Serangan Tak Terduga
Sarapan ditemani lagu-lagu yang belum pernah Ayu dengar terasa cukup menghibur. Ayu masih tidak menduga membiarkan Reo merekam lagu Kopi Dangdut berarti membiarkan lagu itu diputar di pagi hari di kafetaria. Awalnya semua bersikap merasa aneh dengan lagu itu, tetapi lama kelamaan mereka terlihat menikmatinya.
Selesai sarapan, Ayu memesan kukis cokelat yang sempat ia idamkan tadi. Menjadikan kukis cokelat sebagai makanan penutup menu sarapan bukan ide yang buruk. Selama makan kukis itu, Ayu terpikirkan jajanan di dunia asalnya. Ia mendadak ingin makan corndog, jasuke, bakwan, dan telur gulung. Tetapi ia tidak menemukan makanan itu dalam daftar menu. Mungkin Ayu harus mengajukan makanan itu pada staf kafetaria agar mereka bisa menyediakannya. Rasa makanan itu enak, ia yakin cukup ramai yang akan memesannya.
Hari ini, Michelle dan Ash punya kelas pagi. Sehingga mereka berdua pun memisahkan diri dari tiga orang lainnya. Mata pelajaran pertama kelas 1-A dimulai pukul 10.00 pagi. Karena waktu masih tersisa banyak, Ayu serta Liuxing dan Light memutuskan untuk ke perpustakaan dan mengerjakan tugas kelas ramuan yang sama sekali belum mereka kerjakan.
Sebuah pesan tiba-tiba masuk, membuat concore milik Ayu berbunyi. Untung saja suara notifikasinya kecil sehingga orang-orang di perpustakaan tidak akan begitu tergganggu. Ayu lekas membaca pesan itu.
*
Froun
Kalau kau merasa tidak mampu mengikuti kelas yang menggunakan sihir, datang ke ruanganku.
Froun
Aku akan bantu mengurus jadwal kelasmu yang baru.
*
Ayu berulang kali membaca dua pesan yang dikirimkan oleh Froun.
Ayu tidak keberatan dengan jadwalnya yang sekarang. Selama di kelas yang mengharuskan muridnya menggunakan sihir, Ayu dibiarkan untuk tidak mengikuti kelas. Namun yang menjadi masalah adalah murid-murid lain di kelasnya yang selalu menatapnya sinis dan tidak suka ketika ia bebas tugas di kelas.
Mungkin ada baiknya jika ia punya jadwal kelas khusus yang berbeda dengan teman sekelasnya. Ini bisa membuat ia tidak selalu mendapat tatapan seperti itu. Ayu segera membalas pesan Froun, mengatakan bahwa ia setuju dan akan segera menemuinya di ruangan.
"Light, Liuxing, aku mau pergi dulu."
"Mau ke mana?" tanya Light.
"Ketemu Pak Froun. Ada urusan sedikit."
"Lama?"
"Mungkin?" jawab Ayu tidak yakin.
"Usahakan datang ke kelas sebelum kelas artefak dimulai, ya," pesan Liuxing.
"Oke."
Setelah meminta izin pada dua temannya, Ayu berjalan keluar dari perpustakaan. Ia mengikuti instruksi yang diberikan Froun untuk bisa sampai di ruang guru.
Setelah beberapa menit berjalan, suara sirine tiba-tiba berdering nyaring. Suaranya yang memekakkan telinga membuat Ayu sempat berhenti untuk menutup kedua telinganya. Setelah suara sirine itu berhenti, suara seseorang terdengar dari speaker. Suara itu meminta seluruh murid berkumpul di ruang aula.
Tepat ketika suara itu berhenti, murid-murid di lorong itu berlarian dengan panik. Manusia setengah binatang menjadi sangat cemas hingga menunjukkan sikap hewani mereka. Ayu tahu ada sesuatu yang sedang terjadi. Dan itu bukan sesuatu yang baik.
"Semuanya, perhatian!" Seorang perempuan berteriak dan mengangkat tangannya ke udara. Ayu bisa melihat kain hijau yang terlilit di lengan atasnya.
"Sirine peringatan menyala. Kita semua telah diminta untuk pergi ke ruang sekarang juga. Jadi berhenti panik dan mulai bergerak! Ikuti aku!"
Gadis itu segera berlari. Segera orang-orang di lorong itu ikut berlari di belakang dan mengikutinya. Termasuk Ayu. Ia mengikuti orang-orang di barisan belakang. Beberapa orang itu punya kecepatan lari yang sangat cepat dan tidak biasa. Semakin lama Ayu berlari, kedua kakinya mulai terasa lelah. Dengan napas yang masih tersengal-sengal, ia berhenti untuk beristirahat sedikit.
Ayu menyadari bahwa ia semakin tertinggal. Namun ia juga tidak bisa terus berlari. Ayu mencoba berjalan mengikuti instingnya. Di lorong yang mengarahkan dirinya pada perempatan, ia menjadi bingung. Gadis itu diam untuk berpikir, berusaha menentukan bagian mana yang harus ia pilih.
