Nakota Island; Lelaki tua yang aneh.

Gar tidak melanjutkan ucapannya. Monyet itu langsung bersembunyi di balik tubuh Eyress ketika sekelompok orang dengan pakaian asing menghampiri mereka. Sedangkan Eyress dengan wajah bingung hanya menunggu apa yang orang-orang itu ingin lakukan kepadanya.

Ia tidak lagi terfokus pada permasalah Gar yang seharusnya mengatakan kebenaran tentang sakit di bagian dada yang ia derita. Salah seorang dari mereka menyentuh rambutnya sedangkan yang lain hanya menonton seakan itu hal yang lumrah dilakukan.

"Kau datang dari mana anak muda?" lelaki jangkung dengan janggut lebat bertanya padanya.

Eyress bimbang antara mengatakan sejujurnya atau harus berpura-pura, ia mengamati lagi orang di hadapannya sebelum memberikan jawaban. Suara Gar bergema di dalam kepalanya menyuruhnya untuk berbohong. Eyress menuruti perkataan monyet itu, nanti ia akan bertanya alasan mengapa memintanya untuk berbohong.

"Aku berasal dari Utara."

Beberapa orang berbisik saat mendengar jawaban Eyress, tetapi tidak dengan orang tua berjanggut lebat itu. Ia malah berbanding terbalik, karena menampilkan ekspresi ramah yang menenangkan. Sambil membantu Eyress berdiri, lelaki tua itu menepuk bahunya dan berkata dengan suara jenaka, "ah, pasti kau diminta untuk mencari pekerjaan. Orang-orang dari Utara biasanya datang kemari untuk melakukan proses pendewasaan."

Eyress mengangguk kaku. Ia tidak mengerti proses pendewasaan yang orang tua itu maksud. Namun, tiba-tiba dari kejauhan ia melihat seorang laki-laki dengan pakaian berantakan berlari menghindari kejaran tiga orang dengan pakaian dari besi yang memegang tombak.

"Kau pasti terkejut. Hal itu biasa terjadi di Nakota, nak," ucap orang tua itu sembari merangkul bahunya.

Sekelompok orang yang tadinya bersama orang tua ini, kemudian pergi berpencar berlawanan arah sedangkan Eyress harus terjebak dengan laki-laki tua aneh ini. Gar juga tidak lagi Eyress rasakan keberadaannya yang sebelumnya bersembunyi di belakang rambutnya. Entah kemana monyet itu, yang harus Eyress lakukan sekarang adalah melepaskan diri dari rangkulan laki-laki tua asing ini.

"Nama ku, Rash. Aku memiliki bar paling terkenal di pulau. Bagaimana dengan mu, Nak? Siapa nama mu?"

Eyress tersenyum kikuk, "Rees. Namaku Rees."

Rash mengusap janggutnya seraya mengangguk, seakan lelaki tua itu sedang mencerna namanya. Eyress berusaha menormalkan jantungnya yang berdetak tidak tenang sedari tadi.

"Rees, bagaimana jika proses pendewasaan mu bekerja dengan ku?" tawar Rash saat mereka berhenti di persimpangan jalan.

"Maksud mu?"

Rash tertawa melihat raut wajah kebingungan Eyress. Lelaki tua itu menepuk bahu Eyress, lalu menunjuk salah satu papan besar yang bertuliskan SleepWell Bar. "Aku sedang mencari pelayan. Belakangan ini bar sangat ramai. Lagi pula, salah satu anak buah ku sudah memeriksa mu. Ku pikir, memperkerjakan mu bisa membawa keberuntungan."

"Kau ingin aku bekerja di tempat mu? Kenapa?" tanya Eyress seraya menunjuk dirinya sendiri.

Rash mengembuskan napas, "lelaki yang memegang rambut mu sebelumnya, merupakan salah satu anak buahku yang bisa melihat aura seseorang. Menurutnya, kau membawa keberuntungan. Dan kebetulan aku juga mencari seseorang yang cocok dengan kriteria ku. Lalu, aku menemukan mu di pinggir pantai, dan voila. Aku menemukan sesuatu di pulau ini."

Eyress tidak mengerti sama sekali dengan ucapan yang Rash maksud. Lelaki itu berbicara dengan sangat cepat sampai Eyress kebingungan.

"Sudah, intinya kau bekerja saja pada ku. Kau tidak hanya mendapat gaji yang layak, tetapi juga tempat tinggal. Bagaimana?"

Keraguan menelusup ke dalam batin Eyress. Ia menatap mata Rash sekali lagi sebelum menganggukkan kepala. Bagi, Eyress, Rash merupakan lelaki tua aneh dan mencurigakan.

