#8 [NMAX]

Tumben sekali Charlie cepat pulang ke rumah dari tempat kerjanya. Biasanya pria paruh bayah itu akan pulang tengah malam, dan beralasan kepada Chica ada meeting bersama kolega baru nya.

Ternyata kepulangan dia yang tidak biasa itu membawa sebuah keanehan yang sepertinya terjadi saat Gilang di Sekolah.

Tampak jelas bagaimana Alif buru-buru turun dari pangkuan Gilang dan lari ke ruang tengah, membawa mainan Lego yang setengah jadi itu.

Anak kecil itu seperti ketakutan melihat Ayahnya sendiri.

Gilang mendengus kesal lalu beranjak dari dapur, berjalan begitu saja melewati Charlie yang ingin mengatakan sesuatu.

"Kalau Ayah mau bahas yang semalam, uang nya bakal aku ganti. Tapi nanti, kalau aku udah jadi pengusaha muda." Kakinya melangkah menaiki anak tangga menuju kamar nya yang di lantai 2, di susul langkah kecil Alif dan mendahuluinya duluan.

Charlie mengusap kasar wajahnya. Merasa seperti gagal menjadi orang tua yang tegas, sehingga membuat anak tertuanya tidak ada rasa hormat lagi.

Benda pipih yang tersimpan di saku kemeja berbahan satin yang dia gunakan itu bergetar dua kali pertanda ada panggilan masuk. Charlie mengambil dan mengangkat setelah tahu siapa yang menelfon.

"Mas, kamu dimana? Cepet kesini dong."

Charlie tersenyum dan segera mematikan panggilan suara itu, beriringan dengan suara pintu terbuka, dan ada Chica yang baru masuk dengan dua kantong kresek yang dijinjingnya.

"Mas?"

***

Gilang menjalankan pelan motor sport nya ke arah lahan parkiran khusus siswa dengan damai. Hari ini cowok itu bebas dari cecaran Bu Emi yang setiap pagi akan selalu di depan pagar Sekolah untuk memantau.

Setelah Gilang memparkirkan motornya itu, disusul langsung oleh Ovid, teman sekelas Gilang yang dikenal suka menggodai cewek kelas manapun yang dia jumpa, bukan hanya cewek kelas, kadang guru yang sudah berumur pun dia tidak segan mengeluarkan bualan kata romantis untuk terbebas dari situasi tertentu.

"Aduh, gila, sakit banget jambang gue ditarik sama buk Emi!" protes Ovid sembari mengelus jambang telinga nya yang sudah merah. "Sengaja banget padahal gue buat gombal dia, biar dia seneng, seneng trus gue bebas dari cecaran dia." ungkap Ovid pada Gilang, tanpa di tanya kenapa.

"Ya lo udah jelas tau dia gak suka di gombal." Kata Gilang setelah meletakkan helmnya di stank motor, dan jalan duluan meninggalkan Ovid yang berkaca di spion motor.

"Tunggu napa lang!" teriak Ovid.

Gilang berjalan pelan memasukki koridor sekolah yang sudah dipenuhi siswa di depan kelasnya masing-masing.

"Emangnya lo gombalin dia, apa?" tanya Gilang setelah Ovid tepat berada di sampingnya. Lalu berjalan bersama ke arah kelasnya.

"Hm... Tadi gue bilang kek gini," Ovid terdiam sejenak. "Buk, ibuk tau nggak persamaan ibuk sama motor NMAX?" sambungnya setelah dia ingat.

"Trus lo jawab?"

"Sama-sama besar."

Gilang yang mendengar spontan menjitak kepala Ovid, cukup keras karena setelah itu Ovid meringis kesakitan.

Udah jambangnya ditarik Buk Emi, di tambah Gilang menjitaknya juga.

"Kenapa sih! Sakit tau, Lang!" Ovid mengadu kesakitan.

"Pikir aja kenapa, Vid."

"Makanya gue tanya kenapa! Karena gue nggak tau! Kan emang bener sama-sama besar, kan?" tuntut Ovid tidak terima.

Gilang melirik ke arah Ovid dengan wajah aneh. "Besar apanya nih?"

Maksud si Gilang pasti lain, nih."Ya badannya lah! Maksud lo apa emang, hah!"

Gilang merapatkan bibirnya lalu angguk-angguk seolah paham.

"Kirain kan, yang itu, tu."

Nahkan! "Nggak usah aneh-aneh deh Lang, gue aduin Bapak lo nih Lang. Nggak gue sensor, Lang. Bener."

***

Note : Sorry to late update.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top