The Eyes
Pulau Lausia
Mata gadis itu menajam melihat sesuatu yang bersembunyi di balik kegelapan hutan, netra nya bersinar terang. Tombak di tangannya digenggam erat, geraman kecil lolos dari bibirnya. Kakinya perlahan-lahan berjalan mendekat ke arah depan, di belakang gadis itu. Gar mengeluarkan kuku-kukunya yang tajam.
"Stt..." perintahnya.
Monyet cerdas itu mengangguk. Gar melompat ke atas pohon dan menggunakan kekuatannya untuk melihat apa yang sedang terjadi di dalam sana. sebab, hutan tidak pernah semencekam ini. Pulau Lausia, bukan tempat yang seharusnya di datangi. Pulau ini adalah pulau buangan dan ditinggalkan. Hanya mereka yang berdosa lah, yang akan dibuang di pulau ini. Pulau Lausia juga merupakan pulau hukuman dan satu-satunya pulau yang dilarang dimasuki oleh Suku Shanka.
Eyress memusatkan pada pendengarannya, kedua mata birunya berubah seketika menjadi merah darah. Pohon-pohon rubuh kian terdengar, amukan suara itu tentu membuat Eyress sedikit takut. Ia tidak pernah bermain sedalam ini ke dalam hutan. Semburan api dimana-mana.
Gar langsung meloncat turun dan berlindung di balik rambut lebat Eyress. Sedangkan, gadis itu tidak bisa berkata apa pun saat melihat tubuh besar, tinggi dengan mata biru menatapnya. Makhluk mengerikan itu berhenti membuat kekacauan, dan sialnya kini makhluk itu memusatkan perhatian kepadanya.
Eyress bingung untuk menjelaskan bagaimana wujudnya. Ia tidak pintar, namun, makhluk itu luar biasa mengerikan dan juga indah. Tubuhnya berwarna biru, bertanduk, dan pada ujung ekornya terdapat api biru yang menyala. Eyress mengedipkan matanya, ketika melihat kedua sayap indah terbentang sangat lebar. mulutnya menganga, sampai tombak yang ia genggam terlepas.
Gar tentu kesal dengan sikap Eyress dan menarik kuat rambut gadis itu beberapa kali. Eyress pecinta hewan, gadis itu tidak tahan melihat sesuatu yang asing. karena, Eyress begitu penasaran dan ingin tahu. Tetapi, Gar tahu makhluk apa itu. Dan, ia tidak ingin terlibat dengan makhluk itu lagi.
Puluhan tahun lalu mereka menghilang, lalu kenapa sekarang salah satu dari mereka muncul dan menggila. Padahal Gar tahu, jika tempat itu sangat jauh dari pulau ini. Mengapa, dia bisa sampai ke sini?
Bluex.
Itu sebutan mereka. Naga biru samudera.
"Au, au, Gar. Rambutku bisa rontok jika kau tarik terus-menerus!" geram Eyress, seraya menarik tubuh Gar dan meletakannya begitu saja di tanah.
Makhluk itu mengeluarkan kepulan asap dari hidungnya. Eyress tidak takut lagi, karena jika diperhatikan. Makhluk ini bukan mengerikan melainkan cantik. Ia harus berterima kasih pada bulan yang bersinar terang malam ini. Jika tidak, maka ia tidak akan melihat tanduk putih yang berkilau itu dan mata biru jernih hewan itu.
Eyress terbatuk ketika asap itu terhirup olehnya. Saat membuka mata, wajah makhluk itu sudah ada di hadapannya. Makhluk itu menggeram, Eyress menggeleng untuk melawan rasa pusing akibat mengeluarkan mana* tanpa pemanasan. Mata gadis itu kembali seperti semula.
"Charis."
Gar menggeram saat mendengar naga itu mengucapkan nama itu. Naga itu mengalihkan perhatiannya ke arah Gar yang tubuhnya mulai membesar. Tawa membahana keluar dari mulut naga itu. Mata biru makhluk itu seakan mengisyaratkan kepada Gar bahwa semua baru dimulai.
Eyress hanya mematung seperti orang bodoh ketika mendengar makhluk itu bisa bicara. Gar menarik baju Eyress agar gadis itu menjauhi naga tersebut. Namun, si bodoh Eyress dan rasa pengetahuan gila nya membuat gadis itu semakin terhipnotis oleh sisik-sisik biru mengkilap Bluex yang bercahaya.
"Kau bisa bicara?" tanya Eyress dengan raut wajah polos.
"Tentu saja anak manusia. Monyet mu juga bisa bicara, seharus-" naga itu menghentikan ucapannya dan melirik ke arah Gar yang siap bertarung. "-nya," sambung naga itu lagi.
Gadis itu melihat ke arah Gar, "kau bisa bicara?"
Gar menggeleng kuat.
"Bagus. Aku bisa gila, kalau kau bisa bicara Gar," pungkas Eyress.
Naga itu kembali tertawa. Angin dari laut berembus kuat, dan suara tawa naga itu sangat menggema. Eyress ingin kembali bertanya tentang identitas makhluk ini.
"Kau itu ... hm, makhluk apa?"
Mata naga itu membulat tidak percaya. "Anak manusia, kau tidak tahu aku siapa?"
"Hem, aku tidak pernah melihat makhluk seperti mu di buku yang diberikan oleh Maya. Jadi, kau itu burung besar yang memiliki sayap dan tanduk? atau apa ya? Gar kau tahu dia itu apa?" Eyress meletakkan jari telunjuknya di dahi, berpikir keras untuk mengetahui makhluk apa yang ada di hadapannya.
