Gomenasai

"Setiap orang meminta maaf atas sesuatu."

- Rean Kainand -

🍀

Pagi sebelum kelas dimulai, Rean mengunjungi kelas Feya. Laki-laki itu duduk di samping Feya yang melamun. Feya tidak menyadari kehadiran Rean. Sampai Rean mengetuk meja tiga kali barulah Feya terhenyak.

"Eh, Rean-kun?" seru Feya yang baru tersadar.

Rean bergeming. Matanya memerhatikan ekspresi Feya yang tak biasa. Feya tahu kemarin sore ia telah melakukan kesalahan. Kalau tidak, Rean tak mungkin mau datang ke kelasnya sepagi ini. Biasanya Feya yang selalu datang ke kelas Rean.

"Kenapa kamu pulang duluan?" Rean memulai interogasi.

"Ano~ Yicky-niichan..." Feya menggunakan Yicky sebagai tameng. "...dia minta aku pulang."

"Kamu kan bisa bilang dulu sama aku," tambah Rean.

Feya membungkuk di hadapan Rean. "Gomenasai!" Itu saja kata dari Feya.

Rean tidak lepas menyoroti bola mata Feya yang berlari kesana kemari. Rean tahu Feya menyembunyikan sesuatu, tapi tidak tahu apa.

"Feya... kamu... ga suka aku main piano?" terka Rean tanpa tendeng aling-aling.

"Hah? Suka... Aku suka sekali."

"Terus kenapa kamu pergi saat aku main?"

"Gomen Rean-kun, bukan kaya gitu. Kemarin benar-benar mendadak. Aku suka kok sama permainan piano Rean-kun. Aku malah ingin dengar lagi."

"Ga, aku ga akan main lagi."

"Eee~ jangan gitu dong Rean-kun. Aku kan udah minta maaf."

Rean mendekatkan wajahnya ke arah Feya. "Lain kali, kalo kamu mau pergi, kamu harus bilang. Aku jadi memikirkan hal aneh kalo kamu pergi diam-diam. Kamu ngerti?"

"Haik~" Feya mengangguk.

Rean menegakkan tubuhnya, ia menghela napas. Rean merasa pertemuan mereka cukup untuk sekian. Ia bersiap untuk pergi sebab si pemilik bangku sudah datang. Batang hidung Sanny sudah kelihatan di mulut pintu kelas X-3.

"Eee~ Rean-kun. Jangan pergi dulu kalo masih marah," pinta Feya seraya menangkap lengan Rean. Menghentikan. Hal itu jadi tontonan Sanny yang baru saja tiba.

Rean mendelik pada Feya. "Aku ga marah," ucap Rean bernada datar.

"Hontou ka?"

"Iya!" tegas Rean. "Jadi lepas tangan kamu. Atau nanti Sanny usir aku."

Sanny memangku tangannya di depan dada. Pagi sekali ia harus menonton drama dari dua sejoli yang cengengesan setelah kedatangannya.

"Ow ow, apa aku harus tepuk tangan buat drama yang kalian tampilkan ini?" Sanny berkelakar.

Rean menoleh. "Ga usah, aku udah mau pergi!" sahutnya datar. Rean beringsut pergi diiringi lambaian tangan Feya tanda perpisahan.

"Ja ne, Rean-kun!" ucap Feya girang.

Sanny memerhatikan Feya, kemudian pada punggung Rean yang pergi keluar kelas.

"Tumben dia ke sini, dia bikin kesalahan?" tanya Sanny sambil menaruh tasnya di meja.

Feya menggeleng. "Bukan, aku yang bikin kesalahan."

"Kalo kamu sih, ga aneh. Kamu emang sering bikin Rean marah."

Feya mengerucutkan bibir mendengar perkataan jujur Sanny.

"Sanny-chan, udah kerjain PR bahasa Inggris?" tanya Feya menampilkan sederet gigi rapi.

"Pasti mau nyontek lagi," ketus Sanny. "Kapan kamu bisa kerjain bahasa Inggris sama matematika sendiri sih."

"Uh, aku ga bisa Sanny-chan. Lagian kenapa sih harus ada pelajaran bahasa Inggris. Kan ini Indonesia, harusnya belajar bahasa indonesia aja."

"Bodoh, bahasa inggris itu bahasa internasional, kamu harus belajar biar bisa komunikasi meskipun di luar negeri sana. Juga, biar kamu ga mudah ditipu karena kebanyakan segala hal sekarang pakai bahasa inggris."

"Aku kan tinggal minta Sanny-chan jadi penerjemah."

Feya mendapat pukulan di keningnya, pelan tapi cukup membuat Feya terkesiap.

"Enak aja, aku ga bisa setiap saat bantuin kamu. Jangan manja, kerjain sendiri sana," perintah Sanny.

"Uh, aku ga bisa kerjain soalnya ga punya kamus," Feya berdalih.

Sanny merogoh tas kemudian mengeluarkan kamus. Sanny menyerahkan kamusnya.

"Aku kira mau dikasih buku catatannya," Feya terkekeh menerima kamus dari Sanny.

"Usaha dulu, kalo ada yang ga paham baru tanya aku."

Feya manyun. Ia membuka buku catatannya yang masih kosong melompong. Pekerjaan rumahnya adalah menerjemahkan paragraf dari buku paket. Sambil menunggu bel masuk berbunyi, Feya mengerjakan PR sebisanya. Ia membuka-buka lembar kamus, lau...

