Nakota Island; They're come back

Pada malam hari nya. Eyress memilih untuk tetap berada di dalam kamar lantai dua Bar ini, ketimbang bergabung dengan Rash dan Odelia menyambut pelanggan. Eyress dapat melihat dari luar jendela betapa ramainya orang dengan pakaian aneh masuk ke dalam Bar. Ia dapat melihat beberapa senjata yang berada di balik punggung mereka, tetapi kemudian ia mendapati orang yang tadi pagi hampir berkelahi dengannya. Laki-laki berwajah Layros itu, membuat keributan di depan Bar dengan memukul beberapa orang yang sedang berdiri di sana.

Lalu, tiba-tiba pintu kamarnya diterobos masuk oleh Odelia yang sudah berderai air mata. Eyress bisa menangkap tubuh anak perempuan itu bergetar. Namun, Odelia tidak kunjung membuka suara tentang kedatangannya.

"Odelia?" tanyanya sembari berjalan mendekati anak perempuan itu.

Kedua mata Odelia sembab, Eyress menghapus air mata di wajah anak itu dan kembali menanyakan pertanyaan yang sama. Akan tetapi, Odelia hanya menggigit bibir bawahnya, ia menatap Eyress penuh rasa takut dan keraguan.

"M-mereka d-datang lagi," ucap Odelia sembari mengusap air mata dengan punggung tangannya.

Eyress terdiam sejenak, mengingat kembali percakapan mereka tadi pagi. Ah, Eyress tahu apa yang Odelia maksud. "Bandit?"

Odelia mengangguk dan langsung menarik tangan Eyress untuk keluar dari kamar. Dari sini, ia bisa melihat lantai satu Bar sudah dipenuhi oleh orang-orang yang mengerumuni seseorang yang sedang bergulat. Odelia lantas menunjuk ke arah Rash yang sedang dipaksa meminum sesuatu dari sebuah gelas.

Tawa membahana dan teriakan orang-orang membuat keadaan Bar semakin runyam. Melalui ujung matanya, Eyress dapat melihat bagaimana pucatnya wajah Odelia saat menyaksikan itu. Namun, tidak ada satu pun orang yang berani membantu Rash melawan.

Saat ia ingin turun ke bawah, Odelia menahan tangannya disertai gelengan. Anak perempuan itu tidak ingin Eyress dijadikan mainan oleh mereka. Dan yang paling buruk adalah Eyress dibunuh karena mengganggu.

"Tenang, aku hanya ingin melihat dari dekat," ujar Eyress menenangkan Odelia seraya melepas cekalan tangan anak perempuan itu secara lembut.

Odelia tetap tidak ingin Eyress sampai ditemukan oleh mereka. Namun, Odelia tidak bisa mencegah keputusan Eyress saat ia tidak sengaja menangkap kilatan berwarna merah di balik mata biru laut indah milik Eyress.

Eyress segera turun ke bawah dan membelah kerumunan, di lantai dua ia bisa menangkap Odelia yang menutup mulutnya sendiri untuk menahan suara tangisnya. Gadis itu, kini sudah berada di hadapan lelaki tinggi besar dengan separuh badannya dipenuhi oleh luka bakar. Eyress merasa jijik, ketika melihat ada bulu lebat di dada laki-laki itu apalagi di tambah dengan tawa besarnya yang dibarengi dengan saliva yang muncrat kemana-mana.

"Lepaskan Rash," pungkas Eyress.

Lelaki itu masih menghiraukan keberadaan Eyress di sana dan tetap memaksa Rash untuk meminum bergelas-gelas cairan dengan warna menjijikan itu. Tanpa sadar, Eyress mencengkram lengan berotot laki-laki itu dan menghempaskan gelas yang dipegangnya.

