Day 13 - Logically Attractive

Sebenarnya tidak ada tujuan utama, hanya rasa penasaran yang timbul karena bisik-bisik teman sekelas tentang aplikasi membaca fanfiksi. Kata mereka di tempat ini ada berbagai macam cerita di luar alur tentang sebuah karya. Bukannya tidak puas dengan alur Ways of Survival, Dokja hanya ingin mencari tahu hal lain. Mungkin ia bisa menemukan penggemar sepertinya, atau mungkin bisa menemukan ide ketika Yoo Joonghyuk tidak sengsara.

Laman aplikasi dibuka, Dokja mengisi baris pencarian dengan nama sang pemeran utama. Beberapa entri muncul menggugah semangat.

Cerita pertama yang ia buka memiliki latar kehidupan normal dimana Yoo Joonghyuk adalah pekerja kantor yang berusaha naik jabatan di tahun keduanya berkerja. Tidak terlalu menegangkan dan Dokja sedikit terganggu pada penggambaran sang penulis tentang Joonghyuk yang disiplin berlebihan.

Tapi cukup menyenangkan.

Memasuki cerita kedua yang cukup panjang, Dokja mendapati Joonghyuk menjadi seorang agen rahasia yang menjalankan misi di Lebanon. Menegangkan. Penggambaran Joonghyuk sangat luar biasa. Ia mengangkat senapan, menggunakan walkie talky, dengan sepatu boot keras, dan latar penuh asap granat. Sikap heroiknya, serta pemikiran yang tangkas, kemampuan bertarung, dan ketidakmampuannya mengekspresikan diri, Dokja menyukai cerita yang satu ini.

Cerita itu selesai dibaca ketika malam mulai berwarna. Lampu-lampu jalan menyala dan langit gelap. Dokja menutup gorden setelah mandi, makan malam berupa mie cup dengan irisan daun bawang, lalu kembali masuk ke selimutnya untuk membaca cerita yang lain.

Romansa.

Berlatar Eropa klasik dan Yoo Joonghyuk memiliki seorang kekasih. Kalimat yang mengawalinya kurang lebih seperti ini.

Orang-orang jatuh cinta tanpa perencanaan.

Alis Dokja sedikit naik. Kalimat itu memang bernuansa sangat romantis dan ia penasaran pada apa yang akan terjadi selanjutnya.

Gadis itu berambut hitam dengan mata seperti kayu eboni. Setiap ia melangkah dengan pijakan lembut, aroma rosemary tertinggal di belakangnya.

Dokja tidak terlalu menyukai roman, namun karena cerita ini tentang Yoo Joonghyuk, mau tak mau ia penasaran. Bagaimana Yoo Joonghyuk dalam percintaan, perasaannya, tingkah lakunya. Apa dia akan terbuka pada pasangannya atau mungkin tetap bersikap datar dan pelit berkata. Dokja ingin tahu.

Sejauh mata membaca, Dokja mendapati kisah itu cukup manis juga ternyata. Yoo Joonghyuk adalah ksatria yang menjadi Pahlawan Kerajaan. Ia melakukan perjalanan, mengalahkan Iblis yang jahat, terluka, berdarah, namun membawa kemenangan dan kebanggaan. Sementara sang gadis hanya budak. Kasta terendah yang melihat dari jauh. Menyukai dalam diam dan tidak bisa menyentuh. Mereka terlalu berbeda.

Tuannya kasar. Ia dipaksa hidup di daerah kumuh, makan makanan sisa, bersama orang-orang kotor lainnya. Tiap hari gadis itu terluka. Disiksa. Dicela. Ia merasa begitu rendah dan hina.

Dokja hanya bisa melihat dengan datar baris-baris kalimat dan mengumpat karena ia memahami dengan jelas perasaan gadis itu. Orang yang terbuang dan tidak punya siapa-siapa selain cinta pada Yoo Joonghyuk.

Selain gawai yang tengah ia genggam dan nama yang selalu menjadi kekuatannya.

Bagi Dokja dan bagi Sang Gadis, Yoo Joonghyuk adalah penyelamat.

Namun berbeda. Karena takdir Sang Gadis adalah pertemuannya dengan Yoo Joonghyuk, di sebuah malam gelap.

