku. 

"Sev? Bangun. Udah jam segini nih.." kataku sambil mengetuk pintu kamarnya. 

Namun tak ada jawaban. Kuketuk lagi. "Sev.." 

"Masuk aja, By.." kudengar suaranya agak parau. 

Setelah mendapatkan izin dari si empunya kamar, aku langsung masuk ke dalam dan menemukan Sev yang masih berselimut tebal. Anak ini, udah jam segini juga. Ntar aku keikut telat deh. 

"Hei! Bangun!" ujarku sambil menarik selimutnya. 

Bukannya bangun, dia malahan meringsut sepeti bayi. Sepeti orang kedinginan. Kulihat wajahnya yang pucat. 

Kemudian aku dekatkan punggung tanganku ke wajahnya. Panas. Dia demam! 

"Hei.. Kau demam.." kataku sambil menyelimutinya dengan selimut yang sempat kutarik tadi. 

"Engga kok By.. Izinin aku tidur bentar ya By.. Nanti.. aku sekolah kok." ujarnya dengan nafas tersengal dan berat. 

"Ck. Masih aja sok kuat kaya dulu." aku teringat pertama kali membawanya ke rumahku. Dalam keadaan yang parah. Penuh dengan luka. 

Aku berniat beranjak dari kamarnya. Ingin memanggil Bi Yura, meminta bantuan untuk menjaganya. Aku tak ingin telat masuk kelas. 

Namun langkahku terhenti karena pergelangan tanganku ditarik oleh Sev. 

"Disini aja.. Jangan pergi.." dia berkata sambil menatapku dengan matanya yang sayu. 

"Aku mau sekolah, Sev.." kataku sambil membalikkan badan dan meletakkan tangannya di tempat semula. 

"Disini aja, By.." ujarnya dengan nada yang sungguh membuatku tak bisa meninggalkannya. Ya ampun! 

"Bi Yura~ Sev demam.." teriakku dari kamar Sev. 

Tak lama kemudian, Bi Yura datang dengan tergopoh-gopoh, dan tercium bau sabun cucian piring. Sepertinya dia sedang mencuci piring. 

"Demam non?" tanya Bi Yura sambil menghampiri Sev dan mengecek demam Sev di keningnya. Tangan Sev masih saja memegang kuat pergelangan tanganku. 

"Wah, iya.." Bi Yura mengangguk dan berjalan keluar, kemudian kembali lagi meletakkan obat di atas meja kecil di samping tempat tidur Sev. 

"Bi, aku mau berangkat sekolah. Tolong jaga Sev ya?" tanyaku dengan nada lembut. 

"Gamau sama Bi Yura! Maunya sama Ruby!" tanpa disangka Sev berteriak. 

Bi Yura, hanya tersenyum mendengar teriakan majikannya itu. Sedangkan aku hanya bisa kaget akan sikapnya yang aneh. 

"Non, kalo lagi sakit gini Den Sev gamau ditinggal sama orang yang dia pengen.." ujar Bi Yura. 

"Hah? Tapi aku kan mau sekolah Bi.." rengekku pada Bi Yura yang disambut dengan senyuman hangatnya. 

"Gimana ya non? Den Sev kalo lagi sakit gini, trus orang yang di pengen gada di sampingnya, ga bakalan minum obat atau mau makan.." 

Aku mengerjap kaget mendengar perkataan Bi Yura. 

"Jadi aku gabisa kemana-mana nih Bi? Harus nemenin Sev?" tanyaku sambil menunjuk diriku sendiri. 

Bi Yura hanya mengangguk dan tersenyum. 

"Bentar ya Non, bibi buatin makanan dulu buat Den Sev." 

Ketika Bi Yura meninggalkanku dan Sev di kamar, dengan cepat aku duduk di kursi yang dekat dengan ranjang Sev. Tangan Sev yang panas masih menggenggam pergelangan tanganku. 

Dengan kecepatan tinggi aku menekan tombol-tombol di layar dan langsung tersambung. 

"Bells! Aku gabisa masuk hari ini.." ujarku sambil melirik Sev yang masih tertidur. 

"Hah? Kenapaa?" tanyanya yang kuyakin dengan wajah yang bodoh. 

"Sev lagi sakit, gamau ditinggal.." ucapku sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal. 

