🌸Spring🌸

SPRING
Musim semi telah tiba, sudah 2 tahun semenjak kepergiannya. Aku sedikit kesulitan ketika ingin menulis pesan kepadanya, ntah mengapa sepertinya tidak ada yang sampai.

Maaf, aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku Morisawa Chiaki, Ryuusei Rednya Ryuuseitai! Aku ingin sedikit bercerita kepadamu tentang perempuan yang amat baik namun menyembunyikan lukanya sendiri.

Kalian pasti tau siapa perempuan itu, ya, Kageyoru Mio. Perempuan yang rela menukar masa depannya denganku, dia yang rela tersakiti demiku.

Dimulai di musim panas itu, aku sedang kelimpungan mencari Produser. Yah, bisa dibilang beberapa Unit sudah mendapatkan Produsernya dan Anzu sendiri sibuk dengan Trickstar yang sangat tidak memungkinkan bagiku meminta tolong kepadanya.

Tapi aku- tidak, Ryuuseitai telah terselamatkan oleh seseorang yang mau menjadi Produser kami. Ya, Kageyoru namanya. Aku sangat bersyukur walaupun tampangnya dingin ternyata dia lemah lembut dan sangat hangat. Tambahan, ternyata dia juga humoris ke beberapa orang tertentu.

Lalu ketika musim gugur, sepertinya dia sedih. Dia kehilangan mimpi dan harapannya, aku jadi bertanya-tanya seperti apakah mimpi yang ingin ia capai dulu. Jika suatu saat aku mampu, aku akan membantunya mewujudkan mimpi tersebut! Dan menemaninya hingga akhir hayat.

Namun di musim dinginlah ternyata titik balik kami berdua. Aku bingung, apa yang membuat Tenshouin ingin membubarkan Ryuuseitai begitu cepat? Atau mungkin, sebenarnya Ryuuseitai itu hanya pengalih dari suatu hal yang lebih besar dibaliknya. Mungkinkah... ia memang ingin mengeluarkan Kageyoru? Tapi aku tepis pikiran itu jauh-jauh, aku berharap itu bukanlah hal yang sebenarnya.

Nah, sepanjang cerita ini. Sepertinya Mio memang orang yang berjuang mengangkat nama Ryuuseitai dengan tinggi hingga rela mengorbankan dirinya sendiri. Ia sering tidur malam demi kami, ia sering terjatuh demi membawa barang kami, ia sering sakit hanya karena rela hujan-hujanan untuk mengambil properti baru kami. Aku sampai ingin bertanya-tanya, apakah ia masokis?

Tapi aku pernah melihat hingga akhirnya ia terjatuh. Iya, terjatuh, benar-benar tumbang didepan mataku. Dan disanalah aku tau ia mengidap penyakit bernama Anxiety. Sebuah penyakit yang membuat seseorang berpikir berlebihan hingga depresi, kira-kira begitu. 

Dia selalu bertampang baik-baik saja, walaupun aku bisa lihat banyak luka di jemarinya.  Aku sampai mempertanyakan diriku, sejahat apa diriku hingga tidak memperhatikannya? Aku bilang bahwa aku ingin mewujudkan mimpinya, namun aku lalai dalan menjaganya. Dasar....

Sekarang sudah musim semi kedua sejak ia pergi. Aku berharap suatu saat nanti kita bisa menikmati Hanami bersama Ryuuseitai lalu menyantap hidangan yang ia buat.

Aku… rindu dengannya.

🌸

Pagi itu terasa biasa saja bagi Chiaki, hari ini ada jadwal kuliah namun masih nanti siang. Akhirnya pria berambut coklat itu  memutuskan untuk jalan-jalan dulu disekitar.

Ia meregangkan badannya dan menghirup udara segar di musim semi namun...

"HATCHUH, HATCHUU!!"

Dia lemah dengan perubahan musim, jadi bisa dibilang ia sedang kambuh alerginya.

Chiaki pun membersihkan sisa lendir menjijikan yang berasal dari hidungnya itu lalu menatap sekitar memastika tidak ada orang yang melihat adegan memalukan tadi.

Kalau dilihat-lihat, aku pernah kesini bersama Kageyoru ketika membeli bahan untuk baju. Chiaki pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya.

"Apa kabar ya dia? Sejak saat itu kami jarang berkomunikasi...." Gumam Chiaki masih sambil melihat sekitar lalu berhenti ketika melihat toko buku diseberang jalan.

