#3 [Baru Masuk]
Awal melihatmu seperti senja di pagi hari. Sebentar, namun ketagihan.
GH
🌹🌹🌹
Tidak banyak orang yang langsung menerima lingkungan baru dengan mudah.
Ada beberapa yang memilih untuk berlaku diam pada hari pertama sekolahnya, ada yang terbuka langsung berteman dengan yang lain.
Kadang saling bertegur sapa bisa menjalin pertemanan dengan mudah.
Tapi tidak dengan cowok yang satu ini. Wajah yang datar dan rambut yang tampak seperti uban malah mengisi hari pertamanya dengan sebuah masalah.
"Mana attribute sekolah kamu?" Tanya seorang guru dengan kacamata yang sedikit merosot kebawah, Bu Emi.
"Tadi saya mau bawa, eh ketinggalan Bu." Jawab Gilang santai.
"Nggak ada jawaban selain ketinggalan bang? Kamu kan tau kalau hari senin selalu upacara!"
"Ini apalagi pakai jaket. Cuaca nggak dingin juga." Bu Emi menarik-narik lengan jaket Gilang yang berwarna abu-abu itu. Membuat tubuh Gilang jadi ikut ketarik.
"Kan udah tau kalau ke sekolah nggak boleh pakai cincin, kecuali kalau kamu udah nikah!" Bu Emi ingin melepaskan cincin dari jemari Gilang, namun tertahan oleh tangan besar miliknya.
"Eh-eh jangan bu, ini cincin kesukaan saya..." Susah payah Gilang menahannya agar tak terlepas, tapi percuma saja. Cincin itu berhasil Bu Emi dapatkan.
Gilang malu. Percuma badan besar tapi menahan ini aja masih, kalah.
"Apa?!" Bentak Bu Emi saat melihat tangan Gilang yang diam-diam ingin merebut kembali.
Hanya cincin. Bukan sesuatu barang yang haram saja sudah seperti ini. Gilang menghembuskan nafas dari bibirnya.
Belum lama Gilang di biarkan membisu. Bu Emi kembali mengomentari rambutnya yang seperti ubanan itu.
"Memang murid badungan! Baru pagi kamu udah buat kolesterol saya naik! Nggak ada acara ngecat rambut kaya ubanan gini, Gilang Hardika!" Bentak Bu Emi hingga membuat beberapa murid dan guru yang hilir mudik di sekitar mereka berhenti untuk menyaksikan sebelum memulai upacara.
Gilang menampilkan deretan gigi putihnya sebelum sesaat menjawab. "Bu. Ini bukan uban, yaelah, saya masih muda kali. Ini tuh keturunan dari bapak ke bapak bapak ke bapak saya." Gilang menjelaskan dengan satu tarikan nafas.
Dan keadaan kembali seperti semula, yang tadinya menyaksikan merasa kecewa karna sia-sia saja menonton. Seperti berharap ada suatu adegan yang memilukan.
"Besok, saya gak mau lagi lihat rambut ubanan kamu, dengar?" Perintah Bu Emi dengan berkacak pinggang.
"Ya semoga aja saya dengar Bu,"
"Jawab aja terus! Nanti selesai upacara, temui sa-"
Ucapan Bu Emi terhenti dengan mata melotot tak percaya. Di depannya, Gilang, sudah berjongkok dengan kedua lutut mendarat mulus di bebatuan tempat dia berpijak.
"Ma-af, aduh, nggak sengaja. Lagi buru-buru soalnya." Dalih seseorang dari belakang Gilang.
"Bisa santai nggak lo?!" Jawab Gilang dari bawah.
Kepalanya menyamping ingin melihat, tapi Bu Emi lebih dulu memukul kepala Gilang dengan tas brendid nya.
"Kamu kenapa? Cepat sana masuk barisan. Lima menit lagi upacara mau di mulai,"
Perempuan itu menetralkan nafasnya sebentar yang menderu. "Iya Bu."
Gilang hanya dapat melihat dan mendengar suara yang barusan menabraknya dan berakhir dengan tak mengenakan.
Setelah Bu Emi melapaskan tas nya. Gilang spontan berdiri tegap, gerakan yang cukup mendadak karena membuat Bu Emi agak kaget. "Ibu kenapa sih?" Lalu ia mencebikkan bibirnya.
"Udah, ingat omongan saya tadi, temui saya di Ruang Guru."
Gilang mendengar. Tapi pandangannya fokus kepada perempuan berambut panjang yang dia tak tau siapa, yang jelas menabraknya tadi.
Tak ada yang bisa lepas dari tangan Gilang, bila dia sudah mencari masalah lebih dulu.
Dan mata Gilang melotot tidak suka dengan kerutan dikening ketika perempuan itu menghilang di tutupi dengan wajah menyebalkan Bu Emi.
"Kamu dengar apa nggak, Gilang?" Suara Bu Emi rendah, namun menyebalkan untuk di dengar.
"Dengar."
"Coba ulangi, apa?"
"Saya boleh pulang kerumah hari ini." Gilang membalikkan badannya ke belakang, mengambil ransel nya yang tergeletak di batu, lalu melangkahkan kakinya panjang dengan satu tangan ke dalam saku, meninggalkan Bu Emi yang hampir saja meninju palang Parkir Sekolah jika saja tak di tahan oleh Pak Bowo, satpam Sekolah.
🌹🌹🌹
Akhirnya bisa ngenext!!!! 😂
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top