Sang Fires

Setelah kembali dari pulau, Gar langsung kehilangan kesadaran. Monyet berbulu keperakan itu tidak menunjukkan sinyal-sinyal untuk bangun dari pingsan nya. Eyress memang tahu, jika Gar memiliki kemampuan menyembuhkan diri yang baik. Tetapi, melihat monyet itu dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, membuat ia tidak bisa terlepas dari rasa khawatir.

Eyress memilih untuk kembali lagi ke Tarota, ia harus mencari tahu sesuatu dibalik pembantaian ini. Tanpa ragu, ia berjalan menelusuri bibir pantai yang dipenuhi dengan potongan tubuh anggota Suku Shanka yang tercerai berai. Ada beberapa dari tubuh mereka yang terbakar hangus. Rumah-rumah terbakar dan sebagaian sudah hancur menjadi abu.

Eyress melihat ke atas sana, di mana mentari berada. Bulan yang ia lihat tadi malam seakan memiliki kekuatan magis yang dapat menekan kekuatan alami sukunya. Kaki nya berjalan tak tentu arah, ia mengelili pulau dengan teliti. Menghidupkan kembali mana nya dan berlari sekencang mungkin.

The Red Knights Tribe.

Shanka adalah suku ksatria merah yang memiliki sihir api bawaan. Puluhan tahun lalu, mereka dijadikan senjata saat peperangan karena insting dan nafsu mereka terhadap darah. Tanpa pandang bulu, wanita, pria, anak-anak. Suku Shanka akan menghabisi mereka semua. Suku ini, memiliki mata merah yang sepekat warna darah dan akan membara jika menggunakan sihirnya.

Eyress berhenti berlari. Ia perlahan masuk kembali ke dalam kuil. Ucapan Maya mengenai suku ini juga menjadi pelajaran penting yang wanita tua itu berikan. Selain, karena mereka cinta peperangan. Shanka adalah suku tertutup dari dunia luar. Mereka tidak bersosialisasi, mereka tidak memiliki teman dengan orang lain di luar suku. Suku Shanka adalah suku misterius.

Eyress menjatuhkan diri di atas kursi batu yang ada di dalam ruangan persalinan. Ia menyatukan kedua tangannya dan meletakannya di dada. Mata nya ia tutup, berharap jika Fires bersedia menerima panggilannya. Ia butuh jawaban, ia tidak mengetahui apa-apa. Walaupun Maya seakan sudah menceritakan segalanya, namun, Shanka masih menjadi misteri untuk dirinya sendiri.

"Fires, ksatria agung. Fires, pemiliki api suci dari yang kuasa. Fires ...."

"Aku, anak mu. Aku memanggil mu, Fires. Dengar lah seruanku ini," rapalnya berkali-kali.

Eyress menitihkan air matanya. Ia tidak memiliki kepercayaan diri untuk memanggil Sang Fires, karena hanya Maya yang dapat melakukannya. Wanita tua itu adalah manusia terpilih yang dijadikan penglihatan Sang Api. Sedangkan, ia adalah aib bagi Shanka. Ia adalah anak manusia berdosa yang diasingkan di Pulau Lausia.

"Fires, Sang Phoniex. Aku memohon, dengar lah suaraku."

Suara angin berembus di ruangan tanpa jendela ini. Tiba-tiba, suasana menjadi lebih panas. Eyress meringis, ia membuka matanya. Saat melihat kondisi ruangan yang seperti terbakar, kedua matanya kesakitan. Seperti ada sesuatu yang ingin mengeluarkan bola matanya. Eyress berteriak kesakitan, ia meraung, seluruh tubuhnya terasa terbakar, hingga jantungnya pun terasa panas.

Tubuhnya kehilangan tenaga dan hampir terkapar begitu saja. Entah dari mana api ini. Sudah tentu, mana nya beratus-ratus kali lipat lebih besar dari milik Maya. Eyress mencoba bangkit, ia berusaha membuka matanya lagi walaupun sampai mengeluarkan air mata darah.

"Charis."

Eyress mengangkat kepalanya. Di hadapannya, seorang lelaki dengan rambut panjang hitam berkilau, dan mata merah terang yang mengintimidasi. Eyress dapat melihat tato yang merah yang menghiasi sebagian wajah hingga leher lelaki rupawan itu. Seakan menggunakan pewarna mata, Eyress dapat melihat warna merah terang di ujung matanya. Sedangkan, bibir lelaki itu hitam sepekat malam.

"Kau memangilku, Charis?"

Eyress menggeleng. Namanya bukan Charis. Aura mendominasi yang dikeluarkan laki-laki ini membuat Eyress sangat berat untuk sekedar membuka mulut. "Aa-aku, E-eyress."

Lelaki itu tidak mengucapkan sepatah kata dalam beberapa saat. Hanya saja kedua mata merah menyala itu seakan dapat melihat seluruh tubuhnya. Eyress tertunduk, mata biru nya kian sakit dengan hawa panas yang lelaki itu keluarkan. Namun, lelaki itu lantas mencengkram dagunya. Membuat ia harus menatap kedua mata merah itu. Eyress seakan tersesat di dalam mata itu. Benar-benar tersesat.

"Charis."

Eyress menggeleng. "Fi-fires, aku Eyress. Bukan, Cha-aaris." Eyress benar-benar takut setengah mati.