"Bagus, bagus. Itu jawaban yang ingin kudengar dari mu. Temui aku besok tepat tengah hari. Kau akan aku ajari khusus untuk membuat bir yang nikmat. Hey, nak. Jika kuperhatikan, kau sedikit cantik untuk seukuran seorang anak laki-laki. Aku tidak percaya, orang dari Utara memiliki anak laki-laki sepertimu. Percayalah, biasanya, orang Utara yang aku temui memiliki kulit kasar dan perawakan yang sedikit kotor," ujar Rash seraya menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Eyress menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku campuran," sahut Eyress asal.

Rash tertawa mendengarnya. "Baiklah, bocah cantik. Jangan lupa untuk datang besok! Aku harus pergi sekarang, sampai jumpa nak."

Eyress mengangguk. Gadis itu kemudian melanjutkan perjalananya sembari mengeratkan genggaman pada tali tas selempangnya. Matanya melirik kanan dan kiri, untuk mengenali situasi tempat yang akan ia tinggali sementara. Ia dapat melihat, padatnya manusia yang ada di pulau ini. Bagi Eyress sendiri, ia mengalami kesulitan saat menghadapi orang yang baru ia temui. Contohnya, seperti percakapan yang ia lakukan dengan Rash. Apa pun motif sebenarnya yang laki-laki tua itu rencanakan, Eyress tetap harus berpegang teguh pada misi yang membawanya keluar dari zona amannya.

Menemukan Kegelapan yang diberkati oleh laut secepatnya. Kemudian, mendapatkan pengakuan dari Sang Fires. Lalu, ia akan kembali hidup seperti yang biasa ia lakukan. Menjadi anggota Shanka yang tidak terlihat atau seakan tidak pernah ada.

***

Eyress menjilat sebuah makanan berbentuk awan yang sangat manis. Saat pertama kali melihat benda itu, ia terkesima dan juga penasaran. Di dalam tas, hanya tersedia beberapa koin emas. Jujur saja, Eyress tidak mengerti cara menghitung uang. Dia hanya belajar dari seorang anak kecil yang memberikan dua keping koin perak kepada penjual tersebut. Tapi, karena ia tidak memiliki koin yang berwarna demikian, akhirnya ia memilih memberikan satu keping koin emasnya dan menunggu benda aneh itu selesai dibuat.

Tidak hanya mendapat awan manis ini, Eyress juga diberikan dua keping perak. Saat ia ingin bertanya, tiba-tiba Gar menyuruhnya untuk diam dan pergi dari sana. Ia pun tidak ingin berpikir panjang tentang hal itu. Bisa merasakan makanan semanis ini melebihi manisnya madu, Eyress serasa di dunia lain. Saat awan manis itu masuk ke dalam mulutnya, gumpalan itu dengan cepat mencair saat bercampur dengan salivanya. Dan, rasanya benar-benar luar biasa. Di Pulau Lausia dia hanya bisa menemukan sedikit jenis buah-buahan yang rasanya tidak jauh berbeda.

Gar yang sebelumnya menghilang, kini sudah melayang dari atas atap rumah seseorang dan jatuh tepat di atas pundaknya. Eyress menatap Gar dengan dahi berkerut, karena bulu monyet itu berubah menjadi kehitaman.

"Kau—bagaimana bisa berubah warna?"

Tentu bisa, Eyress. Kau pikir, aku monyet biasa?

Eyress berdecih, "kalau itu, aku pun tahu. Tetapi, belakangan ini kau menunjukkan kepada ku sesuatu yang tidak pernah aku tahu tentang mu. Kau, banyak sekali menyimpan rahasia ya," tuntut Eyress dengan mata penuh rasa penasaran.

Gar mengalihkan tatapan matanya dan bersikap seakan-akan Eyress tidak pernah mengajukan pernyataan itu.

Namun, Eyress menghentikan kecurigaannya ketika langit mulai berwarna keunguan. Tawa anak-anak dan pancaran kebahagiaan orang-orang di pulau, pertengkaran keluarga di pinggir jalan yang terlihat hangat, nyatanya menyinggung sesuatu yang paling dalam di dada Eyress, sesuatu yang Eyress tidak mungkin miliki. Eyress menurunkan pandangannya, ia merasa begitu terasing. Awan manis di tangannya juga sudah habis, kini, tinggal batang kayu kecil yang tergenggam.

"Hei, Gar. Jika, kita bisa menyelesaikan misi ini. Apakah, aku punya kesempatan seperti mereka?" tanya Eyress dengan suara serak seolah sedang menahan tangis.

Gar pun tidak dapat menjawab pertanyaan yang Eyress itu ajukan. Karena, takdir yang dimiliki mereka berdua begitu berbeda. Mungkin, masih ada waktu bagi Eyress esok hari untuk menulis perjalanan baru. Tetapi, jika itu tentangnya begitu misi ini selesai, ia tidak tahu apa yang akan terjadi kepadanya.

Sebab, waktu yang Gar punya, tidak sebanyak yang Eyress miliki.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top