Semai (II)

Paruh pertama cerita mengacu pada manga Blue Lock chapter 240-243




Mungkin akhirnya tak jadi satu

Namun bersorai pernah bertemu

Nadin Amizah, "Sorai"






How does it feel to be the clown of my story?

Mau berapa kali pun Kaiser ingin lupa, kalimat itu terus berputar bagai kaset rusak.

Oh, Isagi. Kau tanya bagaimana rasanya? Bocah kemarin sore itu tak tahu sudah berapa kali Kaiser melakukannya sejak ia muda. Sejak ia dipandang sebelah mata karena asal usulnya. Hingga sempat terlintas dalam pikiran bahwa sesungguhnya manusia itu adalah badut Tuhan.

Kaiser menelan ludah. Tenggorokannya tiba-tiba saja kering.

Kemari, biar ia bukakan kembali lembar kehidupannya. Ketika tinta hitam menorehkan bagaimana remuk redamnya ia di bawah gilasan tatap mata tajam dan hinaan.

Masa ketika ia pun enggan menatap pantulan diri di depan kaca yang tingginya sebadan. Kaca itu bahkan masih ada di tempat yang sama sampai detik ini. Di pojok kanan kamar.

Dan tak ada seorangpun yang tahu berapa kali Kaiser ingin menghancurkannya hingga berkeping-keping.

...

Nothing is impossible.

Bak didikte, Kaiser menuliskannya tebal-tebal dalam ingatan.

Kaiser cuma tidak menyangka kalau ia harus menebalkannya kembali kali ini. Atau mungkin ia perlu mengukirnya dalam-dalam, sampai tembus belakang kepala.

Benar. Berdirinya ia di hadapan cermin pagi ini untuk kembali mengingatkan diri bahwa ia adalah Michael Kaiser.

Kaisar pilihan Tuhan.

Ego itu ia telan mentah-mentah lalu ia muntahkan. Sebelum ia gerus sampai halus. Layaknya para penghuni subordo ruminansia.

This is me.

...

Entah kenapa, selain dari jadwal maintenance. Akhir-akhir ini y/n sering diutus ke stratum Jerman.

Sejenak y/n pandangi kamera pengawas di langit-langit dekat pintu masuk. Sebenarnya apa yang Ego Jinpachi sekarang ini rencanakan?

Detik demi detik di lorong monokromatik ia habiskan sembari bergelut dengan hal-hal yang berlalu-lalang dalam pikiran. Apakah nanti ia akan berpapasan dengan Michael Kaiser seperti sebelum-sebelumnya juga? Cerita apa yang akan ia bagi kali ini?

Sudahkah y/n bercerita perihal hampir tertabraknya ia ketika tiba-tiba pintu mobil seseorang yang terparkir di pinggir jalan terbuka, manakala ia berkendara dengan sepeda motor di sekitar rumah neneknya?

Atau kucing adiknya yang beranak empat dan mati seekor tiga hari lalu?

Oh, oh ... atau Kaiser yang menjanjikannya cerita tentang toko roti paling enak yang pernah ditemuinya di Jerman?–topik ini tiba-tiba dibahas ketika y/n tak sengaja bilang kalau ia suka penganan yang terbuat dari tepung dan ragi itu.

Nanti kalau kau mampir kubelikan satu. Begitu kata Kaiser dulu.

y/n tertawa kecil. Sepertinya ia perlu menanyakannya lagi pada sang pemuda.

Y/n berhenti sejenak di tengah jalan. Huh? Apa ini?

Apakah ia diam-diam–baik sadar maupun tidak, mengharapkan kehadiran sang pemuda Jerman?

"Kenapa bengong? Perasaan tadi habis ketawa-ketiwi ga jelas."

Mata y/n terbuka lebar, Kaiser berdiri di dekat persimpangan lorong yang jauhnya tak sampai tujuh kaki sembari menyeringai.

Hah? Jadi sedari tadi Kaiser melihatnya di sini?

Sialan, y/n malu sekali kali ini.

...

Kehadiran seorang perempuan di tengah kepungan manusia berbatang tak ubahnya seperti angin segar dari pegunungan. Dan Kaiser akui bahwa itu memang benar adanya.

