Semai (I)
y/n itu cuma mahasiswi magang divisi IT Support di fasilitas gagasan Ego Jinpachi.
Tambahan, ia juga sepupu dari Anri Teieri. Jadi, yah...benar sekali, kawan.
Kekuatan orang dalam.
Kekuatan orang dalam.
Relasi dan koneksi itu penting sekali untuk kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan. Tapi, ya jangan lupa modal skill. Harus top-notch. Jempolanlah.
"y/n-san!"
y/n menoleh.
Kepala divisi rupanya.
...
"Anri absen hari ini, aku ingin kau jadi penggantinya sehari saja, bisa?"
MANA BISA?!
Pria dengan potongan rambut mangkuk terbalik itu duduk di kursinya sembari menyilangkan kaki. Tatap matanya mengintimidasi kendati nada bicaranya biasa-biasa saja.
Waduh. Mak deg, mak tratap.
Duh gusti nu agung, cobaan apalagi ini. Menggantikan tugas sepupunya sama sekali bukan tupoksi dari posisi yang ia emban.
"Tugasmu tidak ada kaitannya dengan bola, aku cuma mau memintamu bersih-bersih ruangan saja."
Yang bener?
"Oh, iya. Tolong belikan makanan juga."
Astaga, apakah ini yang dilakukan sepupunya setiap hari? Manajer berkedok asisten rumah tangga?
...
Bau tanah basah menyambutnya begitu y/n tiba di rumah.
Bukan, bukan karena hujan. Ibunya habis menyiram tanaman. Jadi bukan adegan melankolis seperti yang kalian bayangkan.
"Tadaima."
"Okaeri." Balas ibunya.
Sehabis membersihkan badan, y/n rebah di atas ranjang. Lalu satu embusan napas lelah lolos. Niat awalnya ingin menyicil laporan, tapi untuk sekadar membuka laptop pun ia enggan.
Gawai ia raih dari atas nakas, bersebelahan dengan ID Card yang lupa ia gantung. Setengah jam kemudian ia terbuai oleh ingar bingar dunia maya.
Gulir ke atas, gulir ke bawah.
Video-video pendek muncul silih berganti, tak ada habisnya bagaikan gerbong kereta tanpa ujung. Cukup. Cukup sampai di situ. Jemarinya menekan tombol keluar di detik ketiga puluh video pendek yang tengah ia putar.
Dirinya sudah berjanji untuk membatasi konsumsi video-video pendek yang kini membuatnya gampang terdistraksi. Lengkap dengan efek tidak sabaran dan ingin apa-apa serba instan.
Empat puluh menit. Batinnya ketika jarum jam bergeser dari menit ketujuh ke menit kedelapan. Empat puluh menit sudah waktu yang ia habiskan.
y/n beralih ke video yang lebih panjang. Durasinya satu setengah jam lebih sekian. Kontennnya tentang pertandingan sepak bola.
Ia mendengus, sejam belum ada selepas ia berbincang perihal sepak bola dengan sohibnya di aplikasi tukar pesan tadi. Algoritmanya akurat sekali, dan jujur saja agak menyeramkan.
Tombol putar ia tekan, pemain dengan potongan mulet–rambut pirang dan aksen biru di ujung, muncul lima menit kemudian.
...
Kalau saat ini y/n andaikan. Berdasarkan dari apa yang ia lihat dan ia amati dalam waktu yang singkat ini. Jenius dari Jerman dan juga pahlawan Jepang itu bagaikan Ares dan Athena.
Tentu saja kau bisa tebak siapa Aresnya. Si congkak Michael Kaiser. Lalu untuk Athena? Isagi si pemikir-atau si overthinking?. Ah sudahlah, yang manapun sama saja. Mau bukti? Lihat saja pemuda itu di waktu senggangnya. Melamun terus.
Dan kalaupun diadu, ataupun unjuk kebolehan. Athena selalu menang, itulah sebabnya julukan si ahli perang jatuh padanya dan bukan Ares. Sama halnya dengan Isagi Yoichi.
How does it feel to be the clown of my story?
Kalimat legend dari Isagi. Ucap y/n dalam hati.
Tau tidak, sih, mereka. Iya, mereka. Dua anggota dari Bajingan München–ralat, Bastard München maksudnya. Ego terbahak dan ia hampir tersedak air liur saat menyaksikan adegan ciamik itu.
Namun bila y/n pikir-pikir lagi, ia menilai terlalu cepat. Ia bahkan tak tahu menahu tentang pemuda Jerman itu. Di lingkungan mana ia tumbuh? Apa saja yang telah pemuda itu lalui untuk bisa berdiri di panggung dunia? Bagaimana polah tingkahnya ketika ia di luar sepak bola?
...
Hampir semua stratum y/n singgahi ketika jadwal maintenance perangkat komputer yang ada di fasilitas ini tiba.
Dan pada saat itu tiba ia akan menjelma menjadi Dora the explorer. Sungguh, ia benar-benar diajak menjelajah setiap sudut gedung fasilitas ini. Tak jarang ia dengar bising dari teriakan dan sorak sorai para pemuda dari balik tembok Blue Lock.
Tak jarang pula ia berpapasan dengan seorang pemain di sepanjang perjalanan menuju ruangan sang master striker. Binar penasaran terbit di tiap bola mata mereka–yang biasanya akan ia balas dengan seulas senyuman dan sedikit tundukan kepala.
Tinggal satu stratum yang belum pernah ia injakkan kaki di dalamnya. Germany stratum.
Erat ia mendekap dokumen yang perlu dibubuhi tanda tangan basah oleh Noel Noa. Coba tebak perintah siapa?
Ya, betul. Ego Jinpanchi orangnya.
Mulanya pria itu menanyakan apakah ia senggang atau tidak. Lalu dengan dalih kalau kakak sepupunya tengah sibuk menangani sesuatu, ia dipanggil (lagi) sebagai pengganti.
Mentang-mentang divisi yang ia tempati dekat dengan ruang kerjanya, ia dipanggil semena-mena. Tapi, ya sudahlah. Hitung-hitung agar tidak bosan.
Sebentar, ia lupa bertanya di mana letak ruangan Noel Noa.
...
"Butuh bantuan?"
Derap langkah dan suara bariton datang dari arah belakang. Langsung diterjemahkan lewat alat yang bertengger di telinga.
Rambut dwiwarna. Potongan mulet.
Siapa lagi kalau bukan Michael Kaiser.
y/n mengutuk dirinya sendiri yang pernah berprasangka buruk terhadap pemuda Jerman itu dulu. Nyatanya di luar lapangan ia tak seburuk yang orang pikirkan.
...
Catatan:
- Tupoksi : akronim dari tugas, pokok, dan fungsi
- Maintenance (komputer) : suatu kegiatan yang ditujukan untuk menangani perawatan dari unit komputer yang dilakukan secara berkala.
Mulai chapter depan dan seterusnya, cerita mungkin akan lebih banyak berfokus pada Kaiser.
Next >>>
Semai (II) : Ledak dan reda, jatuh dan cinta, mulai dan usai.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top