秋
Musim gugur yang menawan.
Bersepeda melewati daun oranye yang berjatuhan juga menyenangkan.
.
.
.
Luna
Hei Takumi, kau bisa mengantarkanku ke sekolahmu besok?
Takumi
Tumben sekali, ada apa?
Luna
Kau lupa? Besok schoolmeet antara sekolahku dan sekolahmu, dasar pikun
Takumi
Oi!
Baiklah akan ku jemput pagi-pagi
Luna
Terima kasih banyak, dear
Takumi
Jangan panggil aku seperti itu!
Luna
Tapi kau menyukainya, kan?
Takumi
Iya/deleted
Tidak juga
Takumi melempar handphone miliknya ke sembarang arah sambil merutuki kenapa kekasihnya suka sekali menggodanya dengan panggilan seperti itu. Ia segera mematikan lampu kamarnya dan beranjak tidur. Semangat pemuda itu begitu menggebu-gebu—tentu saja, kapan lagi kau bisa mengajak pacarmu jalan-jalan yang tenang hanya berdua?
Di sisi lain, Luna yang melihat respon dari pesan Takumi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia kadang mempertanyakan kenapa pemuda itu begitu tsundere, tapi itulah sisi manis dari laki-laki itu, menurutnya. Gadis itu segera beranjak tidur, sambil tersenyum ketika akan menutup matanya, ia yakin sekali besok akan menjadi hari yang unik.
---
Matahari mulai menampakkan dirinya, membawa kehangatan di dinginnya musim gugur. Takumi sesekali membuang napasnya—membuat uap putih keluar dari bibirnya. Wajahnya agak memerah dan detak jantungnya mulai liar, entah karna ia terlalu semangat, atau hawa dingin yang menusuk, atau mungkin ia mulai lelah mengayuh sepeda yang dinaikinya, siapa yang tahu.
Pemuda itu terhenti sejenak ketika ia mendapati gadisnya yang tengah berdiri di tepi jalan sambil termenung. Takumi sedikit terperangah, mungkin karna faktor itu pertama kalinya dia melihat Luna menggunakan rok? Sekali lagi siapa yang tahu. Ia kembali memacu sepedanya dan mendekati gadis itu.
Tatapan mereka saling bertemu, namun tak ada kata-kata yang terucap di antara mereka. Hanya mata yang saling menatap satu sama lain dengan ekspresi kagum. "Hei, sampai kapan kau akan melihatku seperti itu? Jangan terkejut seperti itu Takumi!" ucap Luna sambil menjentikkan jarinya di depan wajah si pirang beberapa kali.
"Ah ... maaf, hanya saja kau terlihat berbeda."
Takumi kembali melihat Luna dari atas ke bawah. Kemeja putih yang dilapisi jas hitam tak lupa dengan dasi hitam dan kompas yang menjadi pemanisnya, rok abu-abu selutut, kaus kaki hitam panjang, dan sepatu boots panjang berwarna putih. Sangat berbeda dengan seragam yang selama ini dikenakan sang gadis. "Kau terlihat cantik ...." Terlihat jelas rona merah yang menghiasi wajah mereka. Luna tertawa kecil sambil membetulkan letak tas punggungnya. "Yah, begitulah, kau lebih sering melihatku dengan celana, bukan? Aku yakin aku terlihat aneh. Tapi terima kasih atas pujiannya."
"Ah, tunggu apa lagi? Ayo berangkat!"
----
Semilir angin musim gugur membelai rambut kedua insan tersebut dengan lembut. Luna yang menjadi penumpang di sepeda Takumi sibuk mengagumi daun-daun yang berjatuhan, sesekali ia berpikir untuk menjadikannya objek untuk difoto saat dia senggang.
Sementara itu, Takumi—sang pengendara tengah sibuk dengan jantung serta pemikirannya—hingga tak menyadari bahwa ada tupai yang melintas di depannya. Sontak saja sepeda yang dibawa Takumi oleng, dan mengakibatkan kedua orang itu terjatuh ke tumpukan daun yang berguguran.
"Oi, kau tidak apa—" kata-kata yang hendak keluar dari mulut Takumi dipotong oleh daun-daun yang dilemparkan wajah dengan tidak elitnya. Si pelaku sibuk tertawa- tawa, sambil berdiri dari posisi duduknya lalu membersihkan seragamnya. Oh, tentu saja Takumi tidak akan terima atas perbuatan gadis itu. Dan dimulailah perang saling lempar daun ala Kurogane Luna dan Takumi Aldini.
"Ngomong-ngomong, sepertinya kita sudah terlalu telat."
"Akh! Aku lupa!"
"Sudahlah, ayo bolos!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top