"Mata. biru mu. Itu. Milik. Charis," ujar nya dengan penekanan di setiap kata-katanya.

Setelah mengatakan itu, tubuhnya di hempas begitu saja. Eyress menutup matanya yang terasa terbakar. Sakit luar biasa. Ia mengusap ke dua matanya dan terkejut dengan darah yang mengalir, penglihatannya semakin kabur. Sedangangkan, Fires masih menatapnya dengan amarah. Namun, ia bisa melihat siluet seorang perempuan di belakang Fires. Perempuan itu tersenyum padanya.

"Kau, ikut denganku."

Saat kata-kata itu diucapkan, ia dalam sekejap langsung hilang kesadaran. Eyress menyadari satu hal pasti. Jika Fires benar-benar murka.

***

Eyress seakan berada di tengah-tengah kerumunan anggota Suku Shanka. Mereka tertawa, menari, bernyanyi hingga gemericik gelang kaki terdengar begitu keras. Anak-anak kecil suku Shanka bermain bola api kecil. Eyress tidak pernah berada dalam posisi ini. Ia selalu berada di Pulau Lausia sendirian dan hanya berteman dengan Gar.

Kakinya berjalan mendekati posisi empat orang wanita yang sedang menari mengelilingi api unggun. Kaki mereka seperti di tato, mata mereka memancarkan sinar merah menyala, lalu, bibir mereka merah merekah seperti mawar. Eyress terhipnotis dengan gerakan kaki mereka dan gesekan gelang kaki itu. Tanpa ia sadari, ia ikut menari bersama mereka. Setelah beberapa menit hanya menari, mereka lalu membuka suara. Bernyanyi tentang sesuatu yang tidak ia pahami.

Api yang terbakar melewati Kastna.

Suci menyala hingga darah terbakar membara.

Rashnavikari Hakshiaanra Rashianka

Yatshaka Shanhaani

Kemudian, api mulai meliuk-liuk mengikuti gerakan tarian mereka. Api yang awalnya berwana merah kemudian berubah menjadi biru, lalu putih. Lidah api itu terus mengecil hingga semakin tajam ujungnya. Seakan-akan itu merupakan sebuah senjata. Eyress tidak bisa menghentikan tubuhnya sendiri.

Tiba-tiba, suasana mulai berganti menjadi lebih mencekam. Ia tepat berada di tengah-tengah sebuah peperangan. Pada sisi kanan, ia dapat melihat seseorang yang sangat mirip dengan Sang Fires. Ia juga dapat menerka jika, prajurit lelaki itu merupakan Suku Shanka masa lalu. Tetapi, mengapa ia merasa sesak saat perang dimulai. Di kiri, ia dapat melihat seseorang dengan jubah keemasannya. Hanya mata orang itu saja yang terlihat berwarna kuning keemasan.

Ia berlari, menghindari tombak. Walaupun mereka tidak bisa melukainya. Darah bersimbang dimana-mana, kedua belah pihak mengalami kerusakan. Eyress terkejut melihat Sang Fires yang memegang tombak di tanah dengan luka menganga di dada. Lelaki itu mengeluarkan darah dari mulutnya. Namun, mata merah terang itu seakan tanpa takut mati melihat orang di hadapannya.

"Kau, tidak akan pernah mendapat sumpah ku," teriak Fires hingga tanah bergetar.

Orang dihadapan Fires tertawa amat keras, kemudian ia menendang wajah Fires dengan ujung kakinya hingga lelaki itu tersungkur. Fires kembali memuntahkan darah, lalu, lelaki bernetra emas itu menekan dada Fires.

"Fires, kau adalah budak ku. Seorang budak, tidak boleh melawan tuannya."

Fires meringis kesakitan, namun, ekspresi wajahnya tetap tanpa rasa takut. Lelaki itu tertawa, seperti keajaiban. Seluruh tubuh Fires dibalut oleh api berwarna putih. Tubuh lelaki yang baru saja menekan dadanya, terhempas begitu saja. Fires melangkah mendekati lelaki itu. Menggores lengannya sendiri hingga meneteskan darah ke tanah.

"Dengan ini, aku memutus kontrak. Aku bersumpah dengan api ku, Ra. Jika, suatu hari nanti, seseorang dari dunia kegelapan akan membunuh mu. Dia akan terberkati oleh dia yang dilindungi samudera. Kekuatan yang tidak pernah kau bayangkan, kekuatan yang tidak bisa kau kuasai seumur hidup mu. Pada saat itulah, Ra. Kematian mu sudah tiba."

Eyress sontak menjerit. Kepalanya begitu sakit seakan ingin meledak. Lalu, ia melihat Fires yang menatapnya tanpa ekspresi. Lelaki itu menekan dahinya dengan telunjuknya. Seluruh tubuhnya tiba-tiba bersinar terang. Rasanya seperti terbakar oleh api yang sangat besar. Perlahan-lahan, wujud Fires menghilang seperti asap yang ditiup.

Eyress!

Ia lantas membuka mata akibat seruan itu. Tubuhnya berada di atas meja batu. Namun, Eyress kehilangan kata-katanya saat menyadari sesuatu hal yang berbeda.

Seluruh tubuhnya terbakar oleh api berwana biru.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top