Sebelum Kisah

Sekumpulan manusia menari mengelilingi api dengan kaki telanjang. Gemericik gelang di kaki mereka membuat keheningan malam menjadi lebih hidup. Rambut panjang mereka terkibar amat lembut diterpa angin, mata merah mereka bersinar terang. Kulit tubuh mereka yang eksotis membuat siapa pun bisa terpana.

Tanpa musik, mereka menari dengan gila. Garis mata yang tajam, tato meliuk bersimbol phoniex menghiasi bahu telanjang mereka. Nyanyian lagu suci mulai terdengar, kobaran api yang mereka kelilingi mulai merambah mengikuti tarian mereka. Semakin besar, ganas, dan lidah api itu semakin indah.

Di sisi lain, seorang wanita di atas meja batu menangis tersedu-sedu. Dalam gendongannya, bayi mungil yang cantik namun sayangnya bermata biru. Kedua mata bayi itu begitu terang, bercahaya, indah, seperti warna laut yang jernih. Berbeda dengan mata mereka semua yang merah, gelap, dan mengerikan.

"Maya, Maya ... bayiku. Kenapa matanya biru? Maya, Fires akan murka. Mengapa harus bayiku?" wanita itu menangis seraya memeluk erat bayi dipelukannya.

Semua orang tidak ada yang berani membuka suara. Wanita paruh baya dengan pakaian merah menjuntai indah ke bawah juga tidak dapat menjawab pertanyaan sang ibu baru.

"Bayiku yang malang, bayiku ... semoga Fires menerimamu. Semoga api nya menyertaimu."

Pintu ruangan tiba-tiba di buka dengan kasar. Seorang wanita dengan rambut hitam mengkilap sepanjang pinggang, lalu melangkah mendekati sang ibu baru. Setiap pijakan kaki yang wanita itu ambil, maka api yang sangat lembut akan muncul dari tubuhnya.

Wanita misterius itu langsung mendekatkan dahinya dengan dahi sang bayi. Kalimat-kalimat asing terucap dari bibir wanita itu. Wanita itu kemudian mengecup pipi sang bayi. Senyum indah terlihat di paras wanita itu.

"Kashivanatni Rashniaka*."

Maya dan semua orang di sana terkejut. Karena tubuh, rambut hingga warna mata sang bayi dapat menyala indah ditutupi oleh api berwarna biru. Wanita itu kemudian berjalan ke luar ruangan, gemericik gelang kakinya semakin jauh terdengar.

Tubuh sang ibu baru bergetar hebat, tangannya tidak kuat lagi memeluk sang bayi. Tubuhnya lemas, mata nya ingin tertutup. Pendengarannya kian tidak jelas, sang ibu baru tersenyum dan menghapus pelan air mata sang bayi.

"Anakku ... Eyress."

Tarian mengelilingi api terhenti. Angin laut berembus kuat. Purnama di atas langit mulai tertutup kabut. Maya mengepalkan kedua tangannya di dada dengan mata tertutup sebelum menimang bayi yang baru saja kehilangan ibunya. Semua anggota suku meletakkan tangan kanannya di atas dada.

"Eyress! Eyress! Eyress! Semoga Fires menerima mu!"

****

Gadis itu berlari amat cepat membelah hutan, diikuti dengan monyet berbulu keperakan. Rambut hitam nya berkibar indah, kulit eksotisnya luar biasa cantik. Mata birunya seakan permata lautan. Aura yang dikeluarkan gadis itu bak misteri yang ingin diungkap.

"Hah ... hah ... Gar! Aku menang lagi, kau kalah. Ha ha ha," ledek gadis itu terhadap monyet di sampingnya walaupun napasnya terngah-engah.

Gadis itu merebahkan diri di atas rumput hijau di tepi tebing. Tangannya mengarah ke atas seakan ingin mengambil matahari. Ia menutup mata untuk menikmati angin yang menampar lembut wajahnya.

"Uuaak, Uuaaak ...."

"Jangan berisik Gar! Aku ingin tidur," ucapnya kesal.

"Uuaak, Uaak!" Gar langsung melompat-lompat di atas perut gadis itu.

"Ap--!"

Mata gadis itu terbelalak saat melihat wanita tua di hadapannya. Ia langsung mengambil posisi setengah berdiri. Kepala nya ia tundukkan, kemudian ia meletakkan tangan kanannya di dada. Setelah itu, gadis itu mengambil tangan wanita tua itu dan mengecupnya.

"Anakku, Eyress ..."

"Maya, selamat datang."

****

*semoga api melindungimu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top