Love You

"Aku suka segala yang terjadi padaku hari ini dan kemarin, sebab ada kamu."

- Rean Kainand -

🍀

Sangat mudah mencintai Feya. Setiap hari, Rean dimanjakan oleh sikap Feya yang manis ataupun rasa cintanya yang begitu besar. Rean tidak malu lagi menunjukan kesukaannya pada gadis Jepang yang selalu memanggilnya Rean-kun. Ataupun bola mata jernih yang menatapnya dengan seribu bahasa cinta. Rean menyukai Feya, segala hal tentangnya.

Hari-hari berlalu secepat kilat. Selama itu pula Rean ataupun Feya tidak malu lagi menunjukan jati diri mereka seutuhnya. Rean tidak malu lagi datang ke rumah Feya, begitupun sebaliknya. Bahkan hari ini Rean khusus meminta Feya datang ke rumahnya karena hendak menunjukkan sesuatu padanya. Dan tibalah Feya di sana. Di halaman rumah Rean.

Pintu rumah pak Irdan diketuk pelan. Butuh waktu berapa menit sampai Feya putuskan untuk menggeser pintu yang tak terkunci itu.

"Rean-kun... Irdan sensei..." Feya setengah berteriak.

Untunglah, pak Irdan mendengar dan menghampiri Feya. Senyum manis terkembang dari wajahnya. Feya dipersilahkan masuk, pak Irdan menunjuk sesuatu di belakang tubuhnya dengan jempol.

"Coba tebak, Rean lagi bikin lagu ciptaan," ucap pak Irdan.

"Hontou ni? Waaaa sugoiii~"

Pak Irdan tersenyum lagi. "Buat kamu!"

"Buatku? Maji de?" Feya menyentuh kedua pipinya, menganga tak percaya.

"Iya, kamu kan perempuan spesial Rean. Dia juga khusus membuatkan lagu yang spesial."

"Ah, Irdan sensei... Aku jadi malu."

"Tapi bener loh Feya. Bapak berterima kasih banget sama kamu. Kamu menepati janji buat Rean kembali lagi seperti dulu. Ini seperti mukjizat. Dan bagian terbaiknya adalah... dia makin jenius soal musik."

Pipi Feya memerah, ia selalu senang dengan pujian. Meskipun benaknya meracau, bukan karena dia, tapi Rean yang keluar di zona nyamannya sendiri. Feya hanya membuka jalannya dengan menyanyi.

"Bapak setuju kalo setelah lulus SMA nanti kalian langsung nikah aja. Langsung diikat, biar ga ada yang menyela kalian berdua. Ah iya tapi tetap harus kuliah ya, kalian bisa kuliah meskipun sudah jadi suami istri," kicau pak Irdan.

Ia baru menampilkan sisi baru dari pak Irdan yang cerewet. Perubahan Rean memberi keuntungan signifikan baginya. Karena selain anak itu makin disiplin, nilai mata pelajarannya pun melesat bagaikan roket.

Apalagi belakangan hubungannya dengan Rean mulai terendus, karena satu dan beberapa kasus membuat ia dekat dengan guru wali kelasnya Rean. Ibu Kimmy. Pak Irdan sudah menandainya dari dulu. Sebagai pemilik hatinya.

"Feya juga mau langsung nikah sama Rean-kun," Feya tertawa usil dibalas seringai dari pak Irdan yang sumringah.

"Hei, hei, aku dengar kalian berdua!" Rean yang sedari tadi fokus bermain piano sampai rela berhenti demi protes dengan suara lantang.

Feya spontan membekap mulutnya pelan. Pak Irdan mengikuti, seperti sedang melakukan permainan 'lakukan apapun, aku akan menirumu.' Mereka tertawa bersama.

Pak Irdan membimbing Feya ke ruang musik khusus yang baru dirapikan seminggu lalu. Itu permintaan Rean, dia merengek ingin diajari piano, ingin membuat lagu khusus untuk Feya. Lalu disulaplah gudang berdebu mereka jadi ruang musik.

"Konnichiwa Rean-kun... calon suamiku~" Feya masih meneruskan gurauan mereka. Rean mendelik padanya, sedikit terganggu dengan panggilan sayang bernada genit itu.

Refleks pak Irdan tertawa. Selama Feya main ke rumahnya, ia selalu bisa jadi partner yang menyenangkan. Sisi kekanakkan pak Irdan pun ikut terpancing.

"Dasar Irdan!" cibir Rean sambil memalingkan muka ke tuts piano lagi.

Feya menaruh tas tangannya di kursi, kemudian ia melompat ke bahu Rean dan merangkulnya dari belakang.

