Streve

IDOLiSH7 by Bandai Namco, Troyca, Arina Tanemura

Hetalia by Himaruya Hidekaz

Original Character; Noah Bondevik and Bella Steilsdottir by bella steils

Streve by bella steils

Sebuah fanfiksi untuk merayakan ulang tahun Noah Bondevik.

Selamat membaca

***

Noah tak pernah merasa sekikuk ini berhadapan dengan seseorang.

Jarum jam terasa bergerak lebih lambat dari biasanya. Bunyinya terdengar hingga telinga Noah bahkan di tengah kesibukan kafe. Walaupun hanya ada lima pengunjung termasuk Noah dan pemuda di depannya.

Honda Kiku, ia memperkenalkan diri. Bola matanya sibuk mengevaluasi formulir pendaftaran yang lima menit lalu diserahkan. Sebelah tangannya memegang dagu seolah memikirkan sesuatu. Noah tersenyum canggung memikirkan apa yang sedang dipikirkan pemuda mungil ini pada daftar identitas pribadi Noah.

Lima menit terasa seperti lima puluh tahun.

"Jadi..." ia memulai pembicaraan.

Noah seketika duduk tegap dengan gugup. Bukan karena dia tipikal orang yang grogi bertemu orang baru, tapi karena Noah baru saja melamun. Matanya memperhatikan seorang turis Asia tapi pikirannya melayang entah kemana.

'Mirip sekali dengannya.'

Akhirnya ia seperti maling kepergok ketika dipanggil.

"Kapan kita bisa mulai pembelajaran?" Pemuda itu menundukkan kepala, terlihat dia yang terlihat gugup bertemu dengan orang baru.

"Secepatnya. Sekarang juga tak masalah." Jawab Noah tanpa ragu. "Saya ingin segera bisa bahasa Jepang."

"Semangatmu menggelora sekali." bisiknya. Pendengaran Noah setajam rubah, ia hanya tersenyum sebagai tanggapan.

"Baiklah, mari mulai dengan huruf hiragana."

***

"Tumben kak Noah belajar?" Ejek Peter ketika hari raya Natal.

Keluarga besar Nordic selalu menyempatkan berkumpul di setiap Natal. Tahun ini giliran di rumah Lukas di Norwegia. Satu wilayah dengan tempat tinggal Noah. Densen, berkendara dari Denmark. Tino, Belward dan anak adopsi mereka, Peter juga berkendara jauh dari Swedia. Tak lupa Bella dan Emil yang memilih penerbangan dari Islandia menuju daratan Norwegia.

Usai makan malam dengan kalkun panggang buatan Belward, yang sengaja datang jauh hari untuk memasak, semua anggota berkumpul untuk bercerita sambil bermain game. Pencetusnya tak lain dan tak bukan adalah Densen. Bahkan di tengah perjalanan ke Norwegia, ia membeli banyak sekali permainan seperti monopoli, jenga, ular-tangga, uno dan banyak lagi.

Suasana semarak di malam Natal, Noah malah memilih menyingkir dengan buku-bukunya.

"Aku ini rajin belajar, tahu." Timpal Noah tanpa menoleh. Tangannya tanpa henti menulis deretan huruf rumit.

"Peter, katanya mau main monopoli?" Bella melongok masuk menghampiri Peter sedang bersama Noah.

"Nihon ni iku mokuteki wa...."

Noah lantas mendongak. Tanpa sadar gadis yang sering disangka kembarannya itu sudah berdiri di samping.

"Arg, Bella jangan ganggu aku!" Serunya histeris.

"Aku cuma baca..." Bella berdalih.

"Diam kau! Mentang-mentang udah dapat tiket ke Jepang!" Ujar Noah sinis. Seperti hormon gadis yang sedang naik, emosian. Merasa iri dengan sepupunya yang selangkah lebih maju.

"Kok jadi marah-marah? Ya maaf aku kan udah lama rencana ke Jepang." Ujar Bella lantas mengalihkan topik, "Kau belajar dari guru rekomendasi Kak Lukas?"

Noah mengangguk.

"Kenapa tak minta mama saja?" Tanya Bella mengingat ibunya berasal dari Jepang yang menikah dengan warga Islandia.

"Tante jauh di Islandia. Mumpung teman Kak Lukas sedang main lama di Norwegia." Ujar Noah melanjutkan.

"Oh..." Bella mengangguk paham dengan alasan Noah. Cukup masuk akal mengingat jarak Norwegia dan Islandia jauh.

Noah kembali fokus, mengabaikan gangguan setan kecil aka Peter yang sibuk mencoleknya selama pembicaraan dengan Bella. "Minggir sana!" Ujar Noah. Direspon kekehan tawa Peter. Noah balas dendam dengan memainkan wajah Peter.

"Apa ini karena Natsume Minami?"

Noah berhenti mencubit kedua pipi Peter yang memerah. Peter mengusap pipinya yang senut-senut.

"Kau mau menyusul orang yang bernama Natsume Minami, kan?" Bella mempertegas jawaban meskipun Noah belum merespon satu katapun.

Noah menghela napas. "Ya, kau benar. Semua ini untuk menyusul Natsume Minami."

"Padahal kau sudah ditolak beberapa kali..."

"Ini tak ada hubungannya denganmu, Bella..." Noah segera menyela sambil melirik tajam pada Bella. Bella bergidik. Watak Noah sehari-hari yang riang, jahil dan suka dibullyーbukan dalam hal negatifーakan menjadi buas jika sudah mode serius.

"Oke, maafkan aku. Aku tidak akan berkomentar apapun lagi. Semoga berhasil mengejar cinta pertamamu."

