The Truth

Ini kisah cinta Urky dan kehidupannya di masa muda.

Urky Kainand. Si genius turunan Brazil-Indo yang notabene berasal dari keluarga pemusik. Urky digembleng di Juliard University New York untuk jadi musisi handal. Didukung dengan bakat sinestesia yang dimilikinya, Urky sangat kental dengan dunia musik.

Sudah lama, Urky jatuh cinta pada Yumi Harada. Gadis jepang yang tinggal di New york karena beasiswa. Urky sering memperhatikan Yumi dan keanggunan yang ia punya. Yumi memiliki segala bentuk keindahan di ujung kaki sampai kepalanya. Dan hal itulah yang buat Urky tidak lelah mengejarnya.

Singkat cerita, Urky mendapatkan hati Yumi. Mereka dimabuk cinta. Juliard yang jadi saksi bisu atas cinta musisi kenamaan Urky kepada Yumi. Dan seperti pasangan pada umumnya, mereka merenda kasih hingga bercumbu menjadi hal yang tabu bagi dua pecinta itu.

Di samping itu, Urky tidak pernah tahu bahwa Elena, wanita yang tergila-gila padanya, melancarkan banyak ancaman pada Yumi. Ia satu dari segelintir orang yang menginginkan Urky. Elena yang paling frontal, ia yang paling obsesi untuk mendapatkan Urky.

"Apa yang kamu lakukan sama Yumi?" teriak Urky begitu tahu Elena baru saja mendorong Yumi dari tangga hingga kakinya terkilir.

"Kenapa menyalahkanku, dia sendiri yang kurang awas, gadis itu memang selalu melamun dimanapun ia berada," cibir Elena.

"Elena, kalau aku tahu sesuatu terjadi pada Yumi atas ulahmu, aku bersumpah akan menghajarmu. Ga peduli kamu wanita sekalipun."

Nyatanya, ancaman Urky selalu tidak digubris Elena. Elena makin gencar mengganggu hidup Yumi. Yang terparah adalah... Elena hendak menggugurkan janin Yumi yang berusia tiga minggu. Urky tidak tahu tentang itu.

"Putuskan salah satu, kau pilih Urky... atau janinmu..." ancam Elena dengan sebuah pisau ditodong tepat di perut Yumi.

Yumi sudah sangat frustasi. Ia memilih berhenti memperjuangkan Urky. Dari awal ia selalu lemah terhadap Urky. Maka... Yumi pergi dari kehidupan Urky. Study tidak terselesaikan, Yumi kehilangan tempat di New york, segelintir yang tahu kalau Yumi pindah ke Indonesia.

Urky marah besar. Ia mencekik Elena dengan gusar. Tapi meskipun Elena bisa saja mati di tangan Urky, wanita itu malah tertawa. Cintanya membuat Elena nyaris gila. Dan penderitaan Urky dianggap seperti lagu ninabobo untuknya.

Urky pindah ke Indonesia. Mencari-cari Yumi sampai ke penjuru negeri tersebut. Dan selama itu, Elena selalu mengikuti kemanapun Urky pergi. Urky jengah, ia menaruh segala kemarahan pada Elena. Dan lagi lagi, wanita itu hanya tersenyum saat Urky-nya membentak ataupun menampar pipi.

"Elena... apa yang salah denganmu, kenapa kamu lakukan ini padaku. Kumohon, berhentilah!" ujar Urky suatu waktu.

"Aku akan berhenti, kalau kau mau mencoba mencintaiku."

"Aku ga mungkin mencintamu!" setengah berteriak Urky menghajar tembok di belakang tubuh Elena.

"Kenapa ga mungkin, kamu hanya belum mencoba. Aku janji akan memperbaiki diri kalau kamu mau sekali saja menatapku sebagai wanita."

"Setelah apa yang kamu lakukan padaku, kau minta aku menganggapmu sebagai wanita? Jangan gila!"

"Lalu aku harus apa Urky, aku sangat menyukaimu bahkan melebihi hidupku sendiri. Aku hanya minta kamu memperhatikanku sedikit saja. Aku mencintaimu."

"Aaarrrgggg!!!"

Bertahun-tahun, hal itu terus berulang. Urky tidak pernah bertemu Yumi sekalipun. Ia mulai lelah. Dan untuk kali pertama ia pasrah pada Elena. Urky menundukkan kepala pada Elena dan menyerah padanya.

"Lakukan apapun seperti yang kau mau."

Sejak hari itu, dunia Urky penuh dengan Elena. Wanita itu tidak sesumbar. Ia benar-benar memperbaiki diri jadi wanita anggun yang Urky mau. Ia juga menjaga Urky penuh kelembutan dan rasa cinta yang tidak berkurang. Sampai akhirnya Urky memutuskan untuk menikah dengan Elena.

Mereka hidup normal sebagai keluarga, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang memiliki bakat seperti Urky. Sadar anak laki-lakinya penuh talenta, Urky mengajari segala yang ia punya padanya. Hampir separuh yang Urky miliki sudah ia turunkan pada anak laki-lakinya.

Kemudian, Urky mendengar kabar dari seorang rekannya di Juliard. Ia tahu keberadaan Yumi. Ia menceritakan cukup detail tentang keadaan Yumi dan keluarganya yang tercerai-berai. Belakangan Urky diberitahu, kalau Yumi melahirkan seorang anak laki-laki dari darah miliknya.

Urky langsung bergegas. Ia meninggalkan semua yang ada di Indonesia. Tujuannya Jepang. Ia ingin bertemu Yumi, terlebih lagi anak laki-laki yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya.