Tiba-tiba di ujung lorong terlihat seseorang sedang berlari melintas. Dari pakaiannya, orang itu adalah murid akademi ini. Ayu yakin orang itu juga sedang dalam perjalanan menuju ruang aula. Segera Ayu berjalan cepat mengikuti orang itu dari belakang. Sepertinya orang itu memang tidak menyadari keberadaan Ayu di belakangnya.
Setelah mengikuti orang itu dan hampir tersesat lagi, ia melihat orang itu masuk ke dalam sebuah ruangan. Sepertinya ruangan itu adalah ruang aula. Segera Ayu menghampiri ruangan itu dan bersiap membukanya.
Ketika hendak membukanya, terdengar suara yang sangat aneh dari ruangan itu. Ayu diam di tempat. Ia menyadari bahwa itu adalah suara auman. Bukan hanya itu, Ayu juga bisa mendengar suara lain seperti desisan, geraman, pekik, dan lolongan. Suara-suara itu adalah suara binatang buas. Seketika firasat Ayu mulai tidak enak.
Ia perlahan membuka pintu itu, masih berharap bahwa ruangan itu adalah ruang aula yang ia cari. Ayu mengintip, melihat orang yang ia ikuti sedang berdiri di depan sebuah portal berwarna keunguan. Di samping orang itu terdapat sejumlah binatang berukuran raksasa. Ayu tahu itu bukan binatang biasa.
Tiba-tiba seekor burung besar melihat ke arahnya. Ayu dan burung itu sempat bertatapan selama beberapa detik. Hingga ketika Ayu berkedip, burung raksasa itu mengepakkan sayapnya. Burung itu mengeluarkan suara pekikan nyaring. Ayu panik dan segera berlari meninggalkan pintu. Ketika ia telah berjarak jauh dari ruangan itu, suara ledakan terdengar. Ayu menoleh, melihat ruangan itu telah hancur. Beberapa makhluk muncul dan berkeliaran dari ruangan itu. Mereka melihat Ayu.
Segera Ayu berlari kabur. Ia bisa mendengar suara derap langkah kaki cepat dan berat di belakangnya. Ia tidak bisa menoleh untuk melihat sosok yang mengejarnya. Yang pasti ukurannya sangat besar. Dan pastinya mengerikan.
Entah kemana kakinya berlari membawa dirinya, Ayu tidak peduli. Nyawanya benar-benar dalam bahaya sekarang. Namun ia tidak mungkin terus menerus berlari. Ayu harus mencari tempat bersembunyi.
Beberapa meter di depannya ada sebuah ruangan dengan salah satu pintunya terbuka. Ayu mempercepat laju larinya untuk bisa segera masuk ke dia ruangan itu. Setelah berada di dalam, ia menutup dan mengunci pintu itu. Ayu memeriksa ruangan itu, rupanya itu adalah ruang perpustakaan yang ia tempati tadi.
Pintu ruangan berusaha didobrak dari luar. Ayu lekas mencari tempat persembunyian. Ia akhirnya memilih bersembunyi di bawah salah satu meja perpustakaan. Di bawah meja itu, ia berusaha menenangkan diri sambil berdoa dalam hati.
Suara dobrakan itu semakin besar. Kemudian terdengar suara benda hancur. Ayu yakin makhluk-makhluk itu telah berhasil masuk ke dalam perpustakaan. Gadis itu merasa semakin panik. Ia menutup mulutnya dengan dua tangan, berusaha mencegah ia menimbulkan suara apapun.
Ayu bisa mendengar suara geraman ganas semakin mendekat. Langkah kaki berat dan penuh tekanan juga terasa semakin dekat. Suara desis hewan melata juga mulai terdengar. Semakin lama semakin mendekat. Ayu berusaha memikirkan cara untuk menjauhkan makhluk itu dari area sekitarnya. Ia perlu menarik perhatian makhluk itu pada tempat lain.
Ayu mencoba merogoh semua saku seragamnya. Di dalam saku seragamnya, ia membawa ponsel, concore, dan beberapa butir permen cokelat empuk dalam kemasan. Ayu mengambil dua butir permen dan melemparkannya ke arah meja lain. Permen itu mengenai rak buku, membuat suara ketukan ringan.
Suara-suara binatang itu perlahan mulai menjauh. Ayu yakin mereka pergi ke arah suara ketukan permen itu. Ia saat ini mulai aman. Ayu harus perlahan-lahan mendekat ke arah pintu yang telah hancur itu dan berlari keluar.
Baru saja berniat bergerak, concore di sakunya berbunyi. Sebuah panggilan masuk. Suara auman makhluk itu terdengar semakin dekat, bersama dengan langkah kaki berat dan cepat. Tamatlah riwayatnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top