"Ciee! Yauda nanti aku izinin sama guru ya! Semoga lekas sembuh! Nanti pulang sekolah aku kesana ya!" ujarnya sebelum menutup telepon. 

Aku menghela napas. Masalah satu, selesai. Kulirik lagi pria yang masih terbaring dengan lemah itu. 

"Sev.." ujarku sambil barusaha mengendurkan pegangan dia. 

Dia hanya bergumam kecil, namun tidak mengendurkan pegangannya sama sekali. Malahan semakin erat. 

"Sev.. Hei, dengerin aku. Aku ga bakalan kemana-mana. Aku disini, nemenin kamu. Tapi tolong, lepasin dulu tangan kamu. Aku mau ganti baju.." ujarku tepat di telinganya. 

Setelah mendengar perkataanku, dia tersenyum sedikit dan mulai mengendurkan pegangannya. Dengan kesempatan yang ada, aku langsung kembali ke kamarku. Mengganti pakaian dan menaruh tas sekolahku.

***

"Hai Ruby!" sapa anak-anak yang sudah berdiri manis di depan pintu rumah Sev. 

Waw. Bukankah yang mau datang hanya Bella? Kenapa Lina, Lucy dan Andy juga ikut? Aku melirik Bella yang masih cengengesan. 

"Hai By.." satu persatu dari mereka menyapaku. Aku balas menyapa mereka. 

"Dia di kamar By?" tanya Lucy dengan nada yang centil. Aku memutar bola mataku, dan mengangguk. 

"Kamarnya dia dimana By?" tanya Lina dengan semangat. 

"Yuk,langsung aja ke kamarnya." ujarku pada mereka. 

Dibelakang, aku berbisik dengan Bella. 

"Katanya cuma kamu? Kenapa yang lain ikut?" tanyaku dengan nada yang sepelan mungkin. 

"Aduh, mereka maksa sih By.. Aku ga enak nolak mereka.." ujar Bella dengan wajah memelas. Aku menghela napas dan mengangguk mengerti. 

Ketika sampai di depan kamar Sev, aku langsung membuka pintunya dan masuk ke dalam. Di dalam, ada Bi Yura sedang membereskan makan siang yang baru dihabiskan oleh Sev. 

"Bi, tolong ya minuman buat teman-temanku.." ujarku ke pada Bi Yura. 

"Siap Non!" Bi Yura dengan lantang berujar padaku, membuat yang lainnya terkikik geli. 

"Ruby.. Darimana?" tanya Sev, dengan mata sayunya. 

"Abis dari depan Sev. Jemput mereka nih." ujarku sambil duduk di kursi samping ranjang Sev. 

"Udah minum obat belum?" tanyaku, yang dijawab gelengan olehnya. 

Aku mengambil satu butir obat demam dan memberikannya kepada Sev, tak lupa aku memberikan segelas air mineral padanya. 

Setelah dia minum obat, dia menoleh ke arah teman-teman dan menyapanya. 

"Oh.. Hai kalian!" dia berkata sambil melambaikan tangannya. 

"Keadaan kamu gimana Sev?" tanya Andy. 

"Yah, gini deh.. Udah baikan kok. Kan Ruby nemenin aku disini." ujarnya sambil menunjukkan deretan giginya yang putih bersih. 

Aku yang mendengar ucapannya hanya meliriknya tajam dan disambut tawaan dari Sev. 

"Kalian tinggal bareng ya?" Lina tiba-tiba bertanya sambil duduk di sofa. 

"Iya, ayahnya Ruby nitip dia ke aku. Dia bilang aku harus jagain Ruby.." ujar Sev dengan senyuman yang mengembang. 

Aku memutar bola mata. Oh ya ampun, kenapa juga dia harus jujur. 

Kulihat Lucy yang sedaritadi diam ekspresinya berubah dalam sekejap. "Kau kenal dengan ayahnya, Sev?" 

Sev hanya mengangguk dan tersenyum kembali. Matanya melihat diriku yang tak tahu harus berkata apa. 

"Sepertinya bukan kau yang menjaga Ruby.. Tapi Ruby yang menjagamu." celetukan Bella membuat seisi ruangan tertawa. 

"Tapi, kau benar-benar manja Sev pada Ruby." ujar Andy sambil menjitak kepala Sev. 

