Dua Orang Lainnya Di Kelas Sebelah

Selama kelas pertamanya, Ayu berusaha menyimak dan memahami pelajaran. Namun banyak istilah dan hal yang sulit dimengerti oleh Ayu. Meski Claude menyebutkan bahwa mereka tidak akan masuk materi belajar dulu dan hanya memberi gambaran kasar dengan santai, gadis itu masih sangat merasa bahwa ia sedang menjalani proses belajar sungguhan. Hal ini menyebabkan ia tidak dapat memahami dengan baik.

Ayu ingin bertanya pada Liuxing, tetapi teman sebangku nya itu tampak serius menyimak dan mencatat. Hal itu membuat Ayu memutuskan untuk bertanya setelah kelas selesai. Di samping kiri gadis itu, Light tengah mencorat-coret halaman belakang buku tulisnya. Ia banyak menggambar bentuk bintang dan planet. Sesekali lelaki itu mengajak Ayu untuk bicara. Ayu yakin Light juga tidak paham dengan baik sepertinya. Jadi untuk membuat ia tidak merasa terlalu gabut di hari pertama, Ayu memutuskan untuk membalas pertanyaan Light.

Atensi Ayu juga sering tertuju pada Skyler si kucing hitam. Skyler sering melompat ke atas meja murid secara acak. Kucing itu akan menempelkan salah satu telapak kaki depannya ke kepala sang murid dengan kencang da berulang. Sehingga terlihat seperti Skyler sedang memarahi beberapa siswa. Meski  terlihat seperti sebuah teguran, Ayu juga ingin diperlakukan seperti itu oleh Skyler. Ia ingin merasakan telapak kaki kucing itu dikepalanya.

Kucing itu kini menatap ke arahnya. Ayu melambai pada Skyler dengan senyum ramah. Setelah beberapa saat bertatapan, Skyler beranjak dari tempatnya dan melompat ke atas meja Ayu. Gadis itu terhenyak, berpikir mungkin akan diberi pukulan telapak kaki kucing di kepala.

Skyler berpindah ke hadapan Light dan meletakkan dua kali depannya di atas halaman buku yang dicoret-coret oleh Light. Kucing itu lalu memberi pukulan telapak kaki pada jidat Light.

"Jangan berisik di kelas. Dengarkan pelajaran." Kucing itu berbicara.

Ayu terkejut. Tangannya bergerak menutup mulut, mencegah suaranya keluar karena keterkejutan. Rasa kagum dan heran memenuhi diri Ayu. Ia baru saja melihat mulut kucing hitam itu bergerak disertai suara ringan dan cempreng seperti wanita.

Apakah Skyler betina? Apakah Skyler bisa berubah menjadi manusia?

"Hehe, maaf. Aku merasa bosan mendengarkan materi. Aku ingin praktik langsung."

"Ini hari pertamamu, Light Caelan. Jangan merasa bosan dengan ini. Beberapa minggu berikutnya kelasmu akan mendapatkan praktik. Jadi tetap semangat."

"Baik, Sky!" Light tersenyum sambil memberi hormat pada kucing itu.

"Sebaiknya jangan menyingkat namaku."

Tatapan Skyler kembali beralih pada Ayu. Kucing itu kembali ke hadapan si murid baru dan duduk di atas buku tulisnya yang terbuka. Ekornya yang panjang bergerak pelan ke kiri dan ke kanan. Lalu berhenti di belakang tubuhnya.

"Kenapa kau mengelusku tadi?" tanya Skyler pada Ayu.

"Karena... kamu kucing?"

"Memangnya kenapa kalau aku seekor kucing?"

"Karena aku suka kucing."

"Bagaimana dengan hewan lain? Anjing, misalnya. Kau menyukai mereka."

"Ya. Aku juga suka. Mereka sama-sama imut seperti... kucing." Ayu merasa agak aneh membicarakan hal itu dengan kucing langsung.

"Benarkah? Kalau begitu, apa kau juga suka hewan lain? Bukan kucing ataupun anjing. Seperti kelinci, ikan, ular, kadal, atau bahkan cacing?"

"Emm, sebenarnya aku lebih suka binatang berbulu. Aku juga suka reptil. Tapi untuk hewan lainnya, aku hanya suka memperhatikan mereka."

