Sea Monster
Eyress awalnya hanya seorang gadis Shanka yang tidak bisa terbang bebas seperti burung-burung di atas langit, ia terjebak di pulau dan berharap bisa untuk memiliki kesempatan bergabung dengan anggota Shanka yang lain. Seperti gadis lain nya, ia ingin bermain, bercerita, atau sekedar bermain bola api bersama.
Perjalanan panjang yang ia ambil hari ini adalah keputusan besar yang pernah ia buat. Kini, ia dapat terbang bebas, mengitari tempat mana saja yang ia senangi. Bersama Gar, mereka akan menyelesaikan misi dan pulang ke pulau secepatnya.
Mata birunya dapat melihat dengan jelas apa yang laut sembunyikan. Ia melihat ikan-ikan kecil, terumbu karang, hingga benda-benda laut yang tidak ia ketahui namanya. Ia tidak tahu sudah berapa lama mereka berada di laut, sebab hari semakin gelap. Terbesit dalam hatinya rasa takut tentang angin yang berembus sampai air laut yang begitu tenang. Karena, Eyress hanya bisa melihat apa yang tersembunyi, bukan memastikan apa yang akan terjadi ke depannya.
Eyress mencelupkan tangannya ke dalam air, sembari menyenderkan kepala dan bahunya di badan perahu. Ia tidak tahu harus melakukan apa, walau dengan segenap keberanian yang ia miliki. Tidak ada yang tersisa selain dirinya sebagai anggota Suku terakhir. Eyress mungkin akan kehilangan arah sesaat, atau kebingungan. Ia tidak pernah bersosialisasi sebelumnya, hanya Maya yang berbicara kepadanya selama ini. Jadi tidak ada kehidupan normal seperti gadis biasanya.
Eyress tidak mengenal apa arti cinta, sahabat, keluarga, dan kebahagiaan. Satu-satunya yang membuat ia bertahan adalah Maya yang selalu membuatnya percaya jika suatu saat nanti Fires akan mengakui keberadaanya. Sebagai Shanka dengan mata biru. Eyress ingin mengetahui segalanya, ia ingin terus berlari, berlari dan berlari. Kemana pun. Ia ingin tahu, siapa dia. Siapa Eyress, dan siapa dirinya.
Pulau Nakota.
Eyress merapal nama itu di dalam kepala. Ia akhirnya berbaring di samping Gar dan menatap bulan yang bersinar terang. Gadis itu mengembuskan napas lelah. Hari masih panjang, namun, ia hanya punya waktu sampai purnama merah kembali muncul. Semoga, Fires memberkati perjalanannya.
****
Api dimana-mana, ratusan, ribuan mayat tergeletak bersimbah darah. Jeritan, tangisan, amukan, Eyress melihatnya. Ia merasakan rasa sakit itu. Seakan ini pernah terjadi, seakan ia pernah ada di sini sebelumnya. Eyress mendengar rapalan orang-orang berdoa, mereka berharap perang akan berakhir. Mereka berharap di selamatkan.
Eyress kebingungan. Tidak ada manusia yang dapat ia sentuh. Eyress berjalan membelah pasukan yang tengah berperang. Ia merasakan emosi mereka semua. Kebencian, amarah, haus darah, ia merasakan kegelapan hati yang sangat besar.
Ia melihat sosok itu.
Sang Fires.
Lelaki itu memutus kepala pasukan lawan sangat brutal, api yang melingkupi tubuhnya merah membara dan menggila. Eyress bisa melihat mata Fires yang seterang purnama merah kala itu. Fires tidak dapat melihatnya, tetapi, matanya menjadi sakit ketika ia tepat menatap mata merah itu.
"Shanka! Dengarkan aku! Hancurkan semuanya! Bunuh apapun yang kalian lihat. Jangan sisakan satu manusia pun! Habisi mereka, seperti kalian menghabisi hewan buruan di hutan. Seraaaangg!!!"
Jantung Eyress seperti diremas, tubuhnya bergetar mendengar kata-kata tanpa hati itu. Begitu beku. Sampai, ia ingin menangis dan lari. Fires tidak pernah berhenti, Eyress melihat dengan jelas semuanya. Fires tidak menyisakan satu nyawa hidup, dia membantai habis.
Mayat bergelimpangan. Darah menggenang disetiap tempat.
Anak-anak, wanita, orang tua, pasukan lawan semua mati di tangan lelaki itu.
Eyress melihat lagi mata lelaki itu. Ada setitik rasa penyesalan yang Fires pancarkan. Bukan, kesedihan.
"Fires, kesedihan apa yang kau sembunyikan?" lirih nya.
Saat Eyress ingin menyentuh wajah lelaki itu. Pandangannya mengabur, kegelapan mengambil penglihatannya.
Eyress!
Eyress menyentuh kepalanya yang sakit. Seperti tertimpa puluhan batu. Ia menggenggam pinggiran perahu, Gar menatapnya dengan pandangan khawatir. Eyress tersenyum kecil seraya menepuk lembut kepala monyet suci itu.
"Aku tidak apa-apa, Gar."
Gar tidak jadi tersenyum, saat air laut kembali tidak tenang. Keadaan ini sama disaat Eyress tertidur dan meracau. Gar mengeluarkan kuku-kukunya yang tajam. Monyet suci itu menunjukkan taringnya. Sesuatu yang gelap dan besar, tepat di belakang Eyress.
"Gar? Ada apa?" tanya Eyress.
Grr, ada yang berusaha menggangu perjalanan kita.
"Siap--"
Eyess melotot saat hewan besar mengerikan berdiri di belakangnya. Kepala hewan itu seperti bulat dan besar, memiliki tiga mata hitam dan mulut penuh taring-taring tajam. Tubuh hewan itu berlendir dan memilik tentakel, Eyress mencoba menghela napas sebelum kembali melihat hewan super mengerikan di belakangnya.
