☀️Summer☀️

SUMMER
Mio menghela nafas pelan dan menatap kearah luar jendela. Hari ini cuacanya cerah, sangat cerah malah hingga Mio yang tidak pernah melepaskan syalnya pun menyerah dari pada ia terkena Heat stroke.

Sebentar lagi Yumenosaki akan mengadakan event di bulan Juli ini dan Ryuuseitai pun ikut serta dalam event ini. Selagi menunggu sang Senior, Mio membolak-balikkan halaman dari buku yang sedang ia baca.

"Sedang membaca apa, Mio-chan?" Tanya lelaki berambut ikal agak panjang sambil tersenyum manis, Aoba Tsumugi namanya.

Mio tersenyum kikuk,  "a-ah... itu... aku sedang menunggu Morisawa-senpai." Jawab Mio sambil menggaruk pipi nya yang tidak gatal.

"Baiklah, aku ijin per-"

"Anu, Senpai!" Mio menahan Tsumugi, matanya menatap lurus sang lelaki yang berada di depannya ini.

"Masih ada buku lagi?"

Tsumugi terdiam tak lama kemudian ia tertawa, "ya ampun ku kira apa. Kamu mau buku apa? Biar aku yang ambilkan." Tanya Tsumugi itu.

"Sastra? Atau tentang Sejarah juga boleh." Jawab Mio sambil menimang-nimang.

"Wah~ Mio-chan anak rajin ya hehehe~"

BRUUKKK!!

Setumpuk buku Sastra dan sejarah di ambrukkan di depan Mio. Tsumugi mengelus buku-buku itu dan tersenyum.

"Bagaimana dengan ini?" Tanya Tsumugi sambil menjejerkan buku-buku itu di hadapan Mio.

"Terima kasih." Mio mengambil  buku-buku yang ada di hadapannya.

"Syukurlah pilihanku tidak salah, heheh~ selamat membaca ya!" Ujar Tsumugi lalu ia menghilang diantara rak-rak buku.

Yumenosaki... tidak ada hantunya kan? Batin Mio sambil menatap datar.

Angin bertiup pelan, cukup untuk menghilangkan sedikit dari hawa panas di perpustakaan tersebut. Mio membalikkan halaman demi halaman agar mendapatkan inspirasi untuk membuat serangkaian lirik lagu atau mungkin hanya sekedar refrensi untuk cerita-cerita pendeknya.

Pintu perpustakaan dibuka dengan kencang. Saking kagetnya Mio, ia terlonjak dari tempat duduknya dan nyaris jatuh.

"Maaf membuatmu menunggu, Kageyoru!" Sapa manusia yang sudah ditunggu-tunggu oleh Mio.

"Bagaimana hari mu, Morisawa-senpai?" Tanya Mio kepada lelaki berambut Coklat dan memiliki warna mata senada dengan rambutnya itu.

"Baik, juga melelahkan. Haaahh~!" Chiaki langsung menidurkan kepalanya di meja.

"Nikmatnya~"

Mio tertawa kecil melihat tingkah laku seniornya itu. Entah kenapa ada rasa bahagia tersendiri setiap melihat Chiaki tersenyum.

"Bisa kita mulai?" Tanya Mio. Chiaki mengangguk dan mengeluarkan proposal yang ia bawa dan akan ia serahkan ke Tenshouin Eichi nanti.

"Aku baca dulu ya." Mio memakai kacamata merahnya lalu mulai membuka halaman pertama dari proposal itu.

Belum selesai membaca proposal itu, Mio langsung menutup proposalnya. "Senpai, aku ingin bertanya. Pernahkah kau belajar menulis proposal dan menyusunnya agar tidak membuat orang yang membacanya sakit mata?"

Chiaki terdiam lalu tertawa gugup, "emmm itu...."

