🍁Autumn🍁

AUTUMN
Mio menatap pohon di sekolah yang mulai berubah warnanya menjadi ke-oranyean dan perlahan-lahan menggugurkan daunnya.

Mio menenggelamkan kepalanya diantara kedua tangannya, sebentar lagi event halloween sedangkan Mio masih Nol persen persiapan. Lebih tepatnya ia tidak mendapat hidayah sama sekali untuk membuat acara kali ini, menyedihkan.

"Kageyoru-dono!! Nin nin nin!" Suara yang amat familier itu membuat Mio mengangkat kepalanya dan mencari sumber suara, ternyata itu adalah kouhai kesayangannya tidak lain adalah Shinobu.

"Aku datang membawa informasi de gozaru!" Serunya sambil memasang pose ninjanya.

"Kau tau, jika kau berpose seperti itu, kau terlihat seperti Fuuma Koutarou yang ada di game Fate/Grand order~" Canda Mio.

"Apakah dia keren?" Shinobu terdengar sangat berapi-api.

"Jelas keren karena dia adalah ninja!" Balas Mio dengan tak kalah semangat.

Seketika Mio tersadar tujuan Shinobu datang ke kelasnya, "umm, lanjut. Jadi ada apa?"

"Oh, iya, Morisawa-dono memintamu datang rapat nanti. Kita akan bekerja sama dengan MaM dan Ra*bits de gozaru." Jelas Shinobu.

Mio mengangguk tanda ia mengerti, tak lama kemudian Shinobu pun pamit untuk menemui Kanata.

"Haah... musim gugur ya...." Gumam Mio masih sambil menatapi pohon-pohon yang menggugurkan daunnya.

"Mio, apa kau tidak apa?" Tanya Anzu.

Mio mengangguk, "kau memang pemilih dalam berbicara ya, hehe~" kekeh Anzu.

"Aku tidak pemilih, hanya saja sedang berpikir bahwa apakah aku manusia yang baik untuk mereka atau bukan. Ah, susah menjelaskannya hanya saja, aku merasa kurang cukup." Keluh Mio.

"Heheh, omong-omong kenapa kau sering menggunakan 'Manusia' ketimbang 'Orang' ?" Tanya Anzu.

"Aku punya pandangan buruk terhadap 'Orang,' maka dari itu menurutku 'Manusia' lah yang paling cocok untuk mereka -Dan aku-" Jawab Mio.

🍁🍁

"Jadinya kita akan menginap di sekolah? Yaa, semenjak rumahku di dekat pusat perbelanjaan mungkin lebih baik aku di rumah ..." Usul Midori.

"Tidak masalah jika kau lebih nyaman seperti itu, namun bukankah ini kesempatan yang baik agar kita lebih dekat dengan Unit yang belum pernah kerja sama dengan kita? Dan lagi ada banyak pekerjaan yang menunggu kita disini." Balas Chiaki.

"Baiklah, akan kupikirkan ulang..." Ujar Midori, Chiaki mengangguk senang dan berpaling ke Mio.

"Kageyoru bagaimana?" Tanya Chiaki.

Jemari Mio menyentuh dagunya, "aku kemungkinan besar bisa, lagi pula di rumahku jarang ada manusia."

"Ja-jadi dirumah Mio-chan-senpai ada ha-hantuu...?" Hajime menggidik takut dan bersembunyi dibelakang Nazuna.

Mio tertawa kecil, "sepertinya iya, aku tidak pernah merasa kesepian sih~"

Seketika semua yang ada disana membatu. Jadi, rumah Mio berhantu? Mungkin saja batin mereka sedang bertanya seperti itu.

"Bercanda kok~ rumah ku aman, damai, tentram~" Tawa Mio.

"Miou-chan, kau membuat mama takut loh~!" Ujar Madara dan disambut oleh tawa Mio.

🍁🍁🍁

"Morisawa-senpai agak aneh ya." Gumam Mio sambil bantu mengangkat boks aksesoris.

"Ntah lah, mukanya terlihat sangat pucat...." Balas Kanata.

"Je-jelas aku melihat sesuatu disana!" Ujar Chiaki panik.

"Ayolah Senpai, itu hanya imajinasi mu." Balas Midori.

