Prolog

Wanita muda itu kembali mengecek penampilannya. Bayangan sosok di dalam cermin sungguh cantik dan anggun. Gaun mewah berwarna putih mengembang sempurna dihiasi kristal yang menambah indah dan bersinar. Rambut panjang coklat madunya di sanggul dan di hiasi tiara cantik. Tidak lupa wajahnya pun di rias cantik oleh make up artist ternama. Namun tidak ada senyum sedikitpun di wajah wanita yang sudah tampil sempurna di hari besarnya ini.

“Kamu cantik….sangat cantik….”gumam suara seorang wanita lain dari belakang.

Wanita muda bergaun putih mengangkat wajah dan melihat wajah pemilik suara tadi melalui cermin. Ia tersenyum tipis dengan hati miris melihat kakaknya datang dengan kursi rodanya. Makin hari kakaknya terlihat makin pucat dan kurus. Rona yang selalu mewarnai wajahnya kini sudah tidak ada lagi. Kakaknya selalu tampak kelelahan dan sakit.

“Seharusnya kakak yang memakai gaun ini.”lirih Alexa.

Allysa menatap gaun yang awalnya akan ia pakai. Gaun yang sudah menjadi impiannya. Serta hasil kerja kerasnya selama ini. “Sekarang kamu pengantinnya. Aku merancangnya untukmu.”

Alexa mendengus. “Kakak bohong.”

“Kamu harus bahagia dengannya.”

“Bagaimana aku bisa bahagia jika dia mencintaimu, kak?! Bukan aku!”

Allysa mendesah. Ia tampak menahan sakit. Membuat adiknya menyesal sudah berkata demikian. “Perlahan dia akan mencintaimu. Kakak yakin itu. Cinta akan datang karena terbiasa, Alexa.”

Alexa memilih diam. Ia tidak mau membuat kakaknya cemas dan banyak berpikir. Sudah cukup penderitaannya selama ini akibat penyakit serta masalah lain.

Allysa Winston adalah putri sulung dari keluarga Winston. Ia dijodohkan dengan putra keluarga William, Henry. Allysa yang cantik dan lembut memikat perhatian Henry. Ke dua orang itu saling jatuh hati dan mencintai. Namun Allysa mengidap penyakit kanker ganas dan di vonis hanya bisa hidup dalam waktu enam bulan lagi. Penyakit ini membuat Allysa memutuskan untuk mundur dari perjodohan. Karena persiapan pernikahan yang sudah hampir selesai, Allysa meminta keluarga agar Alexa yang menggantikan dirinya.

Awalnya Alexa menentang permintaan gila kakaknya. Alexa sangat tahu mereka berdua saling mencintai. Ia tidak mungkin menikah dengan pria yang dicintai kakaknya dan ia tidak memiliki perasaan apapun pada Henry. Allysa terus memohon dan mendesak. Dan sebagai permintaan terakhir Allysa, Alexa terpaksa mengabulkannya. Ia akan menggantikan kakaknya.

Alexa perlahan bangkit dan menghadap kakaknya yang menahan napas kagum melihat penampilan sempurnanya. Alexa mendekat dan berlutut di hadapan Allysa. “Kakak yakin dengan keputusanmu? Masih ada waktu jika kakak berubah pikiran, kak.”pintanya.

Allysa menatap Alexa dengan sendu. Hatinya perih, sudah pasti. Bagaimana ia tidak merasa pedih membiarkan pria yang ia cintai menikah dengan wanita lain, meski wanita itu adalah adiknya sendiri. Tapi ia tahu hidupnya tidak akan lama lagi. Ia tidak meninggalkan Henry sendirian. Allysa menggelengkan kepala perlahan.

“Tidak. Kakak sudah mantap dengan keputusan ini.”gumam Allysa lirih.

Alexa mendesah. “Kak, apa kamu yakin? Apa kakak tidak mau menghabiskan waktu berdua dengannya sebelum kakak….”ucapannya terhenti karena menyadari ia tidak pantas mengatakan kata itu.

Allysa tersenyum tipis. Ia mengusap wajah Alexa. “Tidak apa. Kakak tahu apa maksudmu. Kakak memilih menghabiskan waktuku bersama papa dan mama.”