Sontak, semua orang memusatkan perhatian kepada Eyress. Seketika ruangan menjadi hening dan bau busuk tercium saat cairan itu tumpah di lantai kayu Bar. Eyress merutuk dalam hati, ia sedikit menyesali perbuatannya yang ikut campur dengan permasalahan ini. Tetapi, sekelebat memori tentang suku nya yang dibantai dan teriakan, hingga tangisan putus asa anggota nya. Sehingga, membuat ia tidak bisa membiarkan orang lain menderita, saat ia mempunyai kemampuan untuk melawan.

Suara tepuk tangan menggema dari balik punggungnya, Eyress merasa tubuhnya seperti diterpa oleh angin dingin yang beku. Gadis itu melihat ke arah lantai mulai diselimuti oleh air yang membeku. Seketika terdengar meja yang dihantam sangat keras sampai membuat mereka menahan napas.

"Kau, mengganggu kesenanganku!" teriak seseorang dengan suara menggelegar.

Lelaki berotot di hadapannya turut menunduk. Dari ujung matanya, ia menangkap Odelia yang terduduk di pinggir pagar tangga dengan tubuh bergetar. Eyress membalikkan tubuh dan menatap tajam ke arah seorang laki-laki yang tubuhnya jauh lebih kecil dari lelaki berorot di belakangnya. Namun, aura yang dikeluarkan menggetarkan sekaligus mengerikan. Seakan-akan nyawa mereka semua sudah berada di kerongkongan.

"TIDAK ADA YANG BOLEH MENGGANGGU KESENANGAN URGA!!! Dan hari ini, di Bar busuk ini. Kesenangan Urga sudah terusik," ucap nya dengan intonasi tinggi.

Eyress menahan mana api nya yang bisa meledak sewaktu-waktu. Lelaki berambut putih dan berjubah dari bulu-bulu serigala, berjalan mendekatinya. Orang-orang disekelilingnya, hanya menatap ke arahnya.

Lelaki itu tersenyum menyeramkan, lalu mencengkram dagu Eyress sangat kuat hingga meninggalkan jejak cap jari-jemari nya. "Bocah laki-laki seperti mu, berani melawan Urga?" tanyanya diselipi dengan cemoohan.

Eyress tidak takut menatap netra putih lelaki itu. Manusia dihadapannya ini, tidak bisa dibandingkan dengan aura agung nan tinggi yang dimiliki oleh Sang Fires. Hanya makhuk seperti ini, Eyress tidak takut sedikit pun. Karena, tidak ada yang bisa membuatnya takut kecuali Sang Fires itu sendiri.

Kemudian lelaki itu tertawa kencang, dan menunjuk Eyress dengan tangan yang seputih susu. Kuku-kuku tangan Urga panjang dan tajam, seakan kuku-kuku itu bisa menembus dan merobek kulit. Eyress dapat melihat pembuluh darah lelaki itu. Urga seperti Vax* dalam buku cerita yang Maya berikan.

"Dengarlah, penduduk pulau Nakota! Hari ini, seorang bocah laki-laki berani menantang Urga dengan tatapan mata dari netra kotor itu. Lihatlah! Betapa pemuda ini tidak tahu malu dan berani melawan Urga. Katakanlah! Apa yang harus Urga lakukan untuk memberi hukuman kepada manusia satu ini?"

Eyress menangkap seringai yang Urga tunjukkan. Lelaki itu duduk di tempat nya semula dan menyilangkan kaki. Seseorang datang dari sebelah kananya, dan menyajikan sebuah minuman di gelas bening. Kemudian Urga menunjuk kembali Eyress dengan tangannya.

"Jika kau mau si tua Rash aku lepaskan.  Maka, berikan aku pertunjukan menarik, bocah lelaki bermata biru."

Eyress terkejut dengan nada yang Urga ucapkan saat lelaki itu menyebut mata biru nya. Ia merasa lelaki mengerikan di hadapannya, mengetahui sesuatu yang ia tidak ketahui. Kemudian, ia mendapati Odelia diseret dari lantai dua, lalu terduduk tidak jauh darinya. Menyedihkannya, kedua tangan Odelia direntangkan secara paksa oleh dua orang laki-laki. Eyress kembali menatap Urga yang ternyata menyeringai.

