Bantuan dari tim Harmony
Pict : Rey Necro
Taman kota, Indonesia---10:50 AM
"Teknik polosmu itu sudah tak berguna lagi ya, Rey..."keluh Al.
"Ya.. Begitulah."jawab Rey santai.
Daar!
Sebuah pukulan dari naga itu tertuju pada Rey dan Al. Mereka berdua berhasil menghindari pukulan itu. Salah sedikit, mereka pasti akan bernasib sama dengan ayam penyet. Sudahlah... Kok malah bahas ayam sih? Dasar readers ga bener...
Lho kok yang disalahkan readers sih... Ah, lupakan. Ini tak ada di daftar naskah Exorchist.
"Byakko... Maju."perintah Laras.
Kucing putih yang ada dipundaknya pun melompat ke depan. Perlahan, tubuh kucing putih itu membesar, otot di kakinya semakin terlihat, matanya mulai menyala, dan gigi-giginya mulai menajam. Yah... Kucing yang selama ini di pundak Laras adalah byakko. Harimau putih berelemen petir.
Graaa!!!
Byakko langsung melesar ke arah naga hitam itu dengan kecepatannya yang luar biasa hebat. Bahkan, hanya terlihat seperti kilatan cahaya.
"R-Rey-sama....."ucap Inari lirih.
Inari tiba-tiba saja muncul dari belakang. Luka yang diterimanya jauh lebih ringan dibanding dengan Rey. Menyadari kedatangan Inari, Rey langsung mendekatinya lalu memegang kepala Inari pelan dengan tangan kanannya. Inari mengerti maksud tuannya itu dan mulai menutup mata.
"Tahan naga itu sebentar..."pinta Rey.
Gina, Al, dan Riza mengangguk paham. Sedangkan Salsa dan Laras hanya bisa mengikutinya saja. Mereka tak tahu apa yang akan dilakukan oleh Rey.
"Kami tak'kan bertahan lama.. Jadi, cepatlah."ucap Riza sambil menguap.
Di dalam hati, Rey ingin sekali memukulnya, tapi.. Ya sudahlah. Muncul sebuah lingkaran sihir berwarna merah darah di bawah Rey dan Inari. Lingkaran itu berukiran unik dengan lambang '∞' (infinite/tak terbatas) di tengahnya. Rey juga mulai memejamkan matanya.
"Atas janji dari sang kuasa. Aku sebagai yang memiliki, meminta sebuah janji. Janji langit yang tidak bisa dilanggar. Aku, Rey... Meminta kekuatan untuk membantu semua orang."ucap Rey. Seketika itu, cahaya merah menyelimuti tangan kanannya.
"Atas janji dari sang kuasa. Aku sebagai yang dimiliki, memberikan sebuah janji. Janji langit yang tak bisa dilanggar. Aku, Inari... Akan memberikan semua kekuatanku untuk menolong semua orang."balas Inari. Seketika, tubuhnya diselimuti cahaya biru.
Aura itu saling beresonansi membentuk suatu kekuatan baru. Di samping itu, yang lainnya sudah mulai kewalahan menghadapai naga hitam itu. Salah satu kunci kemenangan, ada di tangan Rey. Lalu... Sisanya, gerakan terakhir akan dilakukan oleh Salsa.
""Soul Resonance"' ucap Rey dan Inari bersamaan.
Seketika itu, tubuh Inari menjadi bola cahaya berwarna biru dan masuk ke dalam tubuh Rey. Perubahan mulai muncul dari fisik Rey. Mulai dari perubahan mata, muncul telinga rubah, muncul cakar, dan..... 3 ekor berwarna putih. Wujud dari resonansi antara tuan dan pelayan milik Rey dan Inari.
"Grrr....."
Rey pun melesat ke arah naga itu dengan sangat cepat. Dalam sekejap, dia sudah berada di depan naga itu. Cakar milik Rey mengeluarkan aura hitam diselimuti listrik merah dan biru.
"<Hundred Death Claw>"ucap Rey sambil mencakar naga itu bertubi-tubi. Di tubuh naga itu, bekas cakaran tersebut terbentuk jelas... Juga terdapat huruf rune disana. Bekas cakaran itu hampir menyelimuti seluruh tubuh naga itu. Rey pun mundur ke tempat yang lain berada lalu menjentikkan jarinya.
"Explode"ucap Rey santai.
Duaaar!!!!
Ledakan tersebut sangat besar. Bisa jadi naga itu takkan selamat. Namun, kenyataan berkata lain, dewi fortuna sedang tak memihak mereka. Naga itu masih hidup, hanya regenerasi tubuhnya semakin lambat. Rey pun melirik Laras. Laras sedikit kebingungan dengan maksud Rey.
"Haaah... Panggilah 'dia', kau tahu... 'Dia' berguna untuk pertarungan ini."ucap Rey sambil mendesah. Suaranya tertumpuk dengan suara serak entah milik siapa.