Selepas mengorek informasi mengenai jadwal maintenance dari salah satu staff. Kaiser selalu menyempatkan diri di sela kesibukannya guna menemui sang perempuan. Walau kedengarannya seperti berjudi. Karena Kaiser hanya bisa menemuinya ketika berpapasan saja–ralat, sengaja ia buat berpapasan.

Terkadang y/n selesai lebih awal dari jadwal. Dan kalau mampir ke ruangan master striker, perempuan itu bisa lebih lama selesainya–jangan berpikir yang macam-macam, ruangan master striker punya banyak perangkat komputer.

Kaiser tak perduli bila sang perempuan datang dengan staff lain atau tidak. Lagipula, mereka akan undur diri lebih dulu begitu bincang singkat ia dan y/n dimulai. Kaiser mendengus geli, mereka tahu tempat rupanya.

Atau barangkali memang strategi dari pencomblangan mereka.

Kaiser tertawa lepas manakala sesi latihan pagi usai. Yang lantas mengundang tanya dari berbagai pasang mata.

"Kai, masih waras?"

Kaiser tersenyum lebar.

"Sepuluh miliar persen waras!"

...

Di babak kedua melawan tim Italia ini, Michael Kaiser kembali dipecundangi oleh Isagi Yoichi.

Gatal, mawar biru di lehernya luar biasa gatal. Gatal akan segala ketidakmungkinan yang tak berhasil ia realisasikan. Kaiser ingin menggaruknya sampai berubah merah. Berdarah-darah.

"Kaiser, kau berhasil!"

Kaiser melemparkan pandang pada Ness yang kelewat girang.

Persetan, Ness. Persetan.

Persetan dengan apa yang La Real tawarkan. Apa yang Kaiser mau sekarang ini adalah menghancurkan Isagi Yoichi. Hukum mati si pencuri. Lalu rebut tahtanya kembali.

Lagipula, bagaimana Noel Noa bisa ia lampaui, kalau ia saja dipecundangi Isagi Yoichi.

Kaiser mengepalkan tangan hingga buku-buku jarinya memutih. Lalu ia bergegas meninggalkan lapangan, tak peduli dengan rekan-rekan setimnya yang tengah hanyut dalam perayaan. Apanya yang dirayakan? Kekalahannya? Kaiser yang telah dikalahkan?

....

Tahukah kau sebab apa tato mawarnya terasa gatal? Kemustahilan. Termasuk melampaui Noel Noa di dalamnya.

Apa yang kau butuhkan untuk melawan kemustahilan? Keajaiban.

Namun kini tiada keajaiban yang bisa Kaiser ciptakan.

Tapi benarkah begitu? Benarkah?

O, Kaisar pilihan Tuhan. Benarkah begitu?

Monolog itu bergema dalam kepala. Merenggut senyap yang telah susah payah ia upayakan. Untuk sejenak Kaiser tak ingin memikirkan apa-apa. Tapi ia tak bisa.

Berisik.

Berisik.

BERISIK

Bola ia tendang keras-keras bersamaan dengan rahangnya yang mengeras. Kaiser menggeram, hatinya kini merentan.

Amarah terkumpul di puncak kepala. Kaiser ingin meledak. Meledak dan menghancurkan apa-apa dengan gelombang ledaknya.

Kaiser ingin berteriak sekencang yang ia bisa, namun alih-alih demikian, Kaiser malah bungkam seribu bahasa. Napasnya kembali berat, lalu gertakan gigilah yang ia perbuat.

Kaiser tak ingin dilihat oleh siapapun saat ini. Tidak kala kondisinya begini.

"Kaiser?"

Cepat ia gulirkan netra birunya pada panggilan pelan sang perempuan.

Apa yang y/n lakukan di sini, di lapangan yang ia telah yakini bahwa tak kan ada seorangpun datang kemari? Tersesatkah (lagi) ia?

Kaiser ingin mereda dengan segera. Tapi gurat khawatir di air muka y/n membuatnya kembali murka.

Kaiser tak suka dikhawatirkan. Tapi ia juga tak menampik hangat kala seseorang perduli padanya. Bukan karena ia superstar. Tapi karena ia cuma seorang Michael Kaiser. Manusia yang bisa diremuk redam oleh gelisah.

Kaiser melangkahkan kaki lebar-lebar.

"Jangan bilang siapa-siapa"

"Aku tak akan bilang pada siapa-siapa."