"Sakit, Ndy!" dia meringis kesakitan, kemudian melihatku dengan tatapan yang memelas. Aku mengehmbuskan nafas. Aduh, Sev kalo lagi sakit tuh bener-bener manja. 

"Ndy, jangan gitu dong, Sev kan lagi sakit.." ujarku pada Andy, yang disambut sorakan dari Lucy dan Bella. 

"Kamu udah kaya istrinya aja, By." celetuk Andy sambil terkikik geli. 

Aku mendelik kepadanya. "Enak aja!" 

Tiba-tiba Lina yang duduk di sofa berteriak kaget, membuat kami menoleh ke arahnya. 

"Ada kucing!!" dia langsung melompat ke atas sofa. Ternyata spinel sedang bermanjaan di kaki Lina. Aku menahan tawa. 

"Spinel~" suara imut yang sangat kusukai itu terdengar dari balik pintu. Aku berdiri dan berjalan mendekat dimana Airi berada. Dia sangat pemalu pada orang baru. 

"Airi, sini Kak Ruby kenalin sama temen-temen Kak Sev.." ujarku sambil menarik lembut tangan Airi. 

"Ih! Lucu banget, adek kamu By?" tanya Lucy sambil menghampiri Airi yang masih terlihat takut dan malu-malu. 

"Bukan, dia anaknya Bi Yura.." ujarku sambil memberikan Spinel pada Airi. 

Sekarang Spinel sudah sangat dekat dengan Airi. Bahkan mungkin lebih dekat dengannya daripada aku. Membuat hatiku hancur. Alah lebay. Haha. 

"Manis banget ya.." ujar Andy sambil mengelus rambut Airi. 

Airi tiba-tiba menangis. Membuatku dan yang lainnya kaget. Aku langsung menggendong Airi dan membawanya keluar. 

"Kenapa sayang?" tanyaku ketika sampai di luar. 

"Airi takut.. Dipelototin sama kakak yang duduk di sofa.." ujarnya pelan. 

Yang duduk di sofa? Lina maksudnya? 

"Gapapa sayang. Mungkin dia masih takut sama Spinel." ujarku menenangkannya. 

"Airi kenapa Non?" tanya Bi Yura sambil membawa nampan yang berisi minuman dingin untuk teman-temanku. 

"Biasa bi, anak kecil. Takut kalo ketemu orang baru." ujarku sambil menurunkan Airi yang ingin dipeluk oleh mamanya. 

Aku mengambil nampan yang dibawa Bi Yura. "Biar aku aja bi yang bawa."

***

"Udah enakan belum?" tanyaku kepada Sev yang sedang melihat ke luar. 

Dia menoleh dan mengangguk. "Iya, makasih ya." 

"No problem." kataku dengan datar. 

Suasana hening sejenak. Aku ingat beberapa saat yang lalu kamar ini ramai dengan anak-anak yang menjenguk Sev. Tapi sekarang tinggal kami berdua. Dan itu sedikit aneh. 

"By.. Baru sekali ini aku dijenguk oleh teman-temanku.." dia memusnahkan keheningan diantara kami. 

"Benarkah?" ujarku sambil duduk mendekati Sev. 

Dia tersenyum dan mengangguk. "Dulu, aku tidak punya teman.." 

Aku tak percaya. Orang sebaik dia mana mungkin tidak memiliki teman. "Jangan bercanda." 

"Baiklah. Anggap saja itu adalah candaan dariku." ucapnya sambil tertawa. Aku hanya memutar bola mataku. Malas menanggapinya. Tanpa menghiraukannya yang sedang menatapku-aku merasakannya- aku tetap asik bermain dengan handphoneku. 

"Hei. Sepertinya aku tidak punya nomermu ya?" pertanyaannya membuatku menoleh. 

"Huh? Kita kan tinggal serumah. Tidak perlu sms atau menelpon." ujarku dengan cuek. 

"Yah, tapi kan cuma sementara.." 

Aku mengdengus. Kalau udah gini, dia ga bakalan mau dibantah. Malas juga kalau berdebat dengannya. Secepat kilat aku mengambi handphone miliknya dan mengetik nomerku di dalamnya. 

"Nih, udah." ujarku sambil memberikan handphone miliknya. 

"Thanks." dia tersenyum. 