Tanpa ia sadari kepergiannya membuat Elena terpicu stres dan hampir gila. Berulang kali ia menangis, merutuki dirinya yang tidak bisa membuat Urky mencintainya sedikitpun.

Elena mencoba bertahan, namun di tahun kedua ia mulai lelah. Ia tidak peduli pada anak laki-lakinya yang terluka karena ditinggal ayahnya. Sekarang, ia pun harus kehilangan ibunya. Sebab, ia memutuskan mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.

🍀

Rean menelan ludah berkali-kali. Ia tidak percaya pada apa yang baru ia dengar dari mulut Aru. Bahwa pria di hadapannya ini adalah anak Urky dari Yumi, dengan kata lain mereka kakak beradik dari ayah yang sama.

"Aku tahu ini kedengaran gila, tapi kisah orang tua kita harus ada yang menceritakannya," ucap Aru menutup cerita panjang lebar tentang ayahnya.

Rean menggigit bibir bawahnya. Pikirannya berkecamuk, merangkai kata demi kata hingga masuk logikanya. Aru menumpahkan semua pada Rean. Termasuk bagian penyakit Feya dan obsesi padanya.

"Maaf, kamu pasti kaget mendengar ini semua dari mulutku. Kamu udah dewasa, dan kamu bisa mencerna dengan baik tanpa kurang sedikitpun."

Rean masih terdiam. Bagian kegilaan ibunya membuat ia tertohok, hatinya rontok mengetahui ibunya bisa menjadi sangat gila karena cintanya pada Urky.

"Kamu belum bilang, kenapa Feya bisa ada di rumah sakit ini," tanya Rean kemudian. Prioritasnya adalah Feya. Ia mengkesampingkan dulu pikiran negatif tentang ibu atau ayahnya.

"Feya sakit, demam. Setelah bertemu denganku dia terus menangis dan menolak untuk makan. Makin hari ia makin lemah makanya kami bawa Feya ke rumah sakit," jelas Aru.

Rean menyipitkan mata, antara percaya atau tidak pada pria di hadapannya ini.

"Kenapa? Kamu kira penyakit Feya kumat lagi makanya dibawa ke rumah sakit?" Aru seolah bisa membaca pikiran dengan baik. Rean mengangguk. "Aku ga tahu gimana perlakuannya sama kamu, dan aku ga bisa membedakan dia kumat atau engga. Yang aku tahu, dia selalu histeris dan memanggil namaku berulang-ulang. Apa dia juga begitu sama kamu?"

Perbincangan mereka berhenti, karena mendengar teriakan dari dalam. Feya yang berteriak.

"Oniichan!!"

Spontan Aru berlari ke dalam kamar Feya. Ia belajar selama beberapa hari ini, bila Feya sudah berteriak memanggil namanya maka ia harus berada di hadapannya, kalau tidak Feya akan meracau dan menggila. Contohnya berlari tak karuan ke setiap sudut sambil memanggil-manggil nama Aru.

Rean mengikuti di belakang. Ia melihat Feya langsung mendekap Aru seolah tidak mau kehilangan. Rean memperhatikan setiap perubahan ekspresi muka Feya di balik tubuh Aru.

"Feya, pacarmu datang. Kamu mau ketemu dia? Dia ada di sana!" Aru menunjuk Rean dengan gestur tubuhnya. Feya melepaskan pelukannya ke perut Aru, mendongak dan mengikuti arah telunjuk Aru.

Detik itu, Rean merekam raut muka Feya, datar... terlalu datar. Bola matanya cekung hasil dari tidur terlalu lama. Tatapan matanya kosong tak bergairah. Bibirnya lurus tak berikan ekspresi. Dan yang paling melukai hati Rean adalah saat Feya membuang muka darinya dan memilih kembali menatap Aru. Seperti sosoknya tidaklah penting untuk ia perhatikan.

Berbeda dengan sebelumnya, semburat senyum terpancar di wajah Feya ketika menatap Aru. Feya sempurna menjadi seseorang yang tidak Rean kenal karena tatapan serta senyum yang terasa asing.

Rean mengepal kedua tangannya. Giginya gemetrukan menahan kesal. Hal itu disadari Yicky, ia menepuk pundak Rean tapi langsung Rean tepis dengan gusar.

"Lo baik-baik aja, Re?" khawatir Yicky.

Bukannya menjawab, Rean malah keluar kamar. Ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Feya mengejarnya karena wajahnya mirip Aru. Hanya itu, tidak lebih.

Yicky ikut ke luar kamar, ia memperhatikan Rean yang menatap kosong udara di hadapannya.

"Gue udah pernah bilang sebelumnya, berhenti menyukai Feya atau lo bakal nyesel. Feya ga bener-bener suka sama lo. Lo cuma jadi jalan obsesinya sama Aru."

Rean bergeming. Ia malas berdebat.

"Gue minta sama lo. Mulai sekarang lebih baik lupakan Feya!"

Sorot mata tajam disuguhkan Yicky untuk pertama kalinya. Rean mendengus, ia tertawa tapi tidak bersuara. Ia beranjak dari sana. Melewati lorong rumah sakit dengan dadanya yang sesak.

Di luar rumah sakit, Rean menatap langit malam. Telinganya berdenging lagi. Kali ini bukan suara sekitarnya yang ia dengar, tapi suara dari dalam kepalanya sendiri.

"Rean-kun... Rean-kun... Rean-kun... "

Suara itu menggema dan mengoyak dadanya.

🍀

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top