7. Keinna Ganuo

Part 7 Keinnan Ganuo

Tiga tahun yang lalu …

‘Kau akan menikahinya?’

‘Kau mendengarku.’

‘Apakah hanya sebatas ini hubungan kita?’

‘Tidak, tapi hubungan ini tak akan berlanjut.’

‘Kau serius mengatakannya?’

‘Aku tak pernah lebih serius dari ini.’

Rosaline membeku, kedua matanya mulai digenangi air mata. ‘Kau lebih memilih kebahagiaan adikmu dibandingkan dengan cinta kita?’

Kei tak menjawab. Membuat Rosaline maju dua langkah dan memegang kedua pundak pria itu untuk mengguncangnya. Menyadarkan pria itu dari pikirannya yang sedang kalut. Sedang sedikit menggila karena pertengkaran mereka terakhir kali. 

‘Kau lebih memilih adikmu dibandingkan kebahagiaanmu sendiri?’

‘Aku tak akan bahagia jika melihat Celin tidak bahagia.’

‘Adikmu yang egois. Kita lebih dulu bertemu dan menjalin hubungan ini.’

Tatapan Kei mengeras. Tak suka dengan pemilihan kata yang dipilih oleh Rosaline. ‘Kau bilang Celin egois?’

‘Apakah aku salah?’ Rosaline mulai diselimuti emosi. ‘Kenapa dia hanya memikirkan dirinya sendiri? Kenapa dia hanya tahu tentang kebahagiaannya sendiri? Hanya karena kau begitu menyayanginya, bukan berarti dia bisa merebut semua kebahagiaanmu, kan?’

‘Kau tak tahu apa pun tentang adikku, Celin. Kau bahkan tak pernah ingin tahu tentang keluargaku.’

‘Aku bukan tak ingin,’ koreksi Rosaline penuh penekanan. 

‘Kau tak menyukainya karena adikku yang selalu menggantungkan diri padaku. Terlalu manja dan menganggap dunia hanyalah dongeng. Bertemu pangeran tampan dan ingin menikahinya. Asal kau tahu, aku tak keberatan membuat dunia ini menjadi dongeng untuk mereka. Memastikan mereka mendapatkan pria yang akan membahagiakannya dengan seluruh hal yang dimilikinya. Dan bahkan aku akan …’

‘Kau bahkan lebih egois dari Celin dan Celena!’ jerit Rosaline tak tahan lagi. ‘Kasih sayangmu pada mereka tak lebih dari sebuah keegoisan, Kei. Tidakkah kau menyadarinya.’

‘Ya, biarkan begitu jika kau berpikir seperti itu.’

Mulut Rosaline menganga tak percaya. Patah hati, kecewa, dan amarah berkumpul jadi satu. ‘Sungguh kau akan mencampakkanku hanya karena adikmu?’

‘Sekarang aku tak ragu lagi.’

Mata Rosaline berkedip, berusaha tak mempercayai apa yang baru saja didengarnya. ‘Lalu … apakah menurutmu Celin akan bahagia jