He's Back

"Setiap manusia punya cerita, tergantung bagaimana menanggapi dan menghadapinya, seperti itulah ia bertumbuh."

- F.E.A.R -

🍀

Hening sesaat sampai lagu usai. Feya dan Rean bermain dengan pikiran masing-masing.

"Rean-kun..." Feya tak tahan dengan keheningan. "Apa ini artinya kita berjodoh? Dari banyak orang di bumi, anak dari pengamen yang kukagumi adalah Rean-kun."

Kedua tangan Rean mengepal, menahan diri untuk tidak terlalu antusias. Sedangkan matanya tidak beranjak sedikitpun dari Feya.

"Rean-kun pernah denger, setiap orang terhubung dengan pasangannya oleh benang tipis di kelingkingnya. Siap atau engga, cepat atau lambat, benang tipis itu akan mempertemukan keduanya," kata Feya.

"Aku kira itu omong kosong, tapi sekarang rasanya aku mengerti. Kekuatan takdir lebih luar biasa daripada mitos itu sendiri."

Rean menelan ludah. Ia sedang merekam perkataan gadis di hadapannya ini. Seperti candu, ia menyukai desah dan intonasi milik Feya Ryuuna. Gudang pendengarannya sudah di-reset hingga hanya suara gadis inilah yang mendominasi personal space-nya.

"Jadi namanya Urky? Setiap bertemu dengannya aku selalu lupa tanya nama, kepikiran waktu dia memutuskan berhenti mengamen di sana," katanya lagi.

Rean menghela napas. "Kamu tanya, apa yang dia lakukan di Jepang?"

Feya mengangguk, matanya menerawang berusaha ingat.

"Dia bilang, dia mencari seseorang. Tapi Jepang terlalu besar untuk ditelusuri sama dua kakinya. Yang aku tahu dia ga berhasil menemukan siapa yang dia cari. Makanya dia pergi."

Kentara sekali Feya menjaga kalimatnya, sebab yang mereka bincangkan adalah ayah Rean, orang yang pernah besar di kepala Rean.

Feya memanggil lagi ingatan yang tersemat di dadanya. Kalimat khusus yang menyihirnya merasakan jatuh cinta.

"Anakku seusia denganmu, mungkin lebih tua setahun. Dia berbakat, hampir separuh diriku menurun padanya. Anak laki-lakiku sangat tampan, aku yakin kalo kamu bertemu dengannya, kamu akan mudah jatuh cinta."

Feya menyimpan kalimat itu di kepalanya. Tersenyum sendiri karena perkataan Urky sudah terjadi di depan mata. Ya... dia menyukai anak Urky. Dan jauh sebelum itu, ayahnya sudah memberi restu.

"Eeto~ Yicky-niichan kan bilang dia tahu di mana Urky sekarang, aku akan bantu Rean-kun menanyainya. Aku juga pengen ketemu Urky, rasanya udah lama sekali."

"Ga perlu!"

"Eee~"

"Temannya Yicky juga kasih aku nomornya, aku ga akan menghubungi dia. Aku akan tunggu sampai dia sendiri memutuskan untuk pulang," jelas Rean.

"Hontou ni?"

Pesanan telah datang. Jhon menaruh dua jus pir ke hadapan mereka. Feya membungkuk sedikit, lengkap bersama ucapan terima kasih dalam bahasa Jepang.

"Rean!" Jhon memanggilnya. "Apa lu masih bisa main piano?" Jhon menunjuk piano yang bertengger di pojok cafe sebagai pajangan.

"Give me a suprise, mainkan satu lagu buat cafe ini, please!"

Feya menatap mata Rean. Ia tahu tentang kebenciannya pada musik.

"Ee~ ano~ sebenarnya Rean-kun engga..."

"Baiklah! Cuma satu lagu, kan?" potong Rean mengejutkan Feya.

"Yes, bro! Cafe belum terlalu ramai siang hari gini, anggap aja lu lagi latihan di studio sendiri."