"Yauda deh aku mau mandi dulu. Kamu istirahat ya. Kalo aku bilang istirahat, istirahat. Jangan main sama Airi." 

Dia mengangguk dan akupun keluar dari kamarnya yang nyaman.

***

Keesokan paginya, Sev sudah sehat kembali. Membuat hatiku senang, entah kenapa. Mungkin karena aku bisa kembali ke sekolah. aku berdiri di depan pintu masuk, menunggu Sev. 

"Sev!" teriakku ke dalam ruangan, ketika dia belum juga terlihat. 

"Den Sev sudah keluar daritadi Non." ujar Bi Yura sambil membereskan piring kotor. 

"Airi, kakak mau sekolah dulu ya?" ujarku pada Airi yang masih menempel erat di kakiku. Tingginya tidak mencapai pinggangku. Membuatku ingin memeluknyaa. 

Dia menggeleng keras. "Kakak disini aja, main sama Airi.." ujarnya dengan menatapku. Kemarin Sev yang minta temenin, sekarang Airi? Aku tertawa kecil. 

Aku berjongkok dan mengelus poninya. "Nanti pas kakak pulang sekolah kita langsung main ya?" 

Dia mengangguk dengan cepat dan langsung berlari menuju Bi Yura. Aku membalikkan badan dan mencari-cari keberadaan Severus. Pencarianku dikagetkan oleh pengendara Ninja yang mengklakson motornya, tepat di depan pagar rumah Sev. Siapa tuh? 

Aku memicingkan mata, dan memperhatikan lekuk tubuhnya. Tasnya mirip sama tas Sev.. 

"By! Cepetan naik! Mau telat?" aku mengerjap kaget ketika dia berteriak dan membuka kaca helm full face-nya. Ternyata itu Sev. 

Aku langsung berlari dan lompat ke bangku penumpang. 

"Sejak kapan kamu punya motor, Sev?" tanyaku. 

"Udah lama kali." ujarnya sambil menaikkan kedua bahunya. 

"Siap-siap ya!" sambungnya, membuatku bergidik ngeri. Tanpa satu katapun, dia langsung mengebut dengan kecepatan yang bisa membuat isi perutku keluar. 

"Sev! Pelan-pelan dong!" teriakku padanya. 

Aku melingkarkan lenganku di perutnya, tidak ingin terjatuh. Mataku tak sanggup melihat sekitar. Aku takut, benar. Baru pertama kali aku naik motor gede seperti ini. Rasanya itu seperti terbang entah kemana. 

"Hei, mau meluk aku sampai kapan?" perkataannya membuatku tersadar dan langsung melepaskan kaitan tanganku. 

Dia tersenyum lebar, membuatku ingin meninjunya sekarang juga. Aku langsung turun dan berjalan cepat mendahuluinya yang masih memarkirkan motornya. 

"Hei! Tungguin aku, By!" teriakannya sukses membuat kami menjadi pusat perhatian di lorong kelas ini. 

Aku berhenti ketika ada tangan yang menepuk pundakku. Severus. 

"By, marah?" tanyanya sambil tersengal. Dia berlari mengejarku ternyata. 

"Pelan-pelan dong! Kamu mau aku mati muda?" ujarku sambil berkacak pinggang di depannya. 

"Kan biar kita ga telat By." ujarnya sambil manaruh tas di mejanya. 

"Iya deh.." aku mengerang kesal dan duduk di kursi kebangsaanku. 

"Kenapa sih By? Pagi-pagi udah bete aja.." tiba-tiba Bella sudah duduk di sebelahku. Aku menoleh ke arahnya, namun membuang wajahku. 

"Kenapa dia?" akhirnya Bella bertanya pada Sev. 

"Ngambek gara-gara tadi aku ngebut." Sev mengucapkannya sambil tersenyum geli. 

Aku mengangkat kepalaku dan berdecak ke arahnya. "Ah! Tadi sengaja kan kamu? Mau bikin aku jantungan!!" 

"Loh By, kalo kita ga ngebut bakalan telat.." ujar Sev sambil bertopang dagu. 

"Tau ah! Terserah." kataku sambil membalikkan badan. Setelah aku terdiam, mereka juga diam. 

"Dia lagi PMS ya?" bisikan Sev masih terdengar jelas di kupingku. 