"Nani, nani... beneran Rean-kun bikin lagu buat aku?" Feya memiringkan kepala ke sebelah kiri wajah Rean.

"He-em, tapi belum jadi, sabar ya!" Rean seolah tidak terganggu, jari-jarinya lincah di atas tuts piano hingga denting demi denting menguar di ruang musik.

"Kyaaa~ Aku mau dengar dong!"

"Kan belum jadi."

"Dikit juga ga apa-apa, Rean-kun!"

Setelahnya pak Irdan memberi tanda akan memberi mereka privasi. Ia mundur dari ruang musik, namun tetap membiarkan pintu terbuka. Bagaimanapun tidak baik membiarkan pasangan muda mudi dalam satu ruangan tertutup. Setidaknya ia masih bisa mengawasi sambil menonton TV.

Rean memainkan beberapa part musik dengan jari kurusnya. Sedangkan Feya duduk di sebelah Rean menatap pemandangan langka dari seorang calon musisi.

Jari Rean seakan menari, tiap tuts demi tuts piano menciptakan rangkaian melodi yang asing di telinga Feya. Pak Irdan benar, lagu itu digubah untuknya, sebab nada-nada yang ceria, kecepatan tempo, juga ekspresif dari musik Rean, menggambarkan jelas sosok Feya. Feya bukan ahlinya, namun mendengar satu part saja ia sudah tenggelam dalam deskripsi dirinya melalui lagu.

Rean berhenti di tengah jalan, matanya berlari pada Feya. Tatapan seolah berkata, 'gimana? Apa ini bagus?'

Feya bertepuk tangan sangat keras. Bila ada penobatan sebagai fans yang paling utama maka Feya akan mencalonkan dirinya di deretan paling depan.

"Aaaa~ sugoiii~"

Rean cukup puas dengan ekspresi wajah Feya. Rean memberikan seulas senyum yang belakangan sering muncul melihat tingkah menggemaskan Feya.

"Kamu mau belajar piano?" tawar Rean. Feya menggeleng cepat, ia rangkul lengan Rean dan bergelayut manja.

"Ga usah, aku mau Rean-kun aja yang memainkan piano untukku," ucap Feya.

"Kalo gitu kamu nyanyi," saran Rean membuat Feya mendongak ke arahnya.

"Yada, nanti telinga Rean-kun kumat lagi."

Rean mendengus. Tuts piano telah ia tinggalkan, berganti mengelus tangan Feya di antara lengannya.

"Ga Feya, aku bisa mengatasinya. Berkat kamu, aku bisa mengendalikan telingaku. Ternyata ini sangat mudah, bahkan kupikir kalau aku mengasahnya dengan benar banyak hal yang bisa kulakukan sama telingaku."

"Ah, aku senang mendengarnya."

"Feya, arigatou! "

"Untuk apa?"

"Semuanya. Aku menyayangimu."

Pipi Feya bersemu. Nampaknya Rean tidak malu lagi mendendangkan kalimat itu di telinga Feya. Ia mulai bisa berlaku jujur dengan perasaannya. Dan tidak ada yang lebih menggembirakan selain menerima cinta dari Rean.

"Atashi mo." (1)

Keduanya saling menatap, dada mereka berdegup kencang.

Belakangan Rean tahu, degupan jantung punya irama tersendiri. Yang ia dengar barusan adalah suara degupan yang dimabuk cinta. Mereka saling jatuh cinta. 

Di usia mereka, saat sebuah cinta menjadi sesuatu yang sangat besar, mereka berpegangan pada perasaan itu sendiri. Rasanya tidak ada lagi keinginan di muka bumi, selain satu sama lain. Bisa saling menggenggam, melihat wajah yang tersenyum.

I love you....

🍀

02.13 WIB

Malam tidak pernah sedingin itu sebelumnya.

Seseorang turun dari tangga pesawat yang membawanya mengudara selama sebelas jam. Orang itu mengembuskan napas, ada asap mengepul dari mulutnya yang kering. Ia berjalan mengikuti arus dan menghangatkan diri di dalam bandara.

Mata orang itu menyipit saat melihat kata WELCOME TO INDONESIA. Bibirnya tersenyum, ia tak menyangka akan sedingin ini saat kembali ke tanah air. Namun di dalam dadanya ia merasakan kehangatan. Sebab di tempat yang sama ia melihat bayangan seorang gadis kecil yang memeluknya. Senyum merekah nampak tidak serasi dengan sembab di matanya.

Orang itu memegang dada, mengelusnya karena sekarang ia merasa nyeri.

"Huf, finally im back!" gumamnya dalam hati.

🍀

F I N


Kamus :

(1) Atashi mo =  Aku juga

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top