"Gar, itu apa? Aku tidak pernah tahu jika di laut ada hewan seperti ini," bisik Eyress.
Layros.
"La apa? aku tidak mendengar suaramu. Angin sangat kencang!" teriak Eyress berusaha berpegangan pada kedua pinggir perahu.
Layros! hewan laut dalam. Dan hewan kotor itu, pemakan segala!
Eyress dengan susah payah menelan salivanya. Ia menggerakan jemarinya untuk mengeluarkan mana api. Tetapi, dengan keadaan saat ini ia begitu sulit mengontrol kekuatannya. Gar semakin membesarkan tubuh, ini tidak baik. Monyet suci itu tidak bisa bertarung di atas laut dan Layros apalah itu bukan beruang di hutan yang biasa mereka jumpai.
"Kau tidak bisa melawannya Gar! Kita berada di laut, bukan daratan!"
Gar memincingkan mata ke arah Eyress. Kalau begitu gunakan mata birumu! Lawan dia!
"Kau gila ya!" Eyress berteriak. Angin semakin menggila, hewan itu membuat gelombang hingga perahu mereka berdua hampir terbalik. Eyress memiliki sihir api, jika, ia harus menyerang hewan itu di dalam air makan api nya tidak berguna.
Kau spesial Eyress! Mata biru mu memiliki kekuatan spesial! Kalau kau tidak melawannya, maka kita berdua akan mati, bodoh!
Eyress meremas rambutnya, ia melihat ke dalam air dan hewan itu masih ada di dalam sana. Ia tidak tahu apakah ini akan berhasil atau tidak. Ia harus mencobanya. "Jika, aku mengaktifkan mata merah ku, aku punya insting membunuh itu. Jika, aku mengaktifkan mata biruku, aku punya kemampuan melihat di dalam air. Jadi--"
Gar menampar Eyress, memotong ucapan gadis itu. Menangkup wajah Eyress, berusahalah mengaktifkan keduanya bodoh. Kontrol kedua mata mu. Serang dia di dalam air!
"Aku tidak bisa berenang!"
Kau bisa!
"Dari mana kau tahu?"
Gar terdiam. Ia menolak tatapan Eyress, aku percaya kau bisa.
Eyress mendecih. Ia menutup kedua matanya. Memfokuskan aliran mana yang ada di tubuhnya. Jika, ia salah dalam mengontrol api maka tubuhnya akan mati kehabisan energi. Mengeluarkan dua warna mata berbeda dalam waktu bersamaan. Eyress tidak percaya diri bisa melakukannya. Tetapi, demi Gar. Demi keselamatan mereka.
Sihir milik Gar melemah akibat luka yang ia dapatkan belasan tahun lalu, hanya tersisa kemampuan melihat dalam kegelapan. Monyet suci itu tidak bisa bertarung di atas air. Sedangnkan, gelombang laut semakin mengamuk, Eyress juga tidak kunjung membuka matanya. Monyet suci itu dapat merasakan gejolak mana yang besar dari Eyress. Monyet itu sadar, jika Eyress belum mampu mengontrol dengan baik. Apalagi mengaktifkan kedua matanya. Tidak ada pilihan lain. Ia harus melakukan ini.
Gar meloncat dan membuka kancing atas baju Eyress. Ia melukai tangannya sendiri sebelum menuliskan sesuatu di atas dada kanan gadis itu dengan darahnya. Kontrak sihir antara hewan suci dengan manusia. Jika, manusia mati, maka hewan suci juga akan mati, jika hewan suci mati maka manusia tetap hidup. Kontrak hidup dan mati. Dengan kontrak ini, Gar dapat membantu Eyress mengendalikan kekuatannya.
Bertahan lah sedikit lagi Eyress.
Eyress meringis kesakitan, ia merasakan mana lain merasuki tubuhnya secara paksa. Mana asing itu membantu Eyress menyebarkan seluruh mananya. Ia dapat merasakan kedua fungsi matanya yang berbeda. Saat Eyress membuka mata, ia melihat tubuh Gar yang bersinar dan tubuhnya yang membara.
Gar tersenyum. Eyress memiliki api yang indah. Mata kiri gadis itu menjadi merah darah, sedangkan mata kanannya menjadi biru terang. Monster laut itu kembali muncul dan mengeluarkan suara keras.
Bunuh dia Eyress. Habisi monster itu.
Gar terpaku melihat kharisma dan pesona orang itu di dalam tubuh Eyress. Gadis itu seakan bintang yang bersinar terang. Tubuh Eyress yang diselimuti oleh api biru membuatnya menjadi cahaya di tengah kegelapan laut.
Eyress bangkit dan membiarkan mana-nya tersebar ke seluruh tubuh. Kedua tangan gadis itu mengeluarkan api biru dan ditransformasikan menjadi pedang mana. Ia meloncat tinggi dan melayangkan kedua pedangnya ke atas kepala hewan itu. Beberapa serangan yang ia berikan ditangkis oleh tentakel-tentakel besar Layros. Eyress menggeram. Ia tidak tahu perubahan ini akan bertahan sampai beberapa lama.
Fokus Eyress, fokus! Kalahkan keraguanmu Eyress!
Kedua mata Eyress menajam, ia harus menemukan titik lemah Layros. Dia mentralkan perasaannya, menggenggam erat pedang mana di tangannya. Gadis itu melempar pandangan ke arah Gar, monyet suci itu mengangguk. Mereka sama-sama mempertaruhkan nyawa mereka.
"Mari bertarung di dalam air monster jelek!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top