"Aku mengerti. Kau suka banyak hewan rupanya. Aku yakin akan mudah bagimu nanti jika kau membuat kontrak dengan makhluk familian."

Terbesit kebingungan dalam pikiran Ayu. Ia tidak tahu apa itu "familian".
Tapi sepertinya pasti berkaitan dengan menggunakan sihir.

Skyler lalu turun dari meja dan berjalan kembali ke meja guru. Tepat ketika kucing itu duduk di atas meja, lonceng berbunyi. Suara lonceng yang sama dengan yang di dengar Ayu di kafetaria tadi. Froun memberitahunya bahwa itu suara lonceng pergantian jam.

Claude mengenakan kembali jubah hitam miliknya dan mengucap beberapa kata sebagai penutup kelas. Setelah itu, pria itu menggendong Skyler dan beranjak keluar kelas.

Murid-murid di kelas kembali ribut. Terdengar obrolan mereka tentang sulitnya kelas yang akan mereka hadapi nanti. Sebagian juga telah meninggalkan ruangan bersama teman-temannya.

Melihat situasi kelas, Ayu mulai mengemas barang-barangnya di meja. Seingatnya Froun mengatakan padamya bahwa bertemu di kelas kedua hari ini.

"Akhirnya kelas pertama selesai," ucap Light sembari meregangkan tubuhnya.

"Kau tidak mencatat menyimak lagi kan, Caelan?" tanya Liuxing sambil mengemas barang miliknya.

"Abisnya aku bosan dengan materi. Aku aku praktik langsung. Itu lebih seru!"

Liuxing menggeleng dengan raut wajah pasrah. Atensi lelaki itu kemudian beralih pada Ayu.

"Ayu Anjani, apakah ada materi yang tidak kamu pahami? Jangan ragu memberitahuku."

Dipanggil dengan nama lengkap seperti itu membuat Ayu merasa aneh. Jarang sekali ia dipanggil seperti itu seumur hidupnya. Haruskah ia mengoreksi nama panggilan itu?

"Sebenarnya ada banyak yang masih tidak jelas."

"Benarkah? Bagian mana saja?"

Ayu diam sejenak. "Semuanya."

Liuxing mengangguk. "Apa kamu punya kesulitan belajar?"

"Mungkin? Sepertinya begitu."

"Kalau begitu aku akan memberimu catatan materi yang kutulis tadi. Kamu lebih suka kalau aku menjelaskan langsung atau penjelasan teks seperti buku?"

"Dua-duanya oke."

"Oke. Aku akan membantumu di jam istirahat nanti."

"Liuliu baik banget. Bantu aku juga ya nanti." Light ikut dalam pembicaraan.

"Kau bukan tanggung jawabku."

"Cih. Pilih kasih."

Ayu tertawa kecil menyaksikan perdebatan kecil dua teman barunya.

Teman baru? Pantaskah ia menganggap mereka temannya?

"Ayuyu, ayo ke kelas berikutnya. Harus cepat sebelum Pak Froun datang."

"Lho, kita nggak di kelas ini?"

"Nggaklah. Kita bakal ada kelas gabungan dengan kelas B. Ayo cepat! Ada yang mau ku kenalin ke kamu!"

Ayu segera bangkit dari kursi. Lekas Light meraih tangan Ayu dan Liuxing, kemudian membawa keduanya keluar kelas. Mengabaikan pangilan murid yang masih di ruang kelas.

***

Liuxing meminta Ayu dan Light untuk mengenakan jas laboratorium karena kelas berikutnya adalah kelas ramuan. Untuk mendapatkannya, mereka harus mengambilnya di ruang khusus sterilisasi. Ruangan itu tidak jauh dari laboratorium, jadi mereka bertiga tidak perlu berjalan lebih jauh. Sang ketua kelas juga meminta Ayu untuk mengikat rambutnya selama kelas ramuan. Untung saja gadis itu menjadikan salah satu ikat rambutnya sebagai gelang.

Tiba di laboratorium, Light kembali menyeret Ayu dan Liuxing untuk masuk ke dalam. Liuxing terus memintanya untuk tidak berlari di dalam laboratorium. Setibanya di dalam, Light berhenti dan melayani pada kumpulan murid yang telah tiba lebih dulu.