Jhon pamit untuk mempersiapkan piano yang lama tak tersentuh. Dulu sekali, piano itu pernah jadi mainan kesukaan Rean kecil dan Urky Kainand. Denting yang keluar darinya menyejukkan hati Jhon, ia rindu.

"Rean-kun, emangnya ga apa-apa?" cemas Feya.

Rean bangun dari kursi. "Aku baik-baik aja. Aku ga pernah benar-benar benci sama musik."

Feya mendongak melihat Rean yang mulai menyunggingkan senyum meskipun hanya tipis.

"Tonton aja, jangan bersorak atau tepuk tangan. Itu akan menggangguku," ucapnya seraya mendekati Jhon yang menyetel piano berkaki itu.

Feya mengangguk-angguk. Senyum terkembang di bibirnya. Pemandangan Rean di depan piano adalah keajaiban. Lambat laun Rean kembali. Senyumnya, kehangatannya, dan... musik.

Musik membahana seantero cafe. Ada sekitar lima pengunjung yang kebetulan hadir di sana. Semua tercekat begitu melodi lembut mengalun di gendang telinga mereka.

Rean membelakangi Feya, piano berkaki itu menghadap tembok, menyembunyikan air muka sang pianis jadi-jadian. Meskipun begitu Feya tahu, Rean sedang bahagia. Dentingan mulus dari lagu Kiss the Rain - Yiruma membuat Feya ingin berjingkrak girang. Sungguh, ia tersentuh.

Tapi....

Ingatan masa lalunya kembali. Seiring dentingan lagu Kiss the Rain, isi kepalanya menyedot hal-hal yang buatnya muak.

Sebuah tamparan ke pipi mulusnya, aksi penolakan saat foto-foto dibakar, wajah pria yang tersenyum manis padanya, seseorang yang melambaikan tangan padanya, juga... teriakan ibunya.

"Sudah kubilang berhenti menyukainya!"

DEG!

Jantung Feya berdegup keras. Ia mengusap dadanya, menepis memori yang kalang kabut hadir di kepala. Ia terengah, desah napasnya kacau. Ia tidak bisa mengendalikan diri.

Dan detik itu, saat Rean telah kembali pada pangkuan musik, Feya pergi dari sana. Ia berlari, pintu cafe gemerincing terkena genta angin. Feya hanya perlu pergi dari sana, menyembunyikan tangisnya, mengenyahkan segala memori pahit dan ia tahu kemana harus mencari.

Pulang...

Ada dia yang tahu kisahnya. Hanya dia yang bisa mengerti dirinya. Feya berlari dalam keadaan mata basah dan dadanya menderu.

Ia mencari Yicky. Laki-laki tinggi itu sedang di dapur untuk memasak. Feya melesat menuju tubuh bagian belakang Yicky. Memeluknya.

"Yicky-niichan..." Feya terisak.

"Loh, kenapa Feya? Ada yang ganggu lo?"

Yicky yang tidak tahu menahu hanya keheranan dan mematung. Lengan Feya yang melingkar di perutnya bergetar tak karuan. Yicky mematikan api pada kompor. Memutar badannya dan mencari wajah Feya yang telah basah oleh air.

"Oniichan... oniichan... doko desu ka?"(1)

Lewat kalimat itu saja Yicky bisa tahu, alasan air mata Feya mengalir, atau kata-kata yang meracau seperti dihujam sembilu. Yicky menarik tubuh Feya ke dalam tubuhnya, menenangkan tangisan Feya lewat tubuh kekarnya.

"Nani mo shitakunai, atashi wa oniichan ni itai." (2)

"Onegai Yicky-niichan... onegai shimasu!"

Yicky mendesis. Ia tak ingin kalimat itu keluar lagi dari bibir tipisnya. Masa lalu Feya dan sekelumit kisahnya, ingin Yicky tendang sejauh mungkin. Kalau bisa, Yicky ingin menguras habis stok air mata milik Feya, agar tidak ada lagi adegan seperti ini.

🍀

F I N


Kamus :

(1) Doko desu ka? = ada dimana

(2) Nani mo shitakunai, atashi wa oniichan ni itai =  Aku ga mau apapun, aku ingin bertemu kakakku

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top