"Bentar.." ada jeda sedikit sebelum Bella melanjutkan. "Iya nih, dia lagi PMS. Ati-ati aja Sev kena semprot sama dia." 

Ah!! Bella! Nyebelin banget sih segala ngasihtau!! 

Aku mengacak rambutku dengan kesal. 

"By, rambut kamu berantakan tuh.." Lina yang datang darimana sudah menyodorkan sisir padaku. 

"Bodo. Biarin aja." aku menenggelamkan wajahku diantara tanganku yang melipat di atas meja. 

"Lin, sini deh pinjem.." aku mendengar suara Sev berkata pada Lina. Pinjem apa? 

Kemudian yang kutau, Sev menarikku untuk duduk tegap dan dia dengan lembut menyisir rambutku yang kusut. 

"Jadi cewek tuh jangan marah-marah melulu.." katanya sambil merapihkan poniku dengan jari tangannya. 

Aku menatapnya yang sedang tersenyum padaku. Kalau dilihat dari jarak sedekat ini, ternyata Sev ganteng ya? Eh? Lupakan. 

"Cie.. Ada yang blushing~" Bella yang berdiri di belakang Sev tertawa cekikikan. 

Aku kembali mengerucutkan bibirku. Sev yang masih menyisirku hanya menepuk pelan kepalaku sambil tersenyum. 

"Udah ah, jangan ngambek mulu." 

Setelah selesai dengan acara sisir menyisir, Sev berjalan menghampiri Andy yang sedang mengobrol dengan yang lain. 

"Kalian romantis ya!" bisik Lucy padaku. 

Aku melotot padanya. "Romantis apaan?" 

Bella menjitak kepalaku. "Jangan keras-keras ngomongnya!" 

Aku meringis kesakitan di tempat Bella menjitakku. 

"Sakit tau!" 

"Kalian kenapa ga pacaran aja sih?" ucapan Lucy membuatku yang sedang minum langsung menyemburkan air di dalam mulutku. 

Lina yang berada tepat di depanku terkena imbasnya. Wajahnya basah oleh air. Bella dan Lucy hanya tertawa melihat Lina yang kuyup. 

"IH!! RUBY JOROOK!!" teriakan Lina sukses membuat sekelas menoleh ke arah kami. 

Tidak, lebih tepatnya ke arah pintu kelas. Karena Bu Lala sudah masuk dan siap memberikan materi pada kami.

***

Aku mengetuk-ngetukkan jariku di atas meja. Kulirik meja Sev yang kosong. Anak itu sekarang sedang ada kegiatan klub, basket. 

Tak sengaja aku terpikir perkataan teman-teman yang tadi. Aku. Pacaran. Dengan. Severus. 

Yang benar saja? Kenapa mereka sampai bisa berpikir seperti itu? 

Kutenggelamkan wajahku di lekukan tangaku. Kalau aku sampai pacaran dengannya, habislah dunia ini. Tidak tau saja mereka, aku dan Sev sering sekali beradu mulut karena hal kecil. 

Gimana jadinya kalo aku pacaran sama dia? Berantem tiap hari? 

Lelah hati, woy. 

"By, pulang yuk." suara Sev sudah bergema di penjuru kelas yang kosong. 

"Duluan deh, Sev.." kataku tanpa memandangnya. 

"Hah? Duluan? Mangnya kamu mau ngapain dulu?" tanyanya sambil duduk di bangku Bella. 

"Cuma lagi males aja.. Udah deh, pulang duluan sana.." ujarku sambil mendorong lengannya. Dia menangkap pergelangan tanganku. 

"Dih? Aku gamau pulang sebelum kamu pulang." ucapnya, masih dengan posisi duduk yang tegap. 

Aku menghela napas dan menarik tanganku yang dicekal olehnya. 

"Ah. Duluan gih.. Aku lagi pengen sendiri.." ujarku malas. 

"Kamu ga serem sendirian disini? Udah sepi loh.." dia berkata dengan nada menakut-nakutiku. Ga mempan! 

Aku berdecak kesal. "Ah! Pulang aja sana!" 

Kembali aku dorong tubuhnya agar menjauh dariku. Namun dia hanya tertawa dan menangkap tanganku. 

"Makan es krim yuk?" ajaknya padaku. Aku langsung diam. Es krim.. Mau banget! Tapi.. 