Mio menghela nafas,  "aku akan membantumu, tenang saja." Mio bangun dari kursinya lalu beranjak mengambil beberapa helai kertas dari tempat penyimpanan yang berada diujung perpustakaan. 

"Apakah dia marah? Wah! Gawat kalau sampai ia marah! Tidak mungkin kan kalau dia keluar dari Ryuuseitai hanya karena proposal ini? Padahal kita baru saja mendapatkan Produser"

"Aku tidak separah itu Senpai." Omongan Chiaki terpotong oleh Mio yang kembali duduk di kursinya.

"Aku tidak akan meninggalkan Senpai, aku tidak akan meninggalkan Ryuuseitai." Lanjut Mio.

Kalian membutuhkan seseorang agar bisa lebih baik. Batin Mio sambil menaruh beberapa helai kertas di hadapannya, mengeluarkan alat tulis dan alat gambarnya.

"Sekarang katakan, proposal seperti apa yang Senpai mau?" Tanya Mio yang sudah siap menulis.

Chiaki terbungkam untuk beberapa saat, dirinya kagum melihat sesosok Mio yang begitu sabar dengannya.

"Tolong berikan aku yang terbaik!"

——☀️——

"Terima kasih sudah bekerja keras, Kageyoru, Kau hebat!" Puji Chiaki.

Mio terkekeh dan mengangguk. "Sama-sama, Senpai."

Mio mulai mengistirahatkan dirinya sambil bersender ke meja dan meregangkan tangannya.

"Kageyoru, apakah kau datang ke festival musim panas?" Tanya Chiaki memecah keheningan.

"Jelas aku datang, kan aku produser kalian." Jawab Mio sambil kebingungan.

Chiaki tergagap, "sa-salah, maksudku bukan yang di sekolah ini." Koreksinya.

Mio ber-Ooh kecil, "umm, sepertinya tidak." Jawabnya.

"Loh kenapa?"

"Karena aku tidak punya teman yang bisa ku ajak." Jawaban sesederhana itu meluncur dengan lancar dari mulut Mio.

"Eh? Tidak punya?"

"Ya."

"Serius?"

"Iya."

Chiaki terbungkam untuk kedua kalinya setelah mendengar jawaban perempuan ber-manik Biru muda itu.  Perempuan itu mengatakannya dengan sangat mudah dan ... datar.

"Dari sekolah lama mu?" Tanya Chiaki sekali lagi.

"Sekolahku dulu kan di Kyoto, gak mungkin mereka jauh-jauh datang ke Yumenosaki untuk menghadiri festival musim panas kan?" Debat Mio.

Chiaki masih tidak mau mengalah, "tapi kau punya teman?" Tanya nya.

Mio menatap datar Chiaki lalu mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. "Tidak." Jawabnya dengan singkat.

"Kena-"

"Sepertinya sudah seharusnya aku pulang sekarang, Senpai. Sampai jumpa esok." Pamit Mio segera pergi dari perpustakaan.

Chiaki menghela nafas panjang, sambil menatap langit-langit perpustakaan. Pikirannya teringat ketika ia pertama kali bertemu Mio disekolah ini.

Flashback

Pagi itu cukup cerah untuk mengawali musim panas. Chiaki menghela nafas panjang dan merasa cemas akankah proposalnya diterima atau tidak. Sambil menjernihkan pikirannya ia pun memutuskan untuk berkeliling sekolah sambil mencari ide untuk event selanjutnya. 

"Oooh, masih berendam seperti biasanya, ya, Shinkai!" Sapa Chiaki ketika bertemu dengan salah satu dari 3 keajaiban dunia- maaf, maksudnya 3 manusia ajaib atau kerennya the three oddballs.

"Chiaki ... semangat seperti biasanya ya~ padahal hari ini panas sekali...." Balas Shinkai Kanata Orang yang tadi Chiaki sapa

"Begitulah, Haah...." Chiaki kembali menghela nafas panjang lalu duduk di pinggiran air mancur tempat Kanata berendam.