Bisakah ia percayakan rahasia ini pada sang perempuan? Bisakah? Kesungguhan di dua bola mata y/n adalah jawaban yang Kaiser minta.

...

Gema dari bentur bola dan muka dinding berkali-kali lantas membuat y/n berhenti melangkahkan kaki. Di tengah lapangan sana ada sesosok pemuda yang diliputi murka. Membabi buta menendang bola.

Apa yang terjadi dengan pemuda itu? y/n belum sempat melihat pertandingan hari ini, jadi ia tak tahu-menahu tentang kejadian yang baru saja berlalu.

y/n terpekur sejenak, memikirkan apa-apa yang tengah membakar sang pemuda. Isagi Yoichi kah penyebabnya?–Ia tahu dua orang itu memang tak akur.

Selangkah maju ia ambil, namun ia mundur kembali. y/n gamang.

Akan jadi air atau minyak bila ia melangkah lebih jauh nanti? Mungkin seharusnya ia tak datang kemari, dan membiarkan sang pemuda mereda dengan sendiri.

Setidaknya itu yang ia pikirkan sesaat sebelum mulutnya memanggil nama sang pemuda tanpa persetujuan darinya.

"Kaiser?"

Mulut sialan.

Barangkali isi kepala y/n saat ini cuma ada Kaiser, Kaiser, dan Kaiser.

...

Mati. Kaiser harus mati untuk bisa terlahir kembali.

Malam itu, pekik khawatir yang dikumandangkan oleh Ness tak sedikitpun ia gubris. Kaiser sibuk mengeratkan cengkeraman pada lehernya sendiri. Pada tempat dimana mawar birunya terasa gatal.

Sungguh, Kaiser ingin tertawa terbahak. Nyalang ia memandang pada lantai tak bercela di depan mata.

Akhirnya. Ada jalan keluar dari kepung gelisah yang ia rasakan.

Haha. Nothing is impossible.

Kaiser menyeringai lebar, sudah berapa lama ia tak berdiri di muka cermin sembari menggumamkan kalimat itu dalam kepala? Kalimat yang ia rapalkan layaknya mantra di tiap awal hari.

Kaiser menggali ingatan akan kejadian beberapa jam yang lalu. Ketika seorang perempuan menatapnya tepat di mata dan berjanji tak akan bilang kepada siapa-siapa.

Kaiser melihat pantulan dirinya di kedua bola mata itu. Bagai disihir, cercaan yang keluar dari mulut Isagi berganti dengan apa yang selalu ia tanamkan dalam pikiran.

Nothing is impossible.

Oh, Ness. Sungguh, kau tak perlu khawatir. Ia baik-baik saja.

Tidak. Mungkin hanya sedikit gila.

"Ness, saatnya membalikkan keadaan."

....

Adalah hari yang tak jauh berbeda dari hari-hari sebelumnya, namun kali ini Kaiser memilih tak banyak bicara pada pertemuan singkat mereka.

Kaiser lebih suka memandangi rupa ayunya. Pada bagaimana kedua alis sang perempuan terangkat, dan bola matanya berbinar ketika bicara tentang apa-apa yang sekiranya lucu untuk ditertawakan.

Atau kerut di dahi dan pangkal hidung. Dan sorot mata sarat akan dendam ketika bicara tentang kelakuan Ego Jinpachi yang menjengkelkan.

Kaiser terkekeh.

"Bener, 'kan?"

Kaiser mengangguk sekadarnya, "iya, iya."

Garis wajah lembut sang perempuan ditatapnya lamat-lamat. Seakan hari itu adalah akhir dari semua pertemuan-pertemuan mereka yang singkat. Dan tak akan ada lagi janji temu di hari-hari berikutnya. Tapi tunggu, memangnya sejak kapan mereka pernah bertukar janji? Barangkali cuman Kaiser yang berucap dalam hati.

Akan kutemuinya lagi nanti, esok, tiga hari lagi, mau pun seminggunya lagi

" ... Kai, Kaiser?"

Kaiser tersentak dari lamunan. "Oh, Kenapa?"

"Giliranmu, katanya mau cerita soal toko roti paling enak. Dari kemarin-kemarin lupa terus."

Ah, Kaiser tak berkutik. Ia benar-benar tak ingat.