“Aku juga ingin bersama kakak!”

“Kau akan selalu bersamaku, Alexa.”

“Kak….”

Perkataan Alexa kembali terhenti karena pintu terbuka dan menampakkan seorang pria dengan wanita berdiri.

“Papa…mama…”ujar Alexa berdiri.

“Kamu cantik sekali…”gumam Alice, mama mereka, menghampiri dan memeluk Alexa. Wanita itu melepaskan pelukannya dan menatap putri bungsunya dengan terharu.

“Mama.”lirih Alexa. Ingin sekali ia memohon kepada mamanya agar memikirkan kembali keputusan perjodohan mereka.

“Papa, Alexa sangat cantik ya.”ujar Allysa.

Alexa melihat kakaknya tersenyum lembut. Tapi ia tahu kakaknya memaksa tersenyum. Hatinya terasa miris.

Albert tersenyum mengangguk. “Sangat cantik. Kamu sudah dewasa. Rasanya baru kemarin papa mengendongmu.”ucapnya sendu.

“Papa….mama….”lirih Alexa.

“Ayo jangan menangis. Nanti make up nya luntur.”tukas Albert. “Kita turun ya.”

Alexa mengangguk. Ia sudah tidak bisa mundur lagi. Alexa menyelipkan tangan di lengan Albert dan melangkah keluar. Sementara Alice mendorong kursi roda Allysa.

Alice dan Allysa langsung masuk ke dalam gereja. Duduk di deretan paling depan yang sudah disiapkan untuk keluarga. Sementara Albert dan Alexa menunggu di depan menanti tanda untuk masuk dari event organizer. 

Suasana menjadi senyap saat pintu masuk gereja terbuka. Alexa berjalan masuk dalam gandengan Albert. Alunan musik pernikahan terdengar dan menambah hikmah suasana. Alice mengusap air mata yang menetes, begitu pula dengan Allysa. Hati Allysa pedih tapi ia sudah memantapkan hati. Gadis itu berusaha tegar. Memasang senyum yang ditujukan pada adiknya.

Alexa menahan napas. Ia tidak bisa melihat kakaknya. Sosok yang seharusnya berjalan di atas karpet merah bersama ayahnya dan memakai gaun hasil rancangannya sendiri. Matanya beralih menatap ke arah depan. Ke altar. Di mana sudah berdiri pria yang akan menjadi suaminya.

Henry William. Pria itu tampak gagah dan tampan dengan balutan jas hitam. Sosok pria yang selalu menarik perhatian para wanita. Senyum yang selalu membuat hati kaum hawa meleleh. Tapi tidak dengan dirinya. Alexa tidak memiliki perasaan apapun terhadap Henry.

Albert mengulurkan tangan Alexa kepada Henry. Menyerahkan putri bungsunya ke dalam perlindungan dan tanggung jawab Henry.

“Jaga putriku. Aku percaya padamu.”gumam Albert menepuk bahu Henry yang mengangguk.

Henry mengarahkan Alexa untuk berdiri menghadap seorang pastur dan upacara sakral mereka pun di mulai. Alexa merasa hatinya hampa. Ia tidak mendengar perkataan pastur. Hanya mengikuti alur hingga ia mengucapkan sumpah setia pernikahan.

Sampai tiba waktunya mempelai pria membuka kerudung mempelai wanita.  Tangan Henry mengangkat pelan sehelai kain tipis yang menutupi wajah Alexa. Mata pria itu tertegun. Begitu pula dengan Alexa. Alexa seolah terhipnotis dengan mata biru indah milik Henry.  Namun tatapan itu hanya sesaat. Sorot mata Henry kembali datar. Dengan singkat Henry mengecup kening Alexa.

Alexa menahan napas saat merasakan sesuatu yang lembut dan basah menyentuh keningnya. Ia bisa menghirup aroma parfum khas pria. Ia mengerjapkan mata saat hembusan napas Henry menyapu pelan wajahnya. Pertama kalinya ia berdekatan dengan Henry. Membuat dirinya seakan tidak karuan. Tapi sedetik kemudian ia kembali menguasai diri dan bersikap biasa lagi.







Tbc

Hai hadir lagi dgn cerita baruku...gmn, lanjut ato tidak nih?! 🤭

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top