Kanata yang peka pun bertanya kepadanya. "Ada apa?"

"Aku ingin Ryuuseitai memiliki Produser agar bisa lebih berkembang... " Ujar Chiaki sambil memandang langit biru yang sangat cerah itu.

"Bukan 'ingin' tapi 'harus', jika sekedar ingin sih pasti gak akan tercapai." Balas Kanata.

"Omong-omong, setauku kemarin ada anak pindahan lagi, perempuan dan dia masuk jurusan Produser. Coba kau tanya dia, siapa tau dia tertarik menjadi Produser kita." Kata Kanata sambil lanjut berendam.

Tanpa basa-basi Chiaki langsung mencari perempuan yang dimaksud oleh Kanata itu.

Namanya Kageyoru Mio, anak tahun kedua yang baru saja pindah dari Sekolah Asrama Putri di Kyoto. Orangnya tampak pendiam dan dingin serta memiliki hawa yang cukup mencekam.

Tapi, bukan Chiaki kalau tidak menyapa dan melelehkan Es yang ada di perempuan itu.

"Nama mu Kageyoru, ya?" Tanya Chiaki sambil mengulurkan tangan ke perempuan yang menyandang marga Kageyoru itu.

"Iya." Balasnya singkat.

"Boleh aku ikut duduk disini?" Tanya Chiaki dan Mio pun hanya mengangguk.

Berdua di rooftop itu... rasanya cukup romantis, tapi tidak dengan orang yang baru saja kau kenal.

"Anu—"

"Oh iya, kau jurusan Produser kan? Mau menjadi Produser dari Ryuuseitai tidak?" Tawar Chiaki.

Mio memberikan tatapan bingung sekaligus kikuk, "a-anu..."

"Kumohon, aku butuh bantuan mu!!!" Pinta Chiaki sambil melakukan Ojigi.

"Tanpa dirimu, Ryuuseitai tidak akan bisa bertahan!" Pintanya sekali lagi.

Mio yang kaget dengan tingkah senior didepannya itu mencoba agar Chiaki kembali tegak lagi.

"Anuuu, komohon kau jangan seperti ini. Baiklah-baiklah, akan ku bantu." Ujar Mio sambil memegang bahu Chiaki.

"Benarkah!?"

"I-iya...?"

"OKE, HARI INI YA. SEPULANG SEKOLAH AKU TUNGGU DIRUANG LATIHAN 3! JANGAN SAMPAI TELAT!"

Flashback off

Sejak saat itupun Mio resmi menjadi Produser dari unit Ryuuseitai. Chiaki sendiri masih bertanya-tanya, apakah perempuan itu terpaksa karena tidak ada pilihan lain atau memang karena ingin?

Entahlah, hanya Mio yang tahu jawabannya.

——☀️——

Pagi hari yang cukup cerah. Mio sedang bersiap-siap untuk pergi menuju ruang latihan, ada beberapa hal yang harus didiskusikan oleh anggota Ryuuseitai terkait event yang mendatang.

"Selamat pagi...." Salam Mio.

"Selamat pagi, Kageyoru-dono! Hari ini cerah ya de gozaru!" Balas Shinobu.

Mio menangguk kecil sambil terkekeh lalu mengusap kepala Shinobu dengan pelan. Sedangkan yang diusap merasa sangat senang karena penampilan Mio tidak sedingin yang ia kira.

"Mio-chan~ ada apa? Tanya Kanata.

"A-aku hanya ingin tau kalian ingin menggunakan kostum apa dan ingin ada tanbahan apa di stage." Jawab Mio sambil memainkan ujung rambutnya dan menatap ke lantai.

"Ohh!! Boleh, boleh." Seru Chiaki dengan semangat.

"Bagaimana kalau kita pakai Happi-ssu!" Usul Tetora.

"Lalu kita menabuh Taiko de gozaru!" Tambah Shinobu.

