Persiapan Sebelum Kelas Dimulai
Setelah memperkenalkan benda bernama HP alias ponsel kepada Haboa, Ayu akhirnya tahu bahwa di dunia tempat ia berada sekarang juga punya HP. Namun orang-orang di dunia itu menyebutnya Concore. Bentuk benda itu mirip ponsel Nokia jadul, tetapi dengan model yang lebih keren dan menarik dan desain yang futuristik.
Hal lain yang membedakan Concore dengan handphone miliknya ada pada charger. Concore juga membutuhkan listrik sebagai sumber daya, dan bentuk charger benda itu lebih mirip charger laptop. Ukuran sedikit lebih besar dan kabelnya juga lebih panjang.
Karena percakapan itu, mereka berdua pada akhirnya tidur dua jam kemudian. Hal itu juga menyebabkan baterai ponsel Ayu juga hampir habis. Sudah sangat larut dan lewat tengah malam. Namun lebih baik daripada tidak tidur sama sekali.
Ayu sempat terbangun beberapa kali. Mungkin karena belum terbiasa dengan suasana baru tempat ia tidur sekarang. Hingga tiba-tiba terdengar suara melengking yang berhasil membuat Ayu terbangun karena kaget. Suara melengking itu terdengar seperti gabungan suara puluhan lonceng jam beker dan suara ketel yang airnya telah mendidih.
"Pagi, Nona Manis! Kuharap kamu tidur dengan nyenyak semalam," sapa Haboa begitu keluar dari bilik petugas kesehatan.
Ayu juga berharap begitu, meski semalam ia tidurnya sama sekali tidak nyenyak.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Haboa lekas menghampiri pintu dan membukanya. Tak lama kemudian ia datang sambil membawa sebuah paperbag besar.
"Nona Manis, lihat! Tuan Froun baru saja mengirimkanmu seragam sekolah!"
Segera paperbag itu diberikan padanya. Ayu mengeluarkan satu persatu isinya. Di dalam paperbag itu ada dua set seragam yang berbeda. Seragam berupa kemeja putih, vest biru, dasi merah bergaris putih diagonal, rok hitam selutut, almamater hitam, sepasang kaus kaki putih, dan sepatu pentofel cokelat. Seragam kedua berupa jaket dan celana olahraga berwarna biru, serta sepasang sepatu olahraga hitam.
Haboa menyuruhnya untuk segera berganti pakaian di toilet. Sekalian mandi di sana. Ayu pun menuruti perkataannya. Ia mengambil set seragam pertama dan membawanya masuk ke toilet. Juga tidak lupa pakaian dalam dan kantung plastik hitam yang ia bawa di ranselnya. Meski berada di dunia lain, Ayu senang ia membawa keperluannya dengan baik.
Keluar dari toilet, Ayu lekas berdiri di depan cermin di ruangan itu. Gadis itu cukup kagum dengan kecocokan desain seragam sekolahnya. Ukuran seragamnya juga pas, membuat Ayu cukup nyaman mengenakannya.
"Oh, lihat, betapa cocoknya seragammu!Kamu jadi semakin manis! Harus kupanggil apa sekarang? Nona Super Manis?"
"Panggil saja namaku. Ayu Anjani."
"Namamu terdengar sangat lain dan sangat baru. Kamu dari negeri mana?"
Ayu mengerutkan dahi, bingung harus menjawab. "Indonesia?"
"Nama yang sangat asing. Aku tidak pernah mendengar nama negeri itu."
Itu di dunia lain, jawab Ayu dalam hati. Ayu kemudian mengeluarkan sisa benda yang ada dalam paperbag itu. Ada tiga ikat rambut hitam, lima jepit rambut, dan sebuah pin dengan logo yang terlihat resmi.
"Ada aksesoris juga di dalamnya? Tuan Froun cukup perhatian rupanya," komentar Haboa.
Ayu tidak membalasnya, tapi ia cukup setuju. Ia tidak menyangka pria yang terlihat galak di pertemuan pertama memberinya seragam sekolah dan aksesoris di pagi hari. Ayu akui Froun cukup niat.
Ia memutuskan untuk menggunakan dua jepit rambut di sisi kiri poninya. Haboa mengatakan bahwa pin resmi itu adalah pin logo sekolah yang wajib dipakai oleh seluruh murid Akademi Exentraise. Jadi Ayu memakai pin itu di almamater bagian dada kiri.