Chiak melihat kanan-kiri jalan dan menyebrang ke toko buku itu. Ia sangat ingat dulu ia sering ke toko buku ini bersama Mio ketika pupang sekolah atau sekedar menghabiskan waktu saja.

"Permisi..." Chiaki membuka pintu masuknya.

Toko buku itu tidak terlalu luas tapi tidak terlalu kceil juga dan bergaya klasik serta didekor dengan tanaman-tanaman hias dan sofa-sofa mini yang membuat toko buku itu menjadi sangat estetik.

Kageyoru biasanya sering ke bagian Novel, atau komik biasanya. Batin Chiaki sambil melihat-lihat buku yang  tersusun rapih disana.

Tiba-tiba tanpa sengaja ia menabrak sesosok perempuan yang sepantaran dengan seseorang yang ia kenal.

"A-ah maaf, aku tidak melihatmu." Ucap perempuan itu sambil meminta maaf.

Chiaki mengelus kepala belakangnya, "tidak seharusnya aku yang... KAGEYORU?" Teriaknya.

"Are!?" Mio yang terkaget-kaget langsung mengambil langkah seribu untuk menjauh dari Chiaki.

Tentu saja Chiaki tidak membiarkan Mio pergi lagi dari pandangannya. Dengan segera ia menyusul perempuan berambut gelap yang keluar dari toko buku itu.

"Kageyoru!!!" Panggil Chiaki dengan keras berharap Mio membalikkan badannya. 

"KAGEYORU!" Chiaki berhasil menangkap tangan Mio dan membawanya ke pelukan hangat. Mio yang terengah-engah masih memproses apa yang terjadi barusan.

"Ba-bagimana haaaah... haaah... kau tau itu aku?" Tanya Mio.

"Karena intuisiku tidak pernah salah."

🌸🌸

Mio meminum Lemon tea yang tadi ia pesan sedangkan Chiaki hanya tesenyum-senyum sambil melihati perempuan yang ada dihadapannya.

"Senpai, aku bukannya jadi kangen malah jadi ilfil diliatin Senpai melulu." Sinis Mio.

"Jangan gitu dong~ aku sangat merindukanmu, wajar dong kalau aku bahagia melihatmu." Balas Chiaki yang tidak memperdulikan omongan pedas Mio barusan.

Mio menggidik, "menyeramkan," gumamnya.

Namun alih-alih terus menatap dingin, Mio malah tersenyum hangat, "apakabar kalian semua?"

Chiaki terbingung-bingung, pasalnya hanya ada mereka berdua disini, lalu siapa itu 'kalian'?

Mio yang sadar akan Chiaki yang tidak mengerti langsung menghela nafas, "apakabar kau dan Ryuuseitai?" Mio mengulang pertanyaan.

Chiaki mengangguk, "baik-baik saja! dan kamu sendiri?"

Mio hanya tersenyum dan tidak memberi balasan.

Lagi-lagi aku tidak mengerti apa yang ia lakukan... Batin Chiaki.

"Mulai minggu ini aku kembali." Ujar Mio tiba-tiba hingga Chiaki tersedak ludahnya sendiri.

"Hah!?"

"Aku kembali kesini, maksudnya, aku pulang," tambah Mio.

Chiaki melongo, "kesini?" Tanyanya memastikan.

"Ye."

Chiaki menggebrak meja dengan tidak santainya, "SERIUS?"

Sedangkan Mio hanya mengangguk sambil menggumamkan, "bukan Senpai gue," berkali-kali.

"Oh, iya, Kageyoru. Aku sudah harus berangkat kuliah, apakah kau mau ku antar pulang?" Tawar Chiaki.

"Memangnya kampus Senpai dekat dengan rumahku?" Tanya Mio.

"Tidak sih."

"...."

"Tapi aku tidak keberatan mengantarkanmu pulang!" Chiaki tidak menyerah menawarkan dirinya untuk mengantar Mio pulang.

"Tidak perlu," tolak Mio, "aku sebentar lagi akan dijemput oleh kakakku. Jadi Senpai tidak perlu khawatir."

Chiaki agak sedikit kecewa karena Mio menolak ajakannya, namun tidak apa, asalkan bertemu Mio saja itu sudah sangat cukup untuk seorang Morisawa Chiaki.