Kali terakhir mereka bertemu, Kaiser tengah sibuk mengamuk. Lalu sisa waktu yang ada mereka habiskan tanpa banyak bicara.

"Ditagih, nih, ceritanya?"

"Iya, dong. Mana mungkin aku lupa." Jawab y/n spontan.

Kaiser mendengus geli, lalu mulai mengingat-ingat lagi kenangan tentang toko roti.

Kapanpun sang perempuan mampir ke stratum Jerman. Atau barangkali Kaiser bisa menemuinya lebih dulu pada jeda waktu antara dua pertandingan.

...

Masuk lubang, keluar lubang. Apanya? Benang poliesternya.

Kali ini Kaiser tengah belajar merenda. y/n pernah bilang kalau perempuan itu bisa merajut juga merenda. 

Karena memang dasarnya Kaiser itu orang yang menyebalkan. Lantas Kaiser mengeklaimnya sebagai hoaks seraya menyeringai lebar, kemudian menuntut bukti konkret atas ucapan sang gadis. Seolah meminta kredensial y/n dalam hal merajut. 

Padahal kan cuma cerita tentang hobi, kenapa malah seperti melamar pekerjaan?

Y/n memutar otak, kemudian sebuah ide tebersit di kepala sang perempuan.

Kaiser menggeram. Benangnya tidak keluar masuk dengan mulus. Yang ada malah ... keluar, masuk, mbundhet. Kaiser menghela napas, setidaknya merenda tatakan gelas lebih mudah dibanding merenda asa. Haha.

"Seharusnya kemarin pilih knitting aja." Celetuk Kaiser seraya mengingat-ingat tawaran yang dilayangkan y/n kemarin. Knitting atau crochet?

Dan Kaiser memilih crochet. Alasannya sederhana, kata crochet sedikit mengingatkannya pada croquettes. Ah, Kaiser jadi lapar.

Y/n mendengus geli. "Haha, salahmu kalau begitu."

y/n melirik sejenak pada hasil karya Kaiser–yang setengah jadi belum ada, kemudian meletakkan perkakas crochet-nya. "Kaiser, bukan begitu."

Kaiser memiringkan kepala. "Terus yang bener gimana?"

Sang gadis menggeser tubuhnya lebih dekat. "Gini ... " ucapnya seraya mengurai belitan dan memasukkan benangnya kembali.

"Owala, bilang dong."

"Udah kubilangin daritadi lho, ya. Udah kucontohin tiga kali juga, loh."

Kaiser memutar bola mata.

Sumpah. Tolong ingatkan kenapa y/n mau mengorbankan hari liburnya hanya untuk mengajari si badut–ralat, pemuda Jerman merenda.

"Habis ini jangan lupa kasih komisi."

"Lah, kirain gratis. Yaudah deh, iya. Nanti kuajak jalan-jalan sekitaran Blue Lock. Bilang aja mau beli apa."

"Beli rumah?" gurau y/n.

Kaiser mendelik, "ga gitu juga kali."

y/n terkekeh. "Memang kau tau jalannya?"

"Kan ada kau!" seringai Kaiser.

Sudut pelipis y/n berkedut. "Berarti komisinya dobel."

"Ngga, ga bisa. Kecuali kalau rajutin aku syal." Sahutnya cepat.

1-1

Wajah y/n langsung tertekuk. Kaiser terbahak, sekarang mereka seimbang.

...

"Menurutmu, siapa yang lebih hebat? Aku atau Isagi Yoichi?"

Kaiser memalingkan muka pada y/n yang tengah sibuk memandang tanah lapang.

"Hmm, kenapa kau tanya begitu? Tiba-tiba sekali."

"Penasaran."

Pertanyaan itu semata-mata Kaiser layangkan sebagai pembuka bincang singkat mereka. Kaiser ingin tahu siapa yang paling hebat di mata y/n. Sosok mana yang paling membekas pada diri sang perempuan.

"Kalau kubilang itu kau, bagaimana?"

Kaiser tahu itu. Kaiser tahu betul kalau jawaban itu yang akan muncul. Tapi kendati demikian, ketika mata mereka bertukar kerling. Ketika Kaiser melihat cerminan dirinya lagi di dalam sana.

Kaiser merasa dijatuhkan dari ketinggian dan mendarat perlahan di lautan bulu. Ada gelitik tepat di dada dan Kaiser kehilangan kata-kata.