Tiba-tiba sebuah kerukan kembali terdengar di pintu. Haboa yang sedang memuji penampilan Ayu lekas pergi membukakan pintu. Tidak lama kemudian, wanita ular itu kembali menghampiri Ayu.
"Ayu, Tuan Froun datang menjemputmu! Ayo cepat! Jangan buat dia menunggu lama."
Ayu segera membereskan barang-barangnya dan menata rapi kasur yang ia tempati. Setelah selesai, Ayu mengambil ponselnya dan mengantungi benda itu di saku almamater.
Di depan pintu ruang kesehatan, Froun telah berdiri menunggu sambil melipat tangan di dada. Ayu segera berdiri di hadapan pria itu. Froun memperhatikan penampilan Ayu dari berbagai sudut pandang.
"Pilihanku tidak salah. Kau bahkan memakai pakaian lengkap. Sangat cocok untukmu," komentar Froun. "Oke, kau sudah selesai, 'kan?"
Ayu mengangguk. "Tos beres (sudah selesai)."
"Hah?" Froun mengernyit heran
"Maksudku, aku sudah selesai."
"Bagus. Ikut aku sekarang."
Pria itu berjalan lebih dulu. Ayu berpamitan pada Haboa dan segera mengikuti Froun di belakang. Mereka berdua menyusuri lorong yang terlihat masih sepi. Ada beberapa orang dewasa yang lewat. Ayu yakin mereka adalah para guru di sekolah itu. Dari area luar sekolah, terdengar langkah kaki serentak disertai suara tegas. Ayu mengintip di salah satu jendela. Di area luar bangunan terdapat barisan orang-orang yang tengah berlari. Sepertinya mereka sedang berlatih untuk sesuatu.
Ayu melihat ke arah langit, dimana ada sekumpulan orang yang tengah terbang menggunakan sapu lidi. Dua di antara mereka terbang menggunakan sayap besar di punggung. Sayap mereka terlihat seperti sayap burung pada umumnya. Atensi Ayu kemudian fokus ke salah satu dari orang bersayap itu. Di atas kepala orang itu ada lingkaran yang bersinar terang, seperti tiara halo malaikat.
"Ayu Anjani."
Gadis itu menoleh. Froun telah berdiri menunggunya jauh di depan. Lekas Ayu berlari kecil untuk menghampiri pria itu.
"Maaf. Aku tidak fokus."
"Tidak apa. Aku tau kau tidak sabar dengan lingkungan sekolah. Tapi sebelum benar-benar memulai kegiatanmu sebagai murid sekolah ini, kita perlu menyiapkan hal lain. Kau tau apa?"
Ayu terdiam. Tidak tau harus menjawab apa. Mereka sebelumnya tidak membicarakan ini, kenapa tiba-tiba ia ditanya tentang kebutuhan. Meski merasa bingung, ia tetap mencoba memikirkan jawabannya. Ia mencoba mengingat kebiasaan yang ia lakukan saat sedang bersiap ke sekolah.
"Tas? Buku? Alat tulis?"
"Benar. Kita akan pergi mengambilnya sebelum sarapan."
Mereka kembali berjalan hingga tiba di depan sebuah pintu. Froun membuka pintu dan mempersilakan Ayu untuk masuk lebih dulu. Ayu melangkah masuk ke dalam ruang gelap itu. Begitu berada di dalam, Ayu menyadari bahwa tempat itu sempit seperti dalam lemari. Froun pun ikut masuk lalu menutup pintu tersebut. Sebuah lampu tiba-tiba menyala di atas mereka, disusul dengan sebuah guncangan kecil. Gadis kemudian itu merasa bahwa ruangan sempit itu terasa bergerak turun.
Tidak lama kemudian, guncangan kecil kembali dirasakan. Ayu tidak mmerasakan lagi tekanan gerakan ruangan itu. Froun meraih pintu ruangan sempit itu dan membukanya. Di depan mereka kini ada sebuah rumah sederhana. Ayu terkejut melihat pemandangan baru yang tiba-tiba muncul itu.
Keduanya berjalan keluar dari ruangan sempit itu. Semilir angin berembus menyapu permukaan kulit. Rerumputan bergoyang, menggelitik betis Ayu yang tidak ditutupi apapun. Aroma tanah basah yang sudah lama tidak dicium menyambut indera penciuman gadis itu.
