Aishiteru
"Nanti, entah kapan, pastikan kamu mengatakan aishiteru padaku."
- Feya Ryuuna -
🍀
Feya berada di kelas Rean sepulang sekolah tadi. Hujan membuat mereka memutuskan untuk berteduh sambil Rean mengerjakan PR.
Hanya ada mereka berdua di dalam kelas XI IPA 2. Bangku Rean berada di dekat jendela baris paling belakang. Feya mengambil kursi berhadapan dengan Rean. Memandanginya sambil bertopang dagu. Rean tidak beranjak, perhatiannya jatuh pada soal matematika yang rumit. Feya sedikit mengganggu, melakukan pedang-pedangan dengan pensil yang digunakan Rean untuk menulis.
"Ciat... Ciat..." Feya berlagak sedang berperang melawan penjahat berpedang.
Rean mendelik, terganggu. Tulisannya di buku jadi tergores kacau ulah Feya. Bahkan pensil Rean terlepas dari genggaman setelah Feya memukulnya keras dengan pensil miliknya.
"Banzai! (1) aku menang!" Feya mengangkat tangannya ke udara. Berteriak kencang seperti habis memenangkan pertandingan.
Rean tidak melakukan apapun selain mendelik pada Feya yang heboh. Feya mengatupkan mulut, sadar Rean tidak tertarik mengikuti permainannya.
"Rean-kun... PR kan harusnya dikerjakan di rumah," gerutu Feya.
Feya bosan, ingin dapat perhatian Rean. Tapi Rean melotot karena pekerjaannya terganggu.
"Rean-kun..." Feya mulai berdendang memanggil Rean dengan nada yang berirama.
"Rean-kun..." Kali ini dengan memoncongkan bibir seperti bebek.
"Rean-kun..." Feya menggeram meniru monster bersuara seram sambil menggoyang-goyangkan lengan Rean.
"Heh! Bisa diam ga, sih?" Rean membentak.
Feya tertawa melihat Rean mulai emosi. Baginya, wajah Rean yang marah sangat lucu. Ia dapat kesenangan baru belakangan ini dengan mengumpulkan segala ekspresi dari wajah Rean. Ia merekamnya di otak, menjadikannya kenangan berharga.
"Rean-kun, jawab jujur. Apa Rean-kun suka aku?" tanya Feya.
"Hm," jawab Rean singkat.
"Kok cuma hm... Coba pilih... Suki? Daisuki? Atau aishiteru?" Feya menunjukkan jari-jarinya bergantian.
Tanpa menoleh Rean menggumam. "Apa bedanya?"
Rean tahu ketiga kata itu sama-sama artinya suka.
"Beda lah, suka juga ada tingkatannya. Suki berarti suka biasa, daisuki berarti sangat suka, kalo aishiteru artinya cinta. Rean-kun yang mana?"
Rean tidak menggubris.
"Rean-kun...." Feya manyun lagi. "Bilang ih, Rean-kun sukanya yang mana. Sekaliiii aja!" Feya menunjukkan telunjuknya.
"Hm!" jawaban singkat Rean membuat Feya gemas.
Feya merebut buku Rean, menuliskan kalimat-kalimat dalam huruf hiragana.
"Ini tulisannya apa? Coba baca!" Feya menyodorkan tulisan aishiteru pada lembar terakhir di buku Rean. Rean tidak menurut, kedua tangannya bersilangan di depan dada, ia mendelik.
"Aku ga bisa baca tulisan jepang," jawab Rean santai.
"Uso!" (2)
"Sini ah, lagi ngerjain PR juga." Rean merebut buku dari tangan Feya. Lembar terakhirnya langsung ia tutup tanpa melirik sekalipun. Rean kembali sibuk mengerjakan PR.
"Uuuh, tsumaranai~" Feya mengoceh.
Tatapan mata Feya berlari ke arah luar jendela. Langit masih memuntahkan air hujan. Bukan jenis hujan yang deras tapi tetap saja mereka akan kebasahan bila memaksa berlari di bawah guyuran hujan.
Lewat jendela di barisan depan bangku sana, Feya melihat seorang laki-laki yang dikenalnya sedang melintas. Kedua tangannya di atas kepala yang tertutupi hoodie. Sedikit berlari ia mencari tempat berteduh. Feya bergegas mendekati jendela, membukanya dan memanggil laki-laki tersebut.
"Sai-kun!" panggilnya riang. Orang yang dipanggil itu menoleh, sempat terulas senyum untuk kemudian laki-laki itu mendekat pada Feya yang melambaikan tangan di mulut jendela.
"Ngapain?" tanya Sairudi setelah berada di hadapan Feya.
"Temenin Rean-kun kerjain PR," jawab Feya polos.
Sairudi melirik ke dalam kelas, sosok Rean yang terpekur di atas meja terlihat oleh Sairudi. Rean sempat mendelik dengan ekor matanya, seolah mengatakan 'lihat apa kamu?'