"Oh, haha. Begitu ya ... "

"Malah ketawa."

Kaiser membalasnya dengan segaris senyuman.

"Tawa itu kan tanda bahagia."

"Ngga juga." Sangkal y/n.

"Iyain aja kenapa, sih?"

...

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan.

Setiap yang datang pasti akan pergi.

Kalau memang takdir sudah digariskan

Mari bertemu kembali.

...

Katanya, perpisahan telah tiba.

"Besok, masa magangku di sini sudah habis."

"Jadi, hari ini hari terakhirmu?"

"Iya."

Kaiser sejenak tertegun. Mencerna apa-apa yang diberitahukan padanya sedetik yang lalu.

"Ini untukmu. Tolong diterima, ya?"

Kaiser menjatuhkan pandangan pada gelang tenun yang terikat longgar di pergelangan tangan sang gadis, sebelum beralih pada paper bag yang disodorkan padanya.

Ada syal di dalamnya, dirajut dengan benang biru. Sewarna dengan netra milik Kaiser.

Wanginya sama seperti wangi yang Kaiser cium kala ia memungut sehelai benang yang tersangkut di rambut y/n dulu.

Kaiser mengeluarkannya dari paper bag. Meraba ujungnya sebentar, lalu tersenyum ketika sang lawan bicara harap-harap cemas menatapnya. Apa kau menyukainya? Begitulah yang Kaiser tangkap.

"Bisakah kau ... memakaikannya padaku?"

...

Esok harinya, pagi-pagi sekali. Ada gelang yang teronggok dekat tembok lorong.

Kaiser tahu betul siapa sang pemilik gelang. Gelang itu biasanya melingkar manis di pergelangan tangan sosok yang kemarin telah pamit.

Kaiser mengusap pelan permukaannya sembari mengira-ngira apakah gelang ini terjatuh sebab ikatannya yang kurang kencang? Barangkali memang begitu.

Kaiser melilitkannya di pergelangan tangan kiri miliknya. Ia menghela napas lalu berbalik, hengkang dari tempat yang menjadi saksi bisu pertemuan keduanya.

...

Perempuan itu pasti tahu setidaknya satu akun SNS-nya, 'kan? Profilnya mentereng di sosial media, mudah dicari pula. Kaiser berharap ia masih bisa berhubungan lewat dunia maya.

Kaiser menunggu dan menunggu. Bukan berarti ia tak berusaha mencari tahu juga. Kaiser sudah melakukannya, dan ia tak menemukan apa-apa.

Sekali lagi, Kaiser tak menemukan apa-apa. Tak ada rekam jejak, seolah presensinya di muka bumi menguap dan hilang. Ada apakah gerangan?

Lagi. Kaiser kembali menunggu dan menunggu.








Pada akhirmya,

Kaiser lelah menunggu.

Dunia terus berputar, Kaiser tak ingin terus jalan di tempat. Biarlah sosoknya jadi kenangan yang Kaiser simpan rapi di sudut memori.





Sang pemuda Jerman tengah memetik rawan, sebab singgahnya sang perempuan hanya sebentar.







Catatan:

- Monokromatik : Terdiri dari satu warna.

- SNS : Social Networking Service (Layanan Jejaring Sosial). Contoh : Facebook, Instagram, YouTube, DeviantArt, Reddit, Wattpad, dll.

- KnittingMerajut (knitting) adalah teknik mengubah benang rajut menjadi kain, busana, popok, atau benda-benda bernilai pakai lainnya.

- CrochetCrochet (merenda) adalah seni mengait benang dengan menggunakan jarum kait. Salah satu perbedaan crochet dan knitting yakni: crochet pakek satu jarum, sedangkan knitting dua

- Mbundhet : Kusut. Kusut di kbbi artinya ada tiga, disini yang dipake adalah kusut = tersimpul jalin-menjalin tidak keruan hingga sukar diuraikan (rambut, benang, dsb.)

- Croquettes : Kroket

Kaiser ... ada satu lagi lagu yang cocok buatmu di chapter ini. Teruntuk para pembaca, silakan diputar. Jangan lupa aktifin subtitle.

https://youtu.be/b3LJlZBWI8w


Next >>>

Riap : Reuni.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top