Organisasi Tersembunyi
09.21 AM--- Gedung Misterius, Bandung.
Terlihat beberapa orang bersetelan hitam tengah berdiri tegak mengelilingi meja bundar yang memiliki 8 kursi besar seperti kursi seorang 'Raja' di dunia fantasy. Disana juga ada orang - orang yang duduk dengan pakaian berbeda.
Ada yang merah, hijau, biru, hitam, putih, coklat, kuning, ungu. Mereka yang memiliki warna itu adalah dari segala umur, arti segala umur adalah mulai dari anak - anak sampai orang tua. Setidaknya itulah bisa aku jelaskan pada kalian.
Pintu besi yang terbuat dari baja perak yang ada di belakang si merah terbuka dan menampakan seorang pria bersetelan putih, kemeja merah, dasi biru malam, celana putih panjang dan sarung tangan putih. Dia adalah seorang pria berambut pirang yang memiliki manik biru laut yang indah. Kedatangan pria itu disambut tatapan tajam dari kedelapan orang yang duduk di kursi.
"Javier, kenapa kau lama sekali??" bentak si kuning yang adalah seorang gadis kecil. Mungkin setinggi 155cm (termasuk loli). Dia memiliki warna rambut yang sama dengan pria yang dia bentak, hanya pakaiannya saja yang beda yaitu di dominasi warna kuning cerah dan logo petir dibelakang punggung. Oh ya gadis itu mengenakan setelan mirip bangsawan kerajaan dengan garis biru malam ditengah - tengah.
"Maafkan atas keterlambatan saya, Nona Blonde~~" ucap pria bernama Javier dengan penuh hormat, sementara gadis yang membentak tadi hanya mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Tuan Javier, maafkan atas kalakuan bocah yang ada disana. Dia memang payah..." ucap si biru yang ikut nimbrung. Dia adalah seorang gadis remaja berambut biru muda dengan manik merah, dia mengenakan gaun biru muda dan setelan biru muda dengan garis putih polos vertikal ditengah serta logo tetesan air dibelakang punggung.
"Tidak, Nona Macrovince. Ini memang kesalahan saya, terimakasih..." ucap Javier dengan sangat hormatnya.
Gadis bernama Macrovince hanya tersenyum manis melihat Javier, dan Javier membalas senyuman Macrovince.
"Sudah. Hentikan drama kalian!!!" marah si merah sembari mengangkat kedua kakinya di atas meja bundar. Dia adalah seorang pemuda berambut coklat dengan setelan merah agak mirip ke zirah dan jubah merah yang ada dibelakangnya, serta logo api menyala dibelakang punggung.
"Si Bodoh benar. Ayo kita mulai rapatnya..." sambung si hijau. Dia adalah seorang pria berambut hitam kehijauan dengan kacamata yang mengenakan setelan hijau gelap dengan garis karamel ditengah, dan logo angin berhembus dibelakang punggung.
"SIAPA YANG KAU SEBUT 'BODOH', BODOH!!!!" marah si merah.
"Siapa yang merasa.." sahut si hijau sembari memperbaiki kacamatanya.
Si merah yang mendengar itu menjadi marah. Asap putih keluar dari kepalan kedua tangannya dan matanya menyala merah bagaikan api.
"Hentikan kalian berdua, kalian sudah dewasa. Kenapa harus bertengkar seperti anak kecil?" tegur si coklat yang adalah seorang pria tua berambut hitam keputihan yang memiliki jenggot agak lebat, dia mengenakan setelan hitam, jas coklat garis - garis vertikal, mantel berbulu yang berwarna coklat dan logo tanah retak dibelakang punggungnya.
Kedua lelaki tadi yang mendengar teguran si coklat tiba - tiba saja terdiam, tenang. Si coklat tersenyum kecil seraya menutup kedua matanya sambil menunggu rapat di mulai. Si putih memberikan isyarat kepada Javier untuk segera memulai rapat. Javier yang melihat tanda itu memberi isyarat 'ya' kepada si putih, Javier tiba - tiba saja menghilang dan muncul ditengah meja bundar yang memiliki lubang dan keyboard disana.
Javier menekan sebuah tombol dan tiba - tiba layar biru muncul di sekelilingnya, dilayar itu memperlihatkan kerusakan yang ada di taman, disalah satu wilayah Indonesia. Kerusakan yang tidak bisa dianggap 'biasa' saja.
"Hari ini terjadi pertarungan di dekat Bandung. Kata saksi mata ada seekor naga yang mengamuk dan sekelompok anak - anak yang mengalahkan naga tersebut..." cerita Javier memulai rapat.
"Naga?"
"Anak - anak??"
"Benar. Naga itu adalah buronan yang telah menghancurkan pabrik rahasia kita yang ada di Sulawesi Selatan..." ucap Javier.
"Bagaimana dengan anak - anak itu?" tanya si merah.
"Mereka adalah murid dari Akademi Garuda yang terkenal itu..." jawab Javier.
"Heh~~hanya anak - anak..." ucap si merah meremehkan.
"Hei bodoh jangan kau remehkan anak - anak itu. Hampir setengah pasukan Exorcist elit kita berhasil dibunuh naga itu, semantara anak - anak itu berhasil mengalahkan naga itu tanpa ada korban..." ucap si hijau menatap tajam si merah.
"Jangan sebut aku 'bodoh', bodoh.." balas si merah yang ikut menatap tajam.