"Aku tidak percaya ini! Anak umur lima tahun pun tahu aku ini apa! Anak manusia, kau benar-benar bodoh!" murka naga itu.
Eyress melotot mendengar amukan naga itu. Gadis itu tidak menyukai jika ada yang meninggikan suara kepadanya. Tanpa perhitungan, gadis itu meninju wajah sang naga hingga tubuh naga itu sedikit hilang keseimbangan.
"Karena aku tidak sekolah! Aku tidak seperti anak Shanka lain yang dapat bermain bebas di luar pulau! Aku tidak punya teman, tidak punya buku yang banyak. Aku juga tidak bisa membaca dengan lancar! Tapi, aku tidak bodoh! Kau tahu, aku tidak bodoh!" teriak Eyress sampai membuat kedua makhluk suci itu terdiam.
"Aku hanya tidak memiliki kesempatan," lirihnya.
Eyress berjalan menjauh dari mereka. Ia tidak senang disebut bodoh, saat mengucapkan hal-hal itu. Ia jadi kembali mengingat semua yang berlalu selama sepuluh tahun ini. Sejak Maya berhenti mengunjunginya dan anggota suku Shanka lain tidak ada yang berani mengajaknya bicara sejak ia masih kecil. Kenangan itu membuat hatinya sedih. Eyress tidak membenci mereka, karena Eyress tahu. Jika, ia berada bersama mereka, maka Sang Fires akan marah.
Gar ikut berbalik dengan arogan meninggalkan naga biru itu terdiam. Mendengar ucapan gadis kecil itu. Ia merasa bersalah, tentu saja ia tidak bisa menyamaratakan semua anak manusia. Tetapi, anak manusia itu memang bodoh. Ia tidak tahu jenis apa dirinya.
"Hei anak manusia," panggil naga itu.
Eyress menghiraukan panggilan itu dan terus berjalan.
"Hei! Aku akan memberi tahu mu, aku ini apa!"
Gar melihat ke arah Eyress yang sudah menangis. Gadis itu mengusap air matanya kasar.
"Aku tidak peduli lagi. Kau makhluk jahat!" ujar Eyress dengan suara bergetar seraya mengambil Gar dan memeluknya.
"Baiklah, aku minta maaf. Aku ini naga biru, kau tahu. Aku ini naga suci dari Samudera. Mataku dan matamu memiliki warna mata yang sama," pungkas nya.
Eyress berhenti berjalan dan berbalik badan. Dengan mata yang sembab, dia melihat ke arah naga itu dengan raut wajah kesal. "Jadi, aku itu juga naga seperti mu?!"
Gar dan naga itu terperangah mendengar kepolosan Eyress. Rahang mereka berdua hampir saja jatuh. Gar berinisiatif untuk meluruskan kesalahpahaman ini. Tetapi, naga biru itu membalas pertanyaan Eyress dengan gelengan.
"Tentu saja bukan. Aku ras naga, dan kau ras manusia. Kita berbeda jenis. Sejak kapan aku mengatakan kita itu sama. Aku hanya bilang, warna matamu dan mataku itu sama. Dan, kau bisa memanggilku Nox. Itu namaku," jawab Nox.
Eyress terdiam. Ia melihat mata Nox yang berwarna biru dan sangat jernih. Sedangkan mata birunya tidak secantik itu. Malah, karena mata biru ini yang membuatnya tidak bisa berbaur dengan anggota suku nya yang lain. Karena mata biru ini, Sang Fires bisa murka.
"Mataku ini tidak secantik mata mu, Nox. Karena, aku benci dengan mataku sendiri," lirihnya.
Gar memeluk tubuh Eyress dan mengusapkan wajahnya ke pipi gadis itu. Ia ingin membuat Eyress merasa lebih baik. Gar ingin melindungi anak manusia ini.
"Hei, anak manusia. Kalau kau tahu, arti dari mata mu yang sebenarnya. Aku yakin, kau akan menyukainya dengan seluruh hidup mu. Kau hanya belum mengerti, siapa dirimu yang sebenarnya. Dan, orang-orang itu ... maksudku Shanka. Mereka memang tidak menyukai mata itu bukan karena tidak indah. Tetapi, kau harus cari tahu sendiri jawabannya. Aku harus pergi."
Naga biru itu lalu terbang begitu tinggi, sampai Eyress tidak dapat melihatnya lagi. Nox, tidak menyelesaikan kata-katanya. Melainkan membuatnya untuk mencari tahu sendiri jawabannya. Eyress tidak bisa memikirkan apapun. Kedua matanya sudah sangat berat dan lelah. Mungkin besok, lusa, atau tidak akan pernah ada kesempatan baginya untuk mencari tahu kebenaran atas dirinya sendiri.
"Gar, apa mataku benar-benar indah?"
Gar mengangguk dan memeluk Eyress. Monyet suci itu tahu, jika Eyress ingin mengetahui kebenarannya. Tetapi, ia tidak bisa mengucapkannya. Ia tidak punya kemampuan itu lagi. Jika, apa yang diucapkan naga sialan itu adalah kebenaran. Maka, mulai besok. Kehancuran perlahan-lahan akan dimulai.
Charis.
Bagi Gar, itu adalah nama terlarang yang tidak boleh Eyress ketahui.
***
*mana: sihir.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top