Gadis itu selesai dipukuli. Sepotong roti yang menjadi upahnya direbut beberapa perampok. Ia hendak mati, namun Yoo Joonghyuk, seperti pahlawan mencegahnya lompat dari atas jembatan. Ia merengkuh Sang Gadis yang tengah menangis. Membelai rambut hitamnya, perban di pipinya, luka-luka di tangannya.

Air mata mengalir lebih deras ketika Si Gadis menyadari bahwa Yoo Joonghyuk ada di hadapannya, dengan wajah cemas. Hal yang hanya bisa Dokja bayangkan di kepala.

Bagaimana Yoo Joonghyuk menangkup pipi Sang Gadis, membelai dan menyeka airmatanya, Dokja ingin tahu. Apakah hangat? Apakah kasar? Seperti apa kulit Yoo Joonghyuk? Sepertinya apa lingkar lengan yang bisa merengkuh seluruh pinggul Gadis itu. Rasa ingin tahu membuat jantung Dokja berdebar.

Tanpa sadar pipinya memerah.

"Cerita roman tidak begitu cocok," adalah yang Dokja ucap sembari menekan tombol kembali. Ia meninggalkan cerita itu di bagian Yoo Joonghyuk dan Sang Gadis memulai pertemuan-pertemuan rahasia. Sebab Dokja tahu bagaimana akhir dari perkembangan alur yang seperti itu. Hanya butuh waktu untuk mereka saling mengatakan cinta, lalu menikah, menghabiskan malam bersama, punya anak, hidup bahagia.

Dokja tidak akan bisa menjadi Heroine yang ada dalam cerita itu.

....Setidaknya, begitu pikiran Dokja tujuh tahun lalu.

"Pikiranmu melayang jauh? Kemana?"

Karena keajaiban telah terjadi dan kini Yoo Joonghyuk ada di sampingnya, merangkul pinggang Dokja dengan wajah cukup dekat sehingga Dokja dapat berkaca di manik hitamnya yang jernih. Ia berbicara dengan nada rendah.

Astaga.

"Apa ada alasan kau bersemu seperti itu, Kim Dokja?"

'Ya. Ada. Dan kau adalah alasan itu!'

Dokja ingin berkata demikian namun detak jantungnya tiba-tiba menggebu lebih cepat karena Joonghyuk semakin dekat.

"Lepas. Lepas!" Ia panik.

"Kenapa?" Bukannya memenuhi perintah, Joonghyuk malah menggunakan satu tangan yang bebas untuk merangkul Dokja dari arah lain. Mereka seperti berpelukan. "Kau terlihat lebih konyol saat panik."

Seingat Dokja, tidak ada adegan canggung dengan senyum menyebalkan Joonghyuk di dalam fiksi yang ia baca.

"Kau tidak bisa bertingkah seperti pria lembut?" Cibir Dokja dengan tangan sedia meremas lengan Joonghyuk yang malah menarik lebih erat. "Hei, tulangku bisa hancur!"

Akhirnya rangkulan Joonghyuk melonggar sehingga Dokja bisa menarik napas dengan lebih leluasa.

"Kau benar-benar tidak punya sisi-"

Kecupan mendarat di kening. Dokja seketika bungkam. Ia menengadah dan melihat Sang Pemberi kecupan itu. Namun begitu mata mereka bertemu, satu kecupan lagi kembali mendarat di bibir.

Dokja tersentak. Kakinya berjinjit sebagai reaksi seketika.

"Hh..."

"-lembut?" Joonghyuk berkomentar tentang ciumannya sendiri. "Kau ingin katakan itu tadi?"

Pipi Dokja benar-benar terbakar saat ini.

Ah... Bisa saja dia melakukan hal aneh namun Dokja tetap menganggapnya manis. Ia memang tampan, tapi kadang Dokja cukup kesal pada diri sendiri karena tidak bisa sepenuhnya membenci karakter Yoo Joonghyuk.

"Kau benar-benar menyebalkan."

Sangat berbeda dengan Yoo Joonghyuk dalam fanfiksi yang selalu melakukan hal manis, memanjakan, dan lainnya. Yoo Joonghyuk yang ada di hadapan Dokja bahkan tidak paham batas-batas interaksi sesama manusia.

"Tapi aku tetap favoritmu?"

Sayangnya, "Ya."

Sampai kapanpun.

END

Day 13
SeaglassNst

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top