Bella menghindar. Tak ingin terlibat lebih dalam.

"Kak Bella kok lama banget?" Kali ini giliran Emil melongok masuk menyusul kakaknya yang tak kunjung kembali.

"Ya udah, aku sama Peter balik dulu. Ganbatte!"

Bella menyemangati kemudian mendorong tubuh Peter untuk tidak lagi menarik-narik celana Noah.

"Siap! Tunggu aku menyusulmu."

"Kabari aja." Kalimat Bella sebelum menghilang di balik tembok menuju ruang keluarga. Keramaian segera tercipta, Noah hanya bisa memandang bayangan keluarganya sedang memainkan dadu sebagai tahap awal permainan monopoli.

Sejujurnya ada pergulatan di hati Noah. Kapan lagi berkumpul dengan keluarga? Tapi tekad Noah memang sekeras baja dan setinggi Everest. Apalagi ia mempunyai target yang harus dipenuhi tahun depan.

Maniknya memandang jendela tinggi di hadapannya bersebelahan dengan pohon Natal dengan hiasan dan kelap-kelip cahaya. Di luar langit malam berbintang dengan taburan cantik warna aurora. Salah satu daya tarik negara yang letaknya di lingkar Artik. Bahkan warga lokal selalu kagum dengan keindahan fenomena alam tersebut.

"Minami...." Gumam Noah. Menyebutkan nama yang menjadi tujuannya belajar bahasa Jepang.

"Aku pasti akan menyusulmu."

Maniknya memandang bayangan yang terpantul di jendela. Ada dirinya dan tercetak bayangan sosok Natsume Minami yang dirindukan.

"Noah?"

Noah menoleh. Belward tanpa suara langkah kaki sudah di samping Noah membawa kue jahe dan minuman hangat.

"Kak Belward? Ga ikut main?"

"Ga ikut, malas."

Noah tidak terlalu dekat dengan saudaranya yang satu ini. Belward sangat pendiam. Bukan tipikal yang bisa dekat dengan Noah. Kecanggungan selalu tercipta ketika keduanya dalam satu ruangan. Sesuai individunya yang introvert, Belward tidak terlalu suka keramaian.

Tapi kenapa dia menghampiri Noah?

"Aku dengar dari Peter..."

Noah baru mencomot satu kue jahe, memiringkan kepala, "Apa?"

"Natsume Minami."

Noah memasang wajah malas dan bergumam, "Dasar ember. Diam-diam nguping."

Alih-alih menjawab, Noah diam. Bingung mau menjawab apa.

"Tidak apa." Ujar Belward, "aku akan mendukungmu mengejar cintamu."

Noah terdiam. Ia teringat ceritaーatau lebih tepatnya ghibahan dari Densenーtentang masa lalu Belward ketika mengejar Tino. Cukup lama dan penuh perjuangan mengingat sifat keduanya bertolak belakang. Belward tidak pandai mengungkapkan perasaan dan Tino yang selalu ketakutan berada di sekitar Belward. Mungkin ia merasa teringat dengan dirinya yang dulu ketika melihat perjuangan Noah.

Noah kemudian terkekeh. "Terima kasih Kak Belward. Aku akan memperjuangkan cintaku."

"Hm." Belward tersenyum tipis. Pertama kali ia melihat Belward menyunggingkan senyum.

Mungkin bukan Noah yang merasa awkward berada di sekitar Belward. Dia hanya belum mengenal jauh sosok serius seperti Belward. Siapa sangka Tino akhirnya bisa luluh ke dalam pelukan Belward bahkan memiliki anak adopsi. Di mata Noah mereka terlihat seperti keluarga bahagia.

"Benar... aku harus berjuang seperti Kak Belward." Gumam Noah. Telinga Belward mendengar namanya disebut hanya menoleh. Tangan besar Belward menepuk puncak kepala Noah.

"Pasti bisa."

Di luar jendela, butiran salju mulai turun. Meskipun cuaca dingin di luar tapi kehangatan keluarga besar Nordik tak bisa mengalahkannya.

"Aku tunggu kau mengenalkan cintamu pada keluarga ini."

Noah mendelik.

"Kak Belward, itu kejauhan!" Noah berseru, tiba-tiba merona membayangkan membawa Minami ke dalam keluarga Nordik.

Belward hanya tersenyum melihat tingkah Noah tiba-tiba menjadi malu-malu. Matanya tak fokus, pikirannya entah kemana. Ia menutup rona wajah dengan buku bahasa Jepang yang sejak tadi diabaikan.

"Aku dan Minami... bersama-sama di keluarga ini..." gumamnya terus menerus. Tanpa sadar Belward meninggalkannya dengan pikiran sendiri.

***

"Kau baik-baik saja? Sejak tadi Minami seperti gelisah." Noah menggenggam erat tangan Minami usai pengumuman pesawat mengatakan sebentar lagi akan mendarat di bandara Oslo.

"Bagaimana aku bisa tenang, Noah-san." Seru Minami. "Sebentar lagi aku akan bertemu dengan keluarga besarmu. Bagaimana kalau mereka tidak menerimaku."

Noah mengusap puncak kepala Minami, "Minami tak perlu khawatir, mereka pasti akan menerimamu." Kemudian mencium kening pria kesayangan di depannya.

Minami akhirnya percaya dengan ucapan kekasihnya. Ia menghela napas panjang untuk menenangkan diri.

Noah tak bisa menyunggingkan senyum ketika akhirnya datang hari dimana dia bisa mengenalkan cinta pertamanya pada keluarga besar. Bahkan mengumumkan kejutan pernikahan mereka tahun depan.

***

Selesai

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top