Si putih yang melihat itu hanya bisa menghela nafasnya, pada saat si coklat membuka matanya seketika itu juga si merah dan hijau diam dengan air keringat membanjiri pelipis mereka. Si biru hanya tertawa pelan sembari mencoba menahan tawanya dan si kuning acuh tak acuh dengan situasi.
"Bagaimana, apa tower sudah siap?" tanya si putih.
"Tinggal 25% lagi, Tuan Acar..." jawab Javier sopan.
"Sisa waktunya?"
"3minggu lagi..."
Semua orang yang ada disana diam seraya memikirkan sesuatu dibenak mereka, sampai si ungu angkat bicara.
"Apa..... Anak - anak itu mengetahui hal ini?" tanya si ungu.
"Saya rasa tidak, Nona Cirse. Tapi.... Kita mengetahui soal anak - anak itu..." ucap Javier sambil tersenyum jahat membuat semua 'warna' yang ada disana menatap Javier penasaran.
Javier mengutak - atik keyboard-nya, layar hologram yang mengelilinginya memperlihatkan empat murid Akademi Garuda.
"M - Mereka,kan???" ucap si hijau terkejut melihat keempat murid Akademi Garuda.
"Benar. Biar saya perkenalkan 'lagi' pada kalian semua..." ucap Javier sambil tersenyum. "Salsa Usy, seorang Exorcist yang dapat melihat masa depan. Dia adalah target nomor 2 kita, kita harus membunuhnya sebelum dia mengetahui rencana kita..." jelas Javier, dan Blonde menatap tajam foto Salsa dan percikan petir tercipta ditangan kanannya.
" 'Dapat melihat masa depan, ya??'..." gumam Blonde dengan percikan petir membesar di tangannya.
"Mari saya lanjutkan...." ucap Javier. "Yang kedua ada Laras Gruimore, dia adalah agen rahasia Inggris. Jika dia mengetahui rencana kita, mungkin dia akan melaporkan rencana kita ke Divisi Inggris. Dan Divisi Inggris akan melaporkannya ke Divisi Indonesia, dia target nomor 4 kita..."
"Inggris ya??" gumam si putih seketika itu juga ruangan rapat menjadi penuh beban tekanan aura, bahkan beberapa penjaga bersetelan hitam ada yang jatuh berlutut bahkan ada yang terkapar.
"Dia adalah Akbar, pewaris berikutnya Keluarga Pedang Exorcist Indonesia. Kalian tahu sendiri'kan, apa yang bisa dilakukan keluarga 'mengerikan' itu??" ucap Javier membuat suasana berubah menjadi tegang.
"Dan terakhir..."Javier menampilkan foto terakhir yaitu seorang bocah berambut coklat dengan manik hitamnya yang dapat menenangkan siapapun yang melihatnya.
Semua 'warna' yang melihat itu terkejut melihat foto bocah itu kecuali pria tua, si coklat. Dia tersenyum melihat foto bocah itu.
"Apa yang dilakukan Anak Terkutuk disana?" tanya si hijau.
"Sudah jelas,kan? Dia adalah salah satu murid Akademi Garuda, bodoh..." jawab si merah.
"Kenapa kita tidak mengatahui ini?" gumam si putih.
Si ungu melirik si coklat. Si ungu adalah seorang wanita berambut hitam panjang dengan gaun ungu yang indah. Si coklat menyadari lirikan si ungu dan membalas lirikan si ungu dengan tatapan biasa bak orang tua.
"Apa yang akan kita lakukan dengan cucumu itu, Tuan Anseal?" tanya si ungu.
Si coklat tersenyum mendengar pertanyaan si ungu. "Sudah jelas, bukan. Kita akan membunuhnya! Walaupun dia cucuku, tidak aku biarkan siapapun yang menghalangi rencana kita untuk menguasai empat pulau besar Indonesia..." jawab si coklat membuat mata si ungu melebar terkejut.
Si hijau tanpa sengaja berhenti ke salah satu foto murid Akademi Garuda, dan foto itu adalah Rey. "Siapa dia? Aku tidak pernah mendengar seorang Exorcist bernama Rey sebelumnya..." ucap si hijau penasaran.
"Mungkin dia hanya orang bodoh, dapat dilihat jelas dari wajahnya, bodoh.." ucap si merah mengejek.
"Benar. Sepertinyamu!!!"
"APA KAU BILANG?!!!!"
***
Riza : huahahaha, akhirnya aku bisa membalasmu!
Rey : u-ugh.. Sial.. Memang.. Chapter ini ditulis oleh dirimu, tapi besok... Hehehe
Laras : bisa kalian berhenti bertengkar?*mengeluarkan aura kelam*
Riza & Rey : hii!!
Alfharizy : kau bahkan ikut juga, Laras?
Bodo amat lah -_-
Awas saja kau, Riza. Chapter besok akan ku-bully habis-habisan. Hehehe...
Siapa mereka? Yang merasa mohon angkat suara, aku lagi badmood...
Masa aku yang rank-hmmph!
Gina : maaf ya, itu rahasia~ oh iya, salam milik Rey sudah mainstream di cerita ini. Jadi...
See you all at next chapter~
Alfharizy : itu sama saja!
Eh~ so nanoka? (Fister mode)
Kalau begitu..
Tolong tinggalkan vote ya..
All : *gubrak
Note : kami sering bingung, cerita ini sepi vote, kami bisa saja berpikiran cerita ini jelek dan... Bisa saja kami hentikan. Jadi, tolong vote dan komentarnya ya~
Maaf kalau ada typo~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top