SYUT!!

Selembar foto jatuh ke paha Feya. Feya memungutnya. Dan ia tercekat. Foto tersebut menampilkan gambar dua orang yang ia kenal, Sanny dan Rean. Nampak dua orang itu seperti sedang berciuman namun tangan Sanny menghalangi bibir mereka yang bertemu.

Feya melirik pada Sanny yang sedang fokus membaca sebuah novel. Berkali-kali pandangan Feya menuju Sanny lalu kembali pada foto, begitu seterusnya sampai Feya berani angkat suara.

"Sanny-chan... foto ini punyamu?"

"Foto apa?" Sanny menoleh pada Feya yang menyodorkan foto dua orang berciuman itu. Spontan Sanny terbelalak kaget.

"Ini... Rean-kun, bukan?"

Sanny merebut foto dari tangan Feya. Napasnya kembang kempis, bola matanya berlari dari tatapan Feya.

"Kenapa Sanny-chan simpan foto kalian di situ?" tanya Feya.

"Aku ga simpan, aku ga tahu kenapa foto ini ada di kamusku."

Feya bergeming. "Itu... beneran Rean-kun, ya?" nada suara Feya melemah. "Kalian pernah ciuman?"

"Feya... waktu itu kita lagi bercanda. Jhon ngerjain kita dan seenaknya main foto. Tahulah anak laki-laki suka main taruhan, si Rean kalah taruhan dan hukumannya harus..."

Sanny memilih diam. Sebab Feya menatapnya dengan wajah serius. Wajah yang tidak pernah Sanny temukan sebelumnya.

"Jhon? Pemilik cafe OCEAN itu? Jadi Sanny-chan juga pernah ke sana sama Rean-kun?" lirih Feya. "Ah, iya yah... Rean-kun pernah bilang kalo dia datang sama seseorang waktu lalu. Jadi maksudnya Sanny-chan ya? Haa... wakatteru."

"Hei Feya, ini udah lama terjadi. Lagian kan sekarang dia pacar kamu. Foto ini sama sekali ga ngaruh apa-apa buat kalian," Sanny berusaha mencairkan suasana. Ia tidak suka bibir Feya melengkung ke bawah dan tatapan matanya nanar seolah siap menangis kapan saja.

"Kata siapa ga ngaruh? Sanny-chan baka!" (1)

Feya bangun dari duduknya dan pergi sambil menghentakkan kaki.

"Feya, kamu mau kemana? Sebentar lagi pelajaran pertama mulai." Sanny bermaksud menghentikannya.

"Aku mau bolos." Tatapannya dingin. Feya melenggang pergi keluar kelas. Sedangkan Sanny diam di tempatnya, melirik foto yang sekarang berada di tangannya.

Sanny jadi ingat lagi adegan itu. Dimana ada Rean, Eza dan Jhon. Mereka bermain terlalu ekstrem. Kejadian itu terjadi begitu saja, tanpa Sanny ingat detailnya. Sebab pikirannya terbang jauh pada Eza yang melihat ciuman yang berupa keterpaksaan itu.

Sekarang Sanny remas foto itu dengan kedua tangannya. Seharusnya foto itu tidak ada di sana. Tidak untuk dilihat Feya.

Sial!

🍀

Sementara itu, di depan kelas XI IPA 2, depan kelas Eza. Dhani sedang menunjukan proposal OSIS pada Eza. Mereka berdiskusi tentang beberapa bagian proposal yang akan diserahkan pada guru.

Konsentrasi mereka terpecah melihat Feya tiba-tiba keluar kelas dan berjalan cepat. Eza yang menyadarinya. Ekor matanya mengikuti tiap langkah Feya.

"Woy boy, lu merhatiin ga sih?" protes Dhani seraya mengibaskan tangannya di hadapan Eza.

"Eh, gimana Dhan?" balas Eza tersadar.

"Elah, gua ngomong panjang kali lebar ga ada yang nempel di otak lu apa?"

Eza terdiam. Sekali lagi matanya berlari pada Feya yang makin menjauh ke lorong.

"Sori Dhan, nanti istirahat kita bahas lagi, ya!" ujar Eza seraya bangkit dari duduknya. Ia bergegas sebelum kehilangan sosok Feya.

"Lah, lu mau kemana boy?"

Pertanyaan Dhani tidak digubris, Eza mengejar Feya yang berjalan ke arah lorong. Mesti cuma sekejap Eza bisa melihat raut wajah Feya tidak menyenangkan. Ia merasa harus mengejar gadis itu.

"Feya, tunggu!" teriak Eza sambil menangkap pergelangan tangan Feya sekedar menghentikan langkah kakinya.

"Kaichou?" suaranya gemetaran.

"Mau kemana?"

"A a a Kaichou... jauh jauh sana."

"Kenapa?"

"Seluruh tubuhku penuh air, menjauhlah, aku takut Kaichou terciprat."

"Kamu mau nangis?"

Feya merengut, benar saja pelan-pelan bulir air mata menggenang di sudut matanya. Eza mengeraskan pegangan tangannya di pergelangan Feya.

"Ikut aku!" Eza membawa Feya berjalan ke ruang musik. Eza selalu menyimpan kunci ruangan itu. Dan pagi ini tidak ada kelas musik. Tempat yang cocok untuk mereka bersembunyi.

🍀

F I N

Kamus :

(1) Baka = bodoh

===================


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top