"O-oh, ya, hanya imajinasiku! Lagipula tidak ada hantu di dunia ini!" Ujar Chiaki sambil gemetaran.

Jelas-jelas dia takut... tunggu, dia takut hantu? Uwaa, lucunya~ Mio tiba-tiba saja tertawa, Kanata dan Shinobu yang berada di sampingnya terlonjak kaget ketika mereka bertanya ada apa, Mio hanya menbalas bahwa ia teringat sesuatu yang lucu.

.
.
.
.

Malamnya, anak-anak kelas satu berencana menonton film horror. Film horror? Yah, itu sudah menjadi asupan Mio tiap malam sabtu bahkan ia baru saja tau seorang Hajime Shino suka menonton film Thriller, dan Mio pun berdecak kagum.

Ketika semua terlihat baik-baik saja, namun seorang Morisawa Chiaki tidak terlihat baik-baik saja, wajahnya terlihat lebih pucat dari biasanya.

"Senpai." Mio menepuk pundah Chiaki.

"HU-HUWAAA! ASTAGA ADA HANTU YANG MENEPUK PUNDAKKU!"

"Taichou, itu  Kageyoru-senpai ssu." Ujar Tetora sambil tertawa.

"E-eh? Kageyoru! Maaf, aku benar-benar tidak bermaksud seperti itu!" Chiaki memeluk Mio berharap dimaafkan oleh sang perempuan bermanik biru itu.

"Iya, iya. aku tau Senpai ketakutan." Mio mengusap-usap punggung Chiaki agar ia lebih tenang.

"Oh iya, aku mau ke toilet dulu ya." Ijin Mio.

"Mau aku temani, Miou-chan?" Tawar Madara namun Mio menolaknya.

"Aku tidak selemah itu." Ujar Mio, "nah, aku pergi dulu."

Namun Chiaki menahan tangan Mio, "kau benar-benar tidak mau ditemani? Ba-bagaimana jikalau ada hantu jahat yang mau menculikmu?"

Mio terkekeh dan keluar dari ruangan itu.

Shinobu Tetora menatap kepergian Mio, "Anego keren-ssu! Dia sangat kuat!"

Midori mengangguk, "kalau aku menjadinya aku pasti sudah depresi duluan... tapi aku sungguh mengaguminya."

"Mio-nee membuatku ingin DASSHU DASSHU!!" Seru Mitsuru.

"Mitsuru, jangan terlalu berisik. Nii-chan sedang tidur!" Ujar Tomoya memperingati temannya itu.

Namun Chiaki masih tidak bisa menghilangkan rasa cemasnya. Bagaimana jika ada yang menyerang Mio? Bagaimana jika ada yang menyakitinya? Bagaimana jika dia diculik oleh manusia serigala dan dijadikan pengantinnya? Bagaimana jika- Oke, tidak ada pilihan lain lagi selain mencarinya.

Chiaki buru-buru bangkit dan keluar mencari Mio.

🍁🍁🍁

T

ing ting ting

Terdengar suara denting piano dari ruang musik padahal tidak ada siapa-siapa disana. Chiaki sudah merinding disko sekarang, segala macam doa sudah ia rapalkan agar tidak bertemu yang aneh-aneh disana.

"Furikaeri boku o miteru
kokoro wa odayaka de
junsui na yume o mottetara

chotto dake ureshiku naru.

(Ketika aku berpikir kembali dan menatap diriku, pikiranku menjadi damai. Jika aku memiliki impian yang tulus, aku akan sedikit lebih bahagia)"

Ketika mendengar suara itu, Chiaki yakin 1000 persen kalau itu Mio. Ia perlahan-lahan mendekatkan telinganya ke pintu ruang musik untuk mendengar lagu itu lebih lanjut.

"Kodomo ni wa wakatteru kantan na koto mo.
Otona ni wa wakaranaku natte shimau?

(Bahkan hal simpel yang anak kecil saja bisa mengerti, apakah orang dewasa juga mengerti?)"

Chiaki menyentuh pintu itu dan membukanya perlahan, ia bisa melihat Mio yang sedang bermain piano dibawah sinar rembulan. Pipinya menghangat, untuk pertama kalinya ia merasakan rasa sesak di dadanya. Rasanya... sungguh menyenangkan, menenangkan, dan membahagiakan.