"Shelly! Ashley!" Sapa Light sembari melambaikan kedua tangannya tinggi-tinggi.

Murid-murid itu mengalihkan perhatian pada mereka bertiga. Terlihat jelas rasa penasaran dan rasa terusik di wajah mereka. Dua di antaranya berjalan menuju mereka. Salah satunya seorang gadis pirang tinggi dan berkacamata dengan kuncir ekor kuda tinggi. Satunya lagi adalah lelaki dengan tinggi dengan rambut merah menyala dan sepasang tanduk.

"Light! Akhirnya datang juga! Kami sudah lama menunggu." Gadis pirang itu balas melambai.

Light dan gadis itu saling memberi tos tinggi. Dilanjutkan dengan tos yang lebih rendah dari laki-laki tadi. Liuxing memberikan lambaian pada kedua orang itu. Ayu semakin yakin mereka adalah orang-orang yang dimaksud Light untuk diperkenalkan padanya.

"Ayuyu, aku perkenalkan dua teman kita yang lainnya. Shelly dan Ashley."

Si gadis pirang mengulurkan tangan pada Ayu. "Aku Michelle Gardner. Salam kenal, Ayuyu."

"Namaku sebenarnya Ayu Anjani."

"Oh, benarkah? Astaga, aku pikir namamu memang Ayuyu."

"Light selalu memberi kita nama panggilan yang aneh. Ingat?" Liuxing memberitahu.

"Itu tidak aneh! Itu namanya panggilan akrab!"

"Aku yakin kau sadar telah membuat namaku terdengar seperti nama perempuan." Laki-laki bertanduk itu ikut berpendapat.

"Tapi masih terdengar keren, kok!"

Setelah menatap pasrah ke arah Light, laki-laki bertanduk itu kemudian ikut mengulurkan tangan pada Ayu. "Nama asliku Ash Satan. Tolong jangan panggil aku Ashley."

Nama belakang laki-laki itu terdengar seram dan keren secara bersamaan. Tanduknya yang besar mencirikan alasan nama belakangnya seperti itu.

"Kudengar kamu mengalami keterlambatan masuk sekolah karena suatu masalah. Bagaimana kesan kelas pertamamu tadi?" Michelle memulai topik.

"Cukup baik."

"Sungguh? Bagaimana dengan gurunya? Apakah menurutmu dia sangat galak?"

"Mungkin."

"Serius? Cuma itu saja?"

Ayu mengangguk.

"Dia mengalami masalah sedikit dalam belajar. Aku janji padanya untuk membantunya belajar istirahat nanti." Liuxing menambahkan.

"Shelly, kamu harus ikut minta diajari oleh Liuliu! Kita semua harus belajar bersama nanti," pinta Light.

Liuxing melempar tatapan tajam pada Light. "Dasar ngotot! Sudah kubilang, kau bukan tanggung jawabku. Belajar sendiri sana!"

"Tenanglah semuanya. Anjani masih sangat baru di antara kita. Jangan membuatnya merasa tidak nyaman denagn perdebatan kalian." Ash menengahi.

"Nggak apa-apa, kok. Aku tidak masalah sama sekali. Jangan pikirkan aku."

"Apa maksudmu 'jangan pikirkan'?" tanya Michelle sambil menunjuk Ayu. "Kita di sini bukan untuk mengusik satu sama lain. Jadi jika kamu merasa terganggu, terus terang saja!"

Light di samping Michelle mengangguk. "Betul! Mulai sekarang, kita akan berteman baik!"

"Sebagai anggota 'kelompok teman baik' ini, aku mengajukan ganti nama panggilan." Ash mengangkat tangan.

"Ditolak!"

"Sialan."

Ayu refleks menahan tawa kecilnya. Ia tidak tahu mengapa ia bisa tertawa untuk hal yang tidak begitu lucu. Tapi ia akui merasa sangat senang ikut dalam perbincangan mereka.

Apakah mereka sudah bisa ia sebut sebagai teman? Rasanya masih sangat awal dan terburu-buru untuknya. Terlalu cepat baginya untuk mendapatkannya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top