夏
Musim panas dengan pesona festivalnya.
Ayo kita nikmati bersama!
.
.
.
"Nii-chan, lihat! Kembang api-nya sudah dinyalakan! Indahnya."
"Kau benar, Isami. Tapi bukannya ini terlalu awal untuk menyalakan kembang api," ucap Takumi sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Netra biru lautnya menatap kembang api yang meledak-ledak di angkasa dengan raut wajah terkesan. Ini memang bukan pertama kalinya Kembar Aldini datang ke festival musim panas, tapi tetap saja setiap tahunnya selalu berkesan di hati mereka.
"Ngomong-ngomong, nii-chan, Luna-san dimana?" tanya Isami yang daritadi melirik sekitar tapi belum mendapati sang gadis yang mengajak mereka untuk datang ke festival itu. "Aku juga tidak tahu ... sudahlah ayo cari sesuatu untuk dimakan, mungkin saja kita akan bertemu dengannya di jalan nanti," jawab Takumi sambil menarik sang adik untuk mengikutinya.
Isami tiba-tiba menahan pundak kakaknya, membuat Takumi melirik adiknya dengan keheranan. "Ne, nii-chan, itu Luna-san, bukan?" ucap si pemuda berambut coklat sambil menunjuk seseorang yang tengah berdiri di bawah pohon. Kedua mata Takumi meneliti sosok tersebut dengan seksama.
Sosok itu tampak seperti seorang miko, tapi dengan hakama biru tua dan haori dengan warna yang sama. Rambut biru muda yang diikat longgar dan disampirkan ke bahu, mata biru tua yang asik melihat pohon dihadapannya, dan topeng rubah yang dipasang di sisi lain wajahnya. Tak lupa sebuah pedang panjang yang berada pada pinggang sang gadis.
Merasa ada yang berjalan mendekatinya, Luna melihat ke sekelilingnya dan mendapati sepasang anak kembar yang ditunggunya sedari tadi tengah berjalan dengan susah payah ke arahnya. Ia tertawa kecil melihat pemandangan bagaimana mereka berdua masih kesusahan berjalan dengan menggunakan yukata.
"Akhirnya kami menemukanmu." Takumi mengelap keringat di dahinya, lalu menarik napas perlahan. Luna kembali tertawa sambil menepuk punggung si pirang dengan lembut, "Dan juga ... bisa jelaskan kenapa kau membawa katana?" Tawa Luna langsung reda seketika, tangannya dengan sigap mengeluarkan pedang itu dari sarungnya sambil bergaya akan menebas seseorang. "Tentu saja, untuk menebas mahluk yang tidak diinginkan. Dan kau mengerti maksudku, bukan?"
Takumi mengedipkan matanya beberapa kali, ia sudah tak mengerti lagi dengan isi pemikiran si pemilik marga Kurogane di depannya ini. "Tenanglah, Takumi. Ini hanya pedang mainan. Ah, ngomong-ngomong kemana Isami?" Takumi langsung melihat ke sekitarnya, dan benar apa yang dikatakan Luna, adiknya sudah menghilang tanpa jejak, lagi. Keduanya menghela napas berat secara bersamaa, sepertinya ini akan menjadi malam yang panjang.
---
"Hei, Takumi, kau baik?"
Takumi hanya mengganguk, walaupun daritadi ia terlihat seperti orang yang sesak napas. "Ayo," ucap sang pemuda sambil berjalan mendahului Luna. Sebekum Takumi dapat berjalan lebih jauh, Luna langsung meraih tangan Takumi dan menggenggamnya dengan erat. Tentu saja, sebagai seorang tsun wajah Takumi langsung merona hebat. "OI! APA YANG KAU LAKUKAN!" pekik sang pemuda Italia itu.
"Hmm, entahlah, tapi dengan begini kau merasa lebih lega, bukan? Jadi cukup basa-basinya dan ayo cari Isami."
"Jangan katakan hal seperti itu saat kau menggenggam tanganku dan memasang wajah manis seperti itu. Kau membuat jantungku tak mau diam."
"Kau bilang sesuatu tadi, Takumi?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top