"Makan es krimnya di rumah aja ya? Bawain buat Airi juga." kataku merajuk. 

Tunggu. Aku merajuk? Gila! 

"Enakan makan disana kali, By. Kan bisa sambil ngobrol di taman." tempat es krim yang dimaksud olehnya adalah taman sebelah sekolah. Es krim disana terkenal enaknya. 

"Di rumah ajaa~" ujarku. Terdengar menggelikan. Ada apa denganku?? 

Dia terlihat berpikir sebentar. "Oke. Ayo sekarang pulang." 

"Yauda kamu jalan duluan gih." kataku berjeda sebentar. "Jangan berani-berani nengok ke belakang ya!" sambungku dengan nada mengancam. 

"Hah? Mangnya kenapa?" dia sudah berdiri, dan berjalan di depanku. Agak jauh memang. 

"Udah ah! Ikutin aja! Awas ya kalo sampe nengok ke belakang!" kataku. 

"Iya iya bawel.." dia berjalan perlahan di depanku, dan aku mengikutinya dari belakang. 

"Kamu kenapa sih, By? Mentang-mentang lagi PMS-" dia berhenti ketika mengatakan hal itu. Yang kulihat tangannya sibuk mencari-cari sesuatu dalam tasnya. 

"Nih, pake." dia menyodorkan jaketnya kepadaku. 

Aku melongo. Dia manyadarinya. 

"Eh, ma-makasi." dengan canggung aku mengaitkan lengan jaket itu di sekitar pinggangku, sehingga menutupi bagian belakangku. 

Setelah tertutup dengan rapi, aku berjalan di sampingnya. Kulirik dia yang tidak menatapku sama sekali.

***

"Bi~ Kami pulang!" kami berteriak bersamaan ketika memasuki ruang tamu. 

"Kak Ruby~" Airi yang entah darimana langsung menubrukku dan memelukku dengan erat. 

"Pelukan buat Kak Sev mana?" tanya Sev pada Airi sambil merentangkan kedua lengannya. 

"Aku maunya sama Kak Ruby aja!" Airi menolak untuk memeluk Sev, sepertinya dia masih marah karena kemarin Sev tidak mau bermain dengannya. Tentu saja, dia kan kemarin sakit. 

"Airi.. Peluk Kak Sev dulu dong.." bujukku pada Airi. 

Dia menatapku dengan tatapan memelas, tidak mau memeluk Sev. 

"Ayolah Airi~" tanpa persetujuan Airi, Sev sudah memeluknya dan berputar-putar di ruang tamu. 

Membuat aku tertawa kecil melihat tingkahnya yang memanjakan Airi. Sepertinya Airi sudah tidak marah lagi. Buktinya dia sudah tertawa. 

"Selamat datang, Non.." sapa Bi Yura padaku. 

"Halo Bi. Aku bawa es krim nih Bi. Kita makan bareng yuk." ujarku pada Bi Yura sambil berjalan menuju dapur. 

"Non, ini kok jaket Den Sev..?" Bi Yura menunjuk jaket Sev yang melilit di pinggangku. Kulirik ke arah mata Bi Yura memandang. 

"Aku tadi tembus Bi, Sev minjemin jaketnya deh.." kataku sambil nyengir. 

"Wah, ternyata Non Ruby tuh bener-bener orang yang spesial ya bagi Den Sev." kata Bi Yura sambil mengeluarkan beberapa gelas untuk kami minum bersama. 

"Hah?" aku yang sedang cuci tangan menoleh bingung ke arah Bi Yura. 

"Itu jaket kesayangan Den Sev, Non. Setau Bibi Den Sev ga pernah minjemin jaketnya ke siapapun.." 

"By! Es krimnya manaa? Lama banget ilah." kepala Sev yang nongol dari jendela dapur membuatku kaget bukan kepalang. Sepertinya dia sedang bermain dengan Airi di halaman belakang. 

"Eh.. Iya bentar Sev." aku langsung memberikan es krim kepada Sev.  

Setelah memberikan sekantong es krim pada Sev, aku langsung pamit pada Bi Yura. 

"Bi, aku ke atas dulu ya. Mau ganti." kataku sambil berbisik, disambut anggukan oleh Bi Yura.

TBC~

==========

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top