"A... aku ikut saja deh." Midori menggeleng pasrah.

Mio menyaksikan anak-anak Ryuuseitai yang memberikan banyak masukan untuk penampilan mereka nanti. Tanpa ia sadari Chiaki mendekatinya dan menoel-noel pundaknya.

"Jadi bagaimana? Kau mau ikut? Tanya Chiaki memastikan lagi."

Mio menangguk, "aku diberi izin oleh ibuku. Dan, yah, aku dibolehkan." Jawab Mio sambil tersenyum.

Chiaki menggenggam tangan Mio sambil berteriak kesenangan "Yoshaaa!!! Nanti kita bertemu di kuil dekat Yumenosaki, ya!"

Mio tersenyum sambil meng-iyakan dan mereka melanjutkan kembali diskusi yang sempat tertunda.

——☀️——

"Kageyoru! Panggil Chiaki sambil melambaikan tangannya," Mio pun melanmgkah mendekati Chiaki yang berada di depan kuil Yumenosaki.

"Selamat sore, Morisawa-senpai." Mio memberi salam. "Sore ini cerah sekali ya." Lanjutnya.

"O-oh, ya." Jawab Chiaki gugup. "Ka-kau manis sekali!"

Memang bukan sebuah kebohongan bila Mio tampak manis sore ini. Ia menggunakan Yukata berwarna biru muda yang dihiasi bunga-bunga disana dan tak lupa ia memakai hiasan rambut berupa jepitan kumamiminya.

Mio tertawa, "terima kasih."

Chiaki mengulurkan tangannya, semburat merah menghiasi pipinya dan langit senja membuat suasana makin romantis dan indah.

"Ayo, mau tunggu apa lagi?" Ujar Chiaki. Mio sempat terdiam namun tak lama senyuman menghiasi wajahnya.

Aku tidak pernah menunggu untuk menyambut uluran tanganmu. Jawab Mio sambil tersenyum.

Sesampainya di kuil mereka menikmati berbagai macam hiburan disana. Mulai dari menangkap ikan, main tembak-tembakan, mengambil yoyo air, hingga membeli makanan ringan seperti Ringo ame, takoyaki, dan permen kapas. Sekarang mereka beristirahat didekat acara tempat kembang api yang akan dimulai.

"Kageyoru, acara kembang apinya sudah mau mulai." Ujar Chiaki sambil menggenggam tangan Mio.

"Baiklah, ayo." Mio pun bangkit dari tempat duduknya.

Sambil menunggu acaranya mulai, Chiaki memerhatikan Mio dari dekat. Mengamati betapa indah wajah yang dimiliki Mio. Bibir tipis yang berwarna merah muda dan mata yang irisnya yang memiliki paduan warna langit di malam hari dan di siang hari serta tatapannya yang terlihat tegas membuatnya semakin manis malam ini.

"Kageyoru, apakah kau... tidak mempunyai teman?" Tanya Chiaki.

Mio lebih memilih untuk diam, matanya terfokus kearah langit malam.

"Jika kau bersedia, a-aku, AKU BISA MENJADI TEMAN PERTAMAMU!" Lanjut Chiaki sambil menggenggam tangan Mio.

"Aku tidak semenyedihkan yang kau kira," Mio tidak melepaskan pandangannya. "Tapi aku juga tidak seindah yang kau kira."

"Aku hanya manusia." Lanjut Mio.

Chiaki menjadi agak kaku beberapa detik kemudian. Bertanya-tanya apakah ia salah bicara atau tidak.

"Ma-"

"Tapi tidak apa." Mio tersenyum, "terima kasih sudah memikirkanku." Ujar Mio sambil tersenyum lebar.

Satu-persatu kembang apinya diluncurkan, Chiaki menatap kembang api itu sambil tersenyum bahagia.

"Kembang apinya, indah ya."

つづく、秋へ。

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top