Sebelum Chiaki pergi meninggalkan Mio, ia menoleh kearah perempuan bermanik biru itu, "hey, apakah kau akan masuk ke Ensemble Square dan menjadi Produser kami lagi?"

Mio bingung, "kukira kalian sudah memiliki produser baru."

"Belum," Chiaki memegang telapak tangan Mio dan menggenggam erat, "kami, Ryuuseitai, sudah sepakat untuk menunggu seorang Kageyoru Mio pulang."

"Selamat datang kembali, Mio."

🌸🌸🌸

Senpai, apakah kau ingat saat itu? Dihari kita bertemu dan kau tiba-tiba mengajakku menjadi produser untuk Unitmu?

Sejujurnya, saat itu aku sangat bahagia.

Dihari seseorang akan menarikku keluar dari lubang hitam, itulah yang selalu kutunggu dan tiba saatnya dan kusadari ialah dirimu.

Aku berpikir, 'apa yang harus kulakukan untuk membalas jasamu itu?' Dan aku memutuskan untuk bertarung mati-matian demi kalian- tidak, demi kita ber-enam.

Kau ingat dihari itu, di musim panas itu? Hari dimana kau mengajak aku berbicara hati ke hati namun aku menghindarinya. Aku takut, aku takut kau akan membenciku, aku sangat takut kau… pergi.

Hei, sejujurnya aku sangat mengagumimu disaat itu. Tapi semakin lama aku semakin menyadari bahwa itu bukanlah perasaan 'kagum' namun perasaan 'suka' yang berkembang menjadi rasa 'cinta' yang meluap.

Aku bingung bagaimana meng-ekspresikannya karena aku tau bahwa kau bukanlah tipe seseorang yang peka, dan aku tidak ingin menghancurkan karirmu itu.

Namun saat yang kutakuti benar-benar tiba, disaat aku melakukan suatu kesalahan kecil yang melibatkan Tenshouin Eichi dan mengancam kalian bubar. Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.
 
Aku lebih memilih diriku yang tersakiti dibanding kalian yang hancur karenaku.

"Aku tidak akan ragu untuk mengorbankan diriku demi kalian semua walaupun pada akhirnya kalian melupakanku, tertutupi dengan memori yang lain dan perlahan membusuk."

"Tapi aku tidak akan pernah menyesal. Ketika aku mengorbankan diriku, setidaknya aku telah menyelamatkan masa depan seseorang."

Ya, aku ingin menyelamatkan dan melindungi impian kalian.

Sepertinya, aku memang masokis.

🌸🌸🌸🌸

Malam itu Mio menatap keluar jendela kamarnya. Sudah 3 hari sejak ia kembali dari Kyoto, rasanya sangat melegakan keluar dari penjara kecil yang bernama keluarga besar yang tirani itu.

"Kau mulai besok mulai kerja di publisher milik keluarga, jadi jangan khawatir tidak diterima dimanapun." Ujar kakaknya, Mirai.

Manik biru milik Mio beradu dengan manik merah milik kakaknya, "kak, bolehkah aku bekerja di Ensemble Square?" Tanya Mio.

Mirai menatap adiknya sinis, "Kau ingin bekerja disana memangnya ingin menjadi apa?"

"Produser."

"Aku dengar disana ada Tenshouin Eichi dan tambahannya ada Saegusa Ibara. Bukannya itu musuh terbesarmu?" Tambah Mirai.

"Aku tidak begitu kenal dengan Saegusa Ibara, tapi beda halnya jika kau bertanya Tenshouin Eichi." Balas Mio.

"Dia yang mengeluarkanmu bukan?" Tanya Mirai, "kalau begitu tidak ada alasan kau untuk kembali lagi kesana."

"Tapi—"

"TIDAK ADA TAPI TAPI! KAU CUKUP BEKERJA DI PERUSAHAAN KITA SAJA, KAU TAU KAU TELAH MEMBUAT KAMI SEMUA SUSAH, JADI JANGAN MENAMBAH PEKERJAAN!" Bentak Mirai.

Mio kehabisan kata-kata tapi ia tidak mau kalah, "AKU MEMILIKI HIDUPKU SENDIRI, SUKA-SUKA AKU MAU NGAPAIN. KENAPA MALAH KAMU YANG SUSAH SIH? PRIDE KELUARGA? RASANYA DULU HIDUPKU TIDAK SEKEJAM INI, APA YANG MENGUBAHMU HAH?"

