Ch.02 🪐 The Man In Front Of Her.
Semuanya sudah terlanjur dan percuma jika dirutuki. Meskipun, gadis itu berpikir kalau hal seperti ini tidak mungkin terjadi jika saja ia tidak mengantuk selama perjalanan pulang setelah menginap di rumah temannya. Menghadiri pesta pernikahan salah satu rekan kerja dan berujung menginap di rumah teman untuk satu malam, ia dibangunkan di waktu yang menurutnya terlalu pagi. Bangun pagi di waktu libur baginya adalah kesalahan. Ia mengantuk karena pulang dari acara pernikahan itu lewat dari tengah malam.
Namun, gadis itu–Shia–tidak mau merepotkan si teman yang sebentar lagi katanya akan kedatangan tamu pun memilih untuk pulang kala itu juga. Mata bulatnya jadi terlihat sedikit sipit, ada kantung mata dan bulatan hitam karena kurang tidur. Sepanjang perjalanan mengendarai motor matic miliknya, ia tidak fokus memandang jalan di depan. Pandangannya sedikit kabur akibat kantuk yang berat. Ia juga menguap beberapa kali.
Awalnya, Shia mengira bahwa ketika matanya melirik sedikit ke atas langit untuk melihat cuaca, ia berhalusinasi tatkala menangkap sosok seperti manusia jatuh dari langit. Ia pikir efek kantuknya membuat matanya melihat sesuatu yang tidak ada. Akan tetapi, siapa yang menyangka jika sosok itu akan jatuh tepat di depan motornya.
"Sialan!" Mulutnya seketika mengumpat mendapati kepala motor matic yang dikendarainya membentur bagian pinggang sosok itu.
Seorang tak dikenal yang ditabraknya tanpa sengaja itu menggelinding di jalanan sepi. Rasa kantuknya pun menghilang seketika, tergantikan oleh panik yang luar biasa. Shia menghentikan laju kendaraannya, menepi sedikit, lalu kepalanya menoleh ke sekeliling memperhatikan kondisi jalanan yang masih tak ada satu pun pengendara.
Gadis itu menggaruk kepalanya, muncul berbagai macam pikiran negatif kalau saja ada yang menyaksikan maka ia akan dilaporkan. Namun, ia mengenyahkan pikiran itu dan kembali fokus pada seseorang yang kini sudah tergeletak pada jalan beraspal di depannya.
"Moga aja enggak mati," ucapnya lantas bergegas turun dari motor dan menghampiri orang tersebut.
Posisi orang itu menghadap ke samping sehingga Shia hanya bisa melihat punggungnya. Ia menelan ludah kasat, dengan perasaan gugup Shia menepuk bagian pundaknya sembari berjongkok. Tidak ada respon apapun membuat ia semakin berdebar kencang. Orang yang ditabraknya adalah lelaki berambut merah dengan baju putih panjang dan bercelana hitam rapi. Tangan Shia pun tergerak untuk membalik posisi pria asing itu hingga membuatnya telentang.
"Cale!" Shia berseru setelah melihat wajah lelaki yang sedang tak sadarkan diri itu. Sedetik kemudian, gadis itu membungkam mulutnya sendiri. "Astaga, mulutku reflek karena liat cowok cakepnya kayak Cale."
Shia mengingat wajah tokoh utama dari salah satu cerita WEBTOON favoritnya. Tokoh utama bernama Cale Henituse dari keluarga bangsawan yang tampan dan memesona. Wajah pria yang ditabraknya sangat mirip dengan tokoh dalam cerita tersebut. Apalagi, kravat yang terpasang rapi di lehernya pun jelas adalah model pakaian dari bangsawan di cerita itu.
"Aduh, aku kayak orang gila kalau kepikiran tentang Cale terus. Bukan saatnya," gumamnya sembari menarik diri dari lamunan yang menurutnya tidak pantas muncul di kondisi seperti ini.
Merasa harus bertanggung jawab, Shia pun dengan susah payah mengangkat tubuh pria itu. Postur badan pria asing itu berbanding terbalik dengan Shia. Antara besar dan kecil, tinggi dan lebih rendah. Seperti itulah. Namun, Shia dengan kekuatan yang dikumpulkannya berhasil menyeret lelaki itu hingga membonceng di motornya. Agar tidak terjatuh dari motor, Shia menarik kedua tangan lelaki itu agar memeluk di pinggangnya. Lantas, ia juga memegangi tangan si lelaki yang ada di perutnya. Sedang ia sendiri hanya perlu menyetir dengan tangan kanan.