"Chiisai koro no akogare ni motteta
kitaidōri no boku wa doko dakke
kibō no yume mo dokoka de wasureteta kedo
jōshiki hazure no koto wa dekinai yo
jibun o mamoru sube o mottan da
arubamu no naka no boku wa waratteita.

(Sekarang, dimana diriku yang memegang cita-cita dan harapan semasa kecil?
Aku telah melupakan semua mimpi dan harapanku entah dimana.
Namun aku tidak bisa menjadi aneh, aku memiliki caraku sendiri untuk bertahan.
Di album itu, aku sedang tersenyum)"

"Kageyoru," panggil Chiaki. Seketika Mio tersentak dan terjatuh dari tempat duduknya dan membuat Chiaki panik.

"A-a... kaget...." Gumam Mio.

"Ma-maaf, aku kira kau tidak akan kaget. Apakah bokongmu sakit?" Tanya Chiaki.

Namun Mio tidak menjawab dan memberikan tatapan kesal, "bisakah kau bertanya hal lain selain bokong?"

Chiaki terkekeh, "maaf. Omong-omong lagu yang bagus, kau membuatnya sendiri?" Tanyanya.

Mio menggeleng, "bukan, itu lagu Vocaloid."

Chiaki menahan tawanya, "kukira kau bukan tipe yang menyukai hal seperti itu hahaha!"

"Benar, seandainya aku bukan tipe itu seharusnya aku masih disekolah lamaku." Gumam Mio.

Chiaki terpaku, apakah ia salah bicara? Entahlah, ia tidak bisa menebak Mio. Perempuan itu memberikan celah yang sangat sempit untuk Chiaki, ia merasa seakan-akan Mio sangat sulit digapai walaupun perempuan itu jelas berada didepannya. 

Ia merasa... perempuan itu berada ditempat yang sangat jauh....

🍁🍁🍁🍁

Hari ini Event Halloween, Chiaki perlahan-lahan sudah tidak terlalu paranoid dengan para hantu (atau lebih tepatnya para pengunjung yang menggunakan kostum hantu).

Anzu dan Mio bekerja sama satu sama lain demi kelancaran acaranya. Funfact, mereka selalu bekerja sama di setiap event.

"Mio, sebentar lagi saatnya mereka tampil. Kamu masuk saja ke hallnya."  Perintah Anzu.

"Oke." Mio pun masuk ke Hall tempat mereka semua tampil.

Ketika ia masuk ternyata mereka sudah memulai acaranya. Mio tersenyum puas melihat hasil karyanya itu, tidak sia-sia ia meminta Chiaki untuk diam ketika didandani.

Selama acara itu berlangsung, Mio terus tertawa kecil karena melihat mereka itu sungguh lucu dan imut.

Aa, ureshii...

.
.
.
.
.

"Terima kasih sudah bekerja keras!"
Ujar Mio kepada mereka.

"Terima kasih juga ya Produser-tachi."  Ucap mereka bersamaan.

Dan akhirnya mereka sibuk untuk membersihkan barang-barang mereka dan bersiap pulang.

Chiaki mendekati Mio, "blaaa! Apakah kau kaget!?"

Mio tertawa, "senpai terlalu tampan untuk menyeramkan."

Awalnya Mio merasa biasa saja setelah mengucapkan itu, namun tidak lama kemudian setelah ia melihat muka Chiaki yang memerah bagaikan flamingo, akhirnya ia ikutan malu juga.

"U-um, lupakan ucapanku tadi...." Mio pun menyembunyikan mukanya diantara kedua telapak tangannya.

"A-ano, Kageyoru! Bagaimana ji-jika akhir pekan nanti kita ke bioskop? U-untuk filmnya terserah kamu mau yang mana." Ujar Chiaki.

Mio mengangguk kaku, "bo-boleh...."

Dan mereka berdua pun canggung.

"Omong-omong, mau nonton film apa?" Tanya Chiaki.

"Mmm... aku kemarin melihat ada film hantu yang bar-"

"JANGAN KUMOHON, APAPUN SELAIN ITU!!!"

つづく

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top