Sekarang giliran Mirai yang terdiam, "Kau—"

"Kalian berdua itu hobi sekali bertengkar ya." Sindir seseorang yang berdiri didepan pintu, Vio, anak kedua dari keluarga Kageyoru.

"Dia yang memulai/Dia duluan!" Bentak Mirai dan Mio saling tunjuk.

"Mirai-nee, biarkanlah Mio memilih karirnya sendiri. Kau mau Mio bunuh diri lagi seperti dulu?" Tanya Vio.

"Dan Mio, jika kau memang yakin dengan pilihanmu. Baguslah." Puji Vio.

"Kau mau dia gagal lagi?" Sinis Mirai.

"Tidak kok, aku yakin Mio berhasil kali ini. Saat itu dia hanya lengah saja sehingga termakan jebakan predator itu, tapi tenang kali ini dia akan menang kok." Jawab Vio.

"Iyakan?"

🌸🌸🌸🌸🌸

Bagus, setelah berjuang mempertahankan pendapat untuk bekerja di Ensemble Square, Mio malah bingung harus bagaimana sekarang. Dan sekarang ia berdiri kaku di depan kantor ES.

"Terus aku gimana? Aku harus gimana? Aku mati pasti habis ini." Gumam Mio sambil melihat-lihat sekitar.

"Sepertinya aku akan benar-benar mati." Ujar Mio sambil berjongkok didepan semak-semak.

"Loh, Mio-chan~?" Suara yang sangat Mio kenal itu membuat Mio mengalihkan pandangan.

"KANATA-SENPAAIIII!!!" Mio langsung memeluk Kanata.

"SENPAI, AKU KIRA AKU KESESAT HUAAAA!!!" Mio pun menangis.

Kanata yang kebingungan hanya mem-puk-pukan punggung Mio, "nah ayo bicara di taman dulu."

Dan jadilah mereka berdua duduk dikursi taman, "maaf merepotkan Kanata-senpai sepagi ini," Mio menunduk.

"Hm~ ada apa?" Tanya Kanata.

"Bolehkah aku menjadi Produser Ryuuseitai lagi?"

Kanata membeku, "Pu-pukaa~?"

Mio terkekeh, "gak salah denger kok."

Dan Kanata pun menjitak kepala Mio, "kau itu ya... 2 tahun menghilang dan kembali lagi lalu meminta jadi produser Ryuuseitai, kau tidak malu hah?"

"Ka-karena...." Mio kehabisan kata-kata, nah, saatnya mengarang sedikit dan memberikan unsur hiperbola di ucapanmu, Mio.

Tapi sepertinya sulit, sudah lama Mio tidak berbohong, dan perempuan itu tidak mungkin berbohong sekarang. Ia harus tulus mengatakannya, YA TAPI BAGAIMANA?

"Lebih baik kau bilang ke Chiaki~" Setelah Kanata bicara seperti itu, tiba-tiba saja Chiaki muncul disampingnya.

Pertanyaan, sebenarnya berapa lama Mio berpikir hingga ia tidak sadar Chiaki sudah ada disampingnya sambil tersenyum-senyum manis.

"Kau mau jadi Produser kami lagi?" Tanya Chiaki.

Mio mengangguk pelan, tapi matanya menunjukkan tekad kuat.

Chiaki menggenggam tangan Mio, "selamat datang kembali, wonder womannya Ryuuseitai, Ryuusei pink."

Mio terkekeh, "tapi aku lebih memilih warna putih."

"HEEEH? KENAPA PUTIH, PADAHAL PINK ITU CANTIK!"

"Putih itu netral, ehe."

Kanata tersenyum hangat, sudah lama ia tidak menyaksikan pemandangan sehangat ini.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Sudah saatnya Mio pulang dan kali ini Chiaki yang mengantarkannya. Sepanjang perjalanan mereka berdua tidak bicara apa-apa. Mio yang kelelahan dan Chiaki yang gugup memulai pembicaraan.

"Ah, didepan situ Rumahku." Ujar Mio.

"Terima kasih ya untuk hari ini Senpai." Mio tersenyum manis dan Chiaki malah tambah membeku.

Sebelum Mio pergi Chiaki menahan perempuan itu pergi, menariknya kedalam pelukannya dan mencium bibir Mio.

"Hey, Kageyoru. Ijinkan aku, suatu saat nanti menikahimu. Akan ku jaga kau sebaik mungkin,"

"Karena aku mencintaimu."

終わり

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top