Spring

"Huh? Tanaman gantung?"

Pemandangan yang tak biasa ketika kediaman bawah tanah milik Ugetsu kini dihiasi oleh tanaman-tanaman gantung pada dindingnya. Siapa lagi yang bisa ia tuduh selain sosok Yaiza?

"Ugetsu! Kau sudah kembali?"

Pintu terbuka, diikuti dengan suara familier yang mengudara. Gadis albino dengan notabene kekasihnya itu membawa sebuah kotak yang tak bisa Ugetsu tebak apa isinya.

Uh-oh...

"Rak untuk menyimpan tanaman!"

Pria berumur 23 tahun itu hanya bisa menggeleng-geleng maklum. Sepertinya Yaiza adalah mantan anggota klub berkebun atau ex kelompok Go-Green. Tapi, kenapa juga justru rumahnya yang harus dihiasi tanaman tanpa seizinnya?

Gadis monokrom itu berjongkok, segera membuka kotak kardus dan mengeluarkan barang di dalamnya: rak bongkar pasang belum berbentuk; dan mereka harus menyusunnya.

Tunggu, mereka?

Yaiza menoleh pada sang pemain biola, sementara sang empu hanya tersenyum miring. "Aku tahu kau tidak bisa memasangnya." Di akhir kalimat, terdengar sebuah kekehan kecil.

Tentu saja, Yaiza memang tidak ahli dalam hal ketelitian bongkar-pasang seperti itu. Mungkin Ugetsu mengetahuinya? Atau, buku panduan bisa membantunya?

Di saat Ugetsu membuka jasnya; Yaiza membuka buku panduan cara pemasangan rak itu. Jas hitam jatuh di atas lantai dengan sembarangan, aroma agak asam tercium; Yaiza menoleh pada Ugetsu yang meregangkan kedua tangannya ke atas.

"Ah, aku lelah." Ucap pemuda Murata tersebut. Melangkahkan kaki dengan malas, ingin segera berada pada ranjang sepertinya.

Yaiza menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri, sepertinya si Pria Malam memang cukup kelelahan. Apakah bermain biola se-melelahkan itu?

Ah, tidak. Pasti karena perjalanan yang jauh membuat Ugetsu kelelahan, bukan karena permainan biolanya.

"Yaiza, buatkan aku cokelat panas."

Nah, 'kan ...

Yaiza segera beranjak, meninggalkan sejenak kayu menyerupai pipa yang harus ia susun. Gadis itu segera pergi ke dapur, meracik cokelat panas pada mug kesukaan Ugetsu. Tumben sekali pria itu meminta dibuatkan cokelat panas. Biasanya justru si albino dulu yang menawarkan.

Suara garpu beradu dengan gelas terdengar, Yaiza mengaduk sesaat minuman itu sebelum akhirnya siap diberikan kepada Ugetsu.

Ia berbalik, melangkah untuk mendekat pada Ugetsu yang memunggunginya di atas kasur. Gadis itu segera meletakkan mug di atas meja dengan hati-hati.

"Yaiza," panggilan mengudara, sang pemilik nama segera mendongakkan kepala; menunggu lanjutan kalimat dari orang yang memanggilnya.

"Kau bisa memasang rak itu sendiri bukan?"

Dengan segenap nol skill yang dimiliki, Yaiza mengangguk antusias, "tentu!"

***

Langit dengan terik panas siang hari kini telah terpoles jingga yang meneduhkan, Ugetsu baru saja selesai berkelana di alam mimpinya. Pukul berapa sekarang?

Pemuda itu bangun, segera mencoba utuk mengubah posisi menjadi duduk. Ia mengerjap, mendapati pemandangan yang kurang dapat disesuaikan oleh mata.

Eh?

Kesadaran Ugetsu segera terkumpul, "Yaiza?" Panggilnya, mendapati sosok yang sedang sibuk meletakkan satu pot tanaman terakhir pada rak terbuka bertingkat.

Tanaman dengan kuncup menggantung ke bawah itu diletakkan. Yaiza menoleh, tersenyum lebar, "lihat! Aku sudah selesai, lho!"

Senyuman sang gadis merekah, Ugetsu menyapu pandang pada ruangannya. Tanaman gantung, cukup banyak dan memanjakan mata kalau boleh jujur ia berkomentar. Selanjutnya, sebuah rak yang diletakkan di samping tempat tidurnya dengan berbagai macam tanaman yang dilengkapi kelopak bunga cantik.

Astaga, apakah gadis itu serius?

Yaiza masih tersenyum hangat, pipinya bersemu; tampaknya bangga karena bisa menyelesaikan sesuatu tanpa bantuan dari Ugetsu.

Katanya ... Senyuman itu menular.

Kurva di bibir tergores, Ugetsu menunjuk tanaman terakhir yang diletakkan Yaiza pada rak. "Yang itu, bunga apa?"

Manik gelap itu mengerjap, menoleh pada arah telunjuk Ugetsu. Sebuah tanaman dengan bunga sewarna salju. "Oh, ini Snowdrop!"

Snowdrop?

Ugetsu memperhatikan tanaman itu baik-baik. Tanaman itu cukup unik, bunganya berbentuk seperti bel karena menggantung ke bawah.

Yaiza menyadari itu, pandangan Ugetsu yang berbeda. Ah, menenangkan sekali. Sepertinya ia cukup terpukau dengan ekspresi yang baru ia lihat itu.

"Oh iya, sekarang musim semi, ya?" Itu suara Ugetsu, lebih tenang. Sifat sarkastik sepertinya turun drastis ketika sudah berada pada jarak jangkau dengan Yaiza.

Gadis salju mengangguk, "iya. Kau tahu apa arti bunga ini Ugetsu?"

Pria itu diam sedetik, senyuman masih terpatri di wajahnya. "Harapan." Jawabnya, manik itu berkilat sekali.

Lagi, sang gadis mengangguk. "Yang juga berarti, aku menaruh harapan padamu, lewat bunga ini."

Ugetsu dapat merasakan jantungnya berhenti memompa darah. Senyuman itu, tatapan mata yang tertuju padanya; ah, rasanya ia dapat merasakan angin musim semi menerpanya saat itu juga.

Kelopak bunga berjatuhan di luar sana. Namun di dalam dini, kuncup hati Ugetsu; perlahan-lahan mulai menunjukkan pergerakan untuk mekar.

Salju di hadapannya ini ... Begitu hangat.

[🌸Spring : "Kelopak bunga mekar dan jatuh mewarnai jalanan di luar sana. Di sini, hatiku mekar mewarnai hari yang tidak lagi monokrom."]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top