"Tempat apa ini?" tanya Ayu masih terkagum.
"Koperasi sekolah. Barang-barang keperluan sekolahmu ada di sini."
Froun melangkah duluan memasuki bangunan itu. Ayu ikut di belakang sambil melihat-lihat sekitar. Begitu pintu dibuka, sebuah lonceng berbunyi. Keduanya telah masuk ke dalam bangunan. Mereka kemudian berjalan ke arah meja besar di ruangan tempat itu.
"Smith, kami sudah datang!" panggil Froun.
Namun tidak ada respon apapun dari seseorang.
Froun memencet sebuah tombol di meja lalu kembali memanggil Smith. Sementara Ayu melihat-lihat barang di tempat itu. Ada banyak barang yang terlihat bagus seperti barang di toko perabotan. Ada juga beberapa yang terlihat aneh, terutama stoples yang memiliki isi yang tidak bisa ia jelaskan. Atensi gadis itu sekarang tertuju pada jejeran bola kristal yang menampilkan gambar abstrak yang bergerak. Ada juga menampilkan gambar pemandangan yang indah, seperti pepohonan yang tertiup angin, gelembung, hujan meteor, dan... wajah orang tersenyum. Ayu seketika mundur terkaget.
Suara tawa tiba-tiba terdengar di ruangan itu. Bola kristal aneh itu terjatuh ke lantai dan mengeluarkan asap berwarna keunguan. Dari kumpulan asap itu muncul seorang pria dengan setelan jas santai dan topi tinggi.
"Halo semuanya! Selamat datang di Toko Kelontong Smith! Kami menyediakan barang-barang yang Anda butuhkan, termasuk keperluan sekolah."
Ayu yang terkejut sekarang menatap aneh dan bingung pada pria itu.
"Smith, jangan mengagetkan anak itu. Kami sedang sibuk pagi ini," komentar Froun di belakang Ayu.
"Hehehe. Maaf, Nona Kecil. Tapi setidaknya ini akan membuatmu tidak mengantuk di pagi hari."
Pria itu memang benar. Jantung Ayu berpacu kencang dan membuat ia tidak merasa lelah atau mengantuk.
"Smith, berikan anak ini barang yang kuminta tadi malam."
"Oke! Segera datang!" Pria itu berjalan ke sisi lain meja besar itu.
Ia mengeluarkan lima buku dan dua pena bulu putih yang cukup besar. Ada juga dua botol tinta. Salah satunya berwarna hitam, dan satunya berwarna putih bening. Ayu tidak tahu itu apa.
Ia mengeluarkan sebuah kotak panjang. Kotak itu terlihat seperti kotak sarung, tetapi tinggi yang lebih panjang dan lebar yang lebih kecil. Tertera sebuah logo bertuliskan "Hocus". Sepertinya itu adalah nama benda itu. Atau nama merk. Smith lalu berjalan menjauh dan membuka salah satu laci. Ia mengeluarkan sebuah tas dan meletakkannya di samping barang-barang tadi.
"Baiklah, sudah semuanya! Totalnya 3.500 Arlix."
"Kau benar-benar mencoba mengambil untung dari ini, ya," komentar Froun sambil menyilangkan tangan.
"Sudah kukasih diskon, kok! Khusus untuk siswa jalur istimewa!"
"Pasti di bawah 20%."
"Hei, setidaknya kalian dapat diskon."
Froun memutar bola matanya. Ia lalu mengeluarkan dompet dan memberikan sebuah kartu pada Smith. Pria itu menerima kartu itu sambil tersenyum dan memasukkannya ke sebuah mesin berbentuk kotak.
"Terima kasih telah berbelanja di Toko Kelontong Smith! Semoga kalian datang kembali berbelanja."
Ayu tersenyum mendengarnya. Teringat ucapan yang selalu dikatakan oleh kasir Indomaret. Lekas ia memasukkan barang-barang di meja itu ke dalam tas, kemudian menyampirkan tas itu di bahu kirinya.
Mereka lalu beranjak pergi dari tempat itu. Tiba di luar ruangan, angin bertiup kembali menyejukkan kulit. Kali ini suasan tempat mereka mulai ramai. Sepertinya sudah banyak orang yang mulai beraktivitas.
Froun menatap arloji di pergelangan tangannya, lalu menatap Ayu di sampingnya. "Sebentar lagi kelas akan dimulai. Ayo ke kafetaria untuk sarapan."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top