Namun, saat ia mendengar kata-kata selanjutnya yang keluar dari bibir laki-laki itu. Eyress merasa dadanya ingin meledak dan amarahnya memuncak. Eyress ingin merobek dada laki-laki itu dan mempersembahkan jantungnya di altar persembahan kuil di Tarota.

Jangan gegabah, Eyress. Jangan sampai mereka mengacaukan emosi mu, batinnya.

"Kau hanya memiliki tiga kesempatan. Jika, kau berhasil menjatuhkan lima orang terkuat prajuritku. Maka, kedua orang manusia ini aku lepaskan. Tetapi, jika prajuritku berhasil membuat mu jatuh di lantai sebanyak tiga kali. Maka, aku akan melucuti setiap pakaian yang dikenakan oleh anak itu dan membuat si tua Rash meminum cairan yang aku persiapkan. Satu kali terjatuh, satu helai kain akan dilepaskan dan satu kali Rash meneguk cairan itu. Jika, kau gagal, gadis itu akan telanjang ditonton oleh banyak orang dan Rash akan mati."

"APA KAU TIDAK PUNYA HATI?!" Eyress tanpa sadar sudah berteriak dan menyebabkan kedua telapak tangannya mengeluarkan percikan mana nya.

Urga mengangkat sebelah alisnya, "kau tidak punya hak bertanya kepada ku. Seorang perempuan di pulau ini tidak lebih berharga ketimbang satu kantung koin perak. Dan, Rash hanya manusia busuk yang memiliki banyak hutang dengan ku. Jadi, hidup dan mati mereka ada di tangan ku."

Eyress merasa jantung nya terbakar, ia menahan sekuat tenaga untuk tidak berlari dan mencekik leher Urga. "Kau hanya bandit," pungkas Eyress.

Mendengar kalimat Eyress, Urga tertawa hingga kedua matany mengeluarkan air mata. Namun, lelaki itu kembali menekan udara di sekitarnya menjadi lebih kuat. Lelaki itu tidak segan-segan mengeluarkan mana nya.

"Tolol. Kau bocah tolol. Di pulau ini, tidak ada satu pun manusia yang layak untuk hidup. Kau tahu kenapa? Karena, Nakota adalah pulau yang dibuang kaisar. Pulau yang bebas untuk aku melakukan apa saja."

Eyress menatap tajam ke arah Urga yang sama sekali tidak merasa bersalah dengan perkataannya. Gadis itu, tiba-tiba merasa berada di ruang kosong yang gelap tanpa cahaya, namun, sebuah sinar menyinari satu tempat dimana Urga berada. Lelaki itu mengangkat gelasnya dan tertawa.

"Kalau kau menolak, maka akan aku bunuh semua orang di pulau ini."

Eyress mengeraskan rahangnya. Urga tidak hanya tanpa hati, juga ia melibatkan orang-orang yang tidak bersalah dalam kekacauan ini. Urga persis perwujudan nyata Vax. Dan lelaki ini, tidak akan berhenti selain keinginanya terpenuhi.

"Kau tidak punya pilihan."

Setelah mendengar pernyataan terakhir lelaki itu, Eyress kembali berada di tengah-tengah kekacauan lantai satu bar. Sedangkan lelaki itu tidak henti-henti nya menyeringai. Eyress yakin, jika barusan yang ia rasakan adalah sebuah sihir yang tidak sama seperti miliknya. Lelaki itu memiliki kekuatan menakutkan yang sengaja disembunyikan.

Eyress lalu menatap sekelilingnya, Odelia yang dibanjiri oleh air mata, lalu Rash yang diikat dan kondisi lelaki tua itu sudah sangat menyedihkan. Eyress menggeram kesal ke arah Urga, ia mengepalkan kedua tangannya dan menunjuk Urga dengan telunjuk kirinya.

"Aku terima tantangan mu, sialan."

Eyress menatap Urga dalam dan tanpa rasa takut.

Siapa kau sebenarnya, Urga? Batin Eyress.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top