Tiba di rumah sakit, beruntunglah sekuriti membantunya menurunkan lelaki itu dan membawanya hingga masuk ke UGD untuk diperiksa. Lalu, ketika tidak ada sesuatu yang parah, ia dipindahkan ke ruang rawat inap kelas ekonomi untuk menghemat biaya.
Dan, itulah awal pertemuan keduanya hingga membuat Shia harus menemani si lelaki serta menunggunya hingga sadar dari pingsannya. Namun, yang Shia tidak habis pikir adalah lelaki berambut merah itu mengaku-ngaku sebagai Cale idolanya ketika sadar. Shia yang sedang kelelahan dan tidak mau memperdebatkan hal itu hanya menerima meski dalam otaknya berpikir antara Cale Henituse di WEBTOON dan Cale di depannya itu memiliki kemiripan yang sangat besar.
"Kau mau pergi?" Cale bertanya di atas baringannya.
Shia mengangguk. "Aku harus pulang, besok juga ada kerjaan. Jadi aku bakalan balik lagi ke sini jenguk kamu kalau udah pulang kerja. Jangan laporin aku ke polisi pokoknya, ya. Nanti perawat bakalan datang buat minta data diri."
"Apa yang harus aku katakan pada perawat itu?" Cale bertanya. Agak lucu hingga Shia ingin tertawa. Yakin hal seperti itu saja tidak tahu?
"Ya jelas nama, alamat, orang mana, nomor yang bisa dihubungi, sekaligus wali." Shia menjelaskan detail.
"Cale Henituse, anak sulung keluarga count–"
"Perasaan aku nabrak kamu di bagian pinggang dan bukan di kepala. Tapi kok kamu bisa ngehalu terus, ya?" Pertanyaan Shia tak mendapatkan tanggapan apapun. Merasa percakapan sudah tidak dibutuhkan lagi, Shia berpamitan pergi. Pria bernama Cale itu pun hanya bisa terdiam melihat Shia yang sudah melenggang pergi dari kamar rawatnya.
Pagi hari menabrak orang, hingga siang hari pun belum sadar, sore baru terbangun dari pingsan, dan selama waktu itu pula Shia tidak makan. Ditanyai banyak perawat ketika baru tiba di sana untuk mengurus administrasi membuat ia tidak tenang karena tidak mengetahui sedikitpun tentang orang yang ditabraknya. Setidaknya, lelaki itu sudah sadar dan bisa menjawab pertanyaan perawat sendiri nantinya.
"El!" Suara seorang lelaki terdengar dari kejauhan.
Shia menoleh ke sumber suara, mendapati salah satu rekan di tempat kerjanya baru keluar dari minimarket seberang jalan. Shia pun menunggu si teman menyeberang dan membiarkannya mendekat.
"Maneh* ngapain di sini?" Temannya bertanya.
"Aku abis nabrak orang tadi, Kak Ben." Shia menjawab.
"Hah! Kumaha caritana?"* Lelaki bernama Ben itu bertanya dengan raut terkejut.
"Panjang ceritanya. Aku laper, ih. Ceritanya nantian aja." Shia berucap dengan wajah manyun.
"Hayuk makan ka warung." Ben mengajak.
Shia tidak bisa menolak. Ia memang kelaparan dan kebetulan ada warung di sekitar lokasi rumah sakit. Ia pun mengangguk dan pergi bersama Ben menuju ke warung yang dimaksud. Sekaligus, ia juga bisa menceritakan hal yang dialaminya hari ini pada Ben temannya.
.
.
.
Bersambung ~
* Bahasa Sunda :
-Maneh = Kamu.
-Kumaha caritana? = gimana ceritanya?
A/N : Shia di mataku adalah seorang gadis lucu/imut yang kalau bicara luwes tapi keliatan ada sopan-sopannya. Sometimes ia akan berkata 'sialan' dan sebagainya di suatu waktu tertentu.
Jika ada kurang, salah, dan gak pas, boleh banget dikoreksi. Waktuku ∞ untuk memperbaiki. 🙏🏻
Love U,
🌹Resti Queen.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top