"Ah~ jadi itu ya.. Baiklah.... Akan kucoba."balas Laras sambil mengangguk mantap.
"Oke, bagus. Gina... Aku butuh bantuanmu."ucap Rey dengan santai sambil menghampiri Gina.
Laras tak terlalu memperdulikan mereka, dia hanya fokus dengan apa yang akan dia lakukan. Muncul sebuah lingkaran sihir berwarna biru di belakangnya. Lingkaran itu dipenuhi huruf rune dan terikat oleh rantai listrik. Tanpa disadari, sebuah tembakan api hitam diluncurkan oleh naga hitam itu dengan target...... Laras.
Blaar!!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Cepatlah... Kami akan berusaha menahannya. Kau adalah kunci kedua."ucap Rey sambil menahan api hitam itu.
Laras menangguk pelan lalu mulai fokus kembali ke dalam mantranya. Lingkaran sihir itu makin bercahaya, rantai-rantainya berguncang.
" The Loyal Guardian, one who has served the kings and queens of the foregoing, the guardian angel did not favor anyone except his master. By this I call the Faithful butler, dreadlord, Ciel."
Prang!!
Rantai-rantai yang mengikat lingkaran itu lepas dan hancur. Perlahan, lingkaran itu berputar seperti memilih arah yang benar. Lalu... Lingkaran itu terbuka layaknya sebuah pintu. Muncul seorang laki-laki berpakaian layaknya butler, rambutnya putih dengan beberapa bagian yang biru. Orang itu memegang 2 buah gun-blade.
"Aku siap melayani anda, nona Laras."ucap laki-laki itu.
"Lawanlah naga itu. Dia adalah penghalangku sekarang, Ciel."perintah Laras.
"Baik."balas Ciel
Aura berwarna biru menyelimuti tubuh ciel. Ciel pun melesat ke tempat naga itu sambil mempersiapkan kuda-kuda pedang. Disamping itu..
"Hey, Salsa. Apa persiapanmu sudah selesai?"tanya Rey menggunakan intercom.
[Tentu saja! Memangnya kau pikir aku siapa? 'Mereka' juga akan datang, sebentar lagi... Jadi bertahanlah!]
"Ya... Kurasa mereka semua akan bertahan."
Brukk!!
Rey tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri. Wujudnya sudah kembali seperti semula. Sedangkan Inari masuk ke dalam <Soul Place> milik Rey yang berada di punggung tangan kiri.
"Rey!"panggil Gina.
"Nona Gina, sebaiknya anda fokus ke dalam pertarungan. Mengenai Tuan Rey, biarkan saya saja yang mengurusinya."ucap seorang pria berambut hitam. Aura kelam keluar dari tubuh pria itu.
"Vlad! Syukurlah! Tapi Rey baik-baik saja kan?!"tanya Gina
"Tuan Rey.... Dia baik-baik saja, hanya kelelahan akibat 'soul resonance'."jawab Vlad.
"Yo, Vlad.. Lama tak berjumpa~"sapa Ciel yang sedang menyerang naga itu.
"W-What?! C-C-Ciel?!"celetuk Vlad kaget.
"Biar aku saja yang mengurusi Rey, ya? Kau pergi saja melawan naga itu bersama kenalanmu"pinta Gina tiba-tiba.
"B-Biaklah jika anda yang memintanya. Saya izin pamit dulu."ucap Vlad sambil berteleportasi ke dekat naga itu.
***
"Mou.... Shin-senpai! Kau lama sekali! Tembak saja!"keluh seorang gadis berambut strawberry vanilla, Mizu.
"Berisik kau, Mizu."balas Shin dingin. Ia fokus membidik dengan AWP khusus exorcist miliknya.
"Dinginnya~ seperti biasa."goda Infanta.
"Yah.. Begitulah dia, bukan?"ucap laki-laki berambut hitam dengan mata yang tajam... Setajam silet.. (Eh, lupakan dua kata terakhit itu), Akbar.
"Hn. Hn. Kuharap Crimson bisa bertahan."ucap Mizu sambil memposisikan tangannya seperti berharap.
***
Rey : ah, sudah ya?
Al : belum, ya sudah lah!
Riza : biasalah.. Namanya aja Rey.
Rey : *menatap tajam Riza*
Riza : A-Apa?
Rey : Kamehameha!*menembakkan kamehameha ke Riza dengan sekuat tenaga*
Riza : *terlempar jauh* Aaaaaaa
Laras : *mendesah* dasar kalian berdua.
Ah.. Rest area-nya mulai sempit nih.. Jadi langsung saja.
Special thanks to
Akbar14 dan Infantaleonor karena sudah bergabung dengan cerita ini.
Oh iya, aku punya pict untuk Vlad
Tadaa~
Sekian, oke?
See you all at next chapter^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top