Sairudi memang tidak pernah bersinggungan dengan Rean. Ia selalu menghindar karena takut pada tatapan Rean yang mengintimidasi.
"Berdua doang?" tanya Sairudi.
"Heem!" Feya mengangguk, polos.
"Feya, apa rumor itu benar?" ucap Sairudi.
"Rumor apa?"
"Kalo kamu pacaran sama kak Rean?"
Mendengar itu Feya tersenyum lepas. Dengan riangnya ia bicara setengah berteriak. Dari tempat Rean saja bisa kedengaran kalau Feya senang mengatakan satu kalimat itu.
"Haik, sou desu. Aku dan Rean-kun pacaran." Feya mengangguk-angguk sumringah.
"Ga nyangka banget yah, perasaan baru kemarin kamu minta fotonya ke aku, sekarang udah pacaran aja. Hebat kamu Fey," puji Sairudi menambah rona merah di pipi Feya.
Sairudi bersandar di jendela, tepat di samping Feya yang bersedekap di mulut jendela. Mereka memandang satu titik yang sama. Langit berhujan.
"Oh ya, aku punya beberapa foto kak Rean. Gara-gara kamu tuh, aku jadi kayak stalker yang fotoin kak Rean dimanapun," kata Sairudi.
"Hah, hontou ka? Ah, mau~"
"Nanti ya, memory-ku ada di rumah. Nanti aku kasih kamu kalo udah kucetak."
Feya mengangguk setuju. "Arigatou, Sai-kun. Kamu memang juru potretku yang terbaik."
"Boleh kamu panggil aku juru potret tapi jangan pake -kun dong, kan udah kubilang aku ga suka."
"Ha ha ha... lucu tahu, Sai-kun."
"Engga ah!"
Tawa mereka kedengaran Rean. Rean memerhatikan dari mejanya bagaimana Feya tertawa, bagaimana tatapan Sairudi berubah hangat pada Feya yang berada setengah meter darinya. Rean mengetuk pensilnya, berusaha abai tapi tawa dua orang itu makin keras dan mengganggu indera pendengaran.
Akhirnya Rean bangkit dan menuju jendela tempat Feya dan Sairudi membincangkan hal-hal remeh. Secara mengejutkan Rean berada di tengah keduanya, tangan Rean berada di pegangan jendela, bersiap menutup kapan saja.
"Pergi sana, pengganggu!" usir Rean pada Sairudi.
Selanjutnya Rean menutup jendela. Sairudi sempat membuat tanda perpisahan sebelum Feya ditarik jauh-jauh dari jendela. Mereka saling melambaikan tangan mirip anak TK yang dipaksa berpisah oleh orang tuanya.
Rean memaksa Feya duduk di seberang meja. Lalu duduk dengan gusar di mejanya lagi. Raut wajah Rean nampak kesal.
"Aku kan udah bilang, jangan pasang senyum kaya gitu ke laki-laki lain," marah Rean.
Feya mengangguk-angguk. Ia sempat lupa pernah ada janji semacam itu. Bicara dengan Sairudi sangat mudah terbawa perasaan senang.
"Kamu ga suka laki-laki itu, kan?" Rean masih menampakkan mimik marahnya.
"Ii dayou. (3) Aku kan cuma suka Rean-kun," jawab Feya tanpa perlu berpikir.
"Makanya..."
"Makanya... Rean-kun bilang aishiteru dong sama aku," pinta Feya membuat Rean mengatupkan mulut.
Mata mereka saling bertemu. Rean tidak merubah wajah marahnya. Meskipun Feya sudah mengedip manja lengkap bersama senyum mengembang, tapi Rean tidak berubah.
"Kamu tahu kan, aku bukan orang yang suka bilang hal-hal kayak gitu," jelas Rean.
"Iya, tahu!" Feya merengut kecewa. "Aku cuma pengen denger aja sekali dari Rean-kun."
Rean menggeleng kepalanya dan membereskan peralatan tulis. Hujan sudah berganti jadi gerimis. Rean memberi aba-aba kalau mereka akan pulang sebelum hujan mulai membesar kembali dan berlangsung lama.
Feya masih menunggu Rean mengucapkan kalimat itu. Mungkin tidak hari ini, tapi ia tahu di hati Rean ada namanya. Meski tanpa ucapan namun gestur tubuh Rean memperlihatkan jelas pada Feya. Dinding es Rean telah rubuh sempurna. Laki-laki ini bahkan mau berjalan berdampingan dengan Feya sambil berpegangan tangan.
"Rean-kun... aishiteru yo~" ucap Feya sambil bergelayut di tangan Rean.
🍀
F I N
Kamus :
(1) Banzai = Hore!
(2) Uso = bohong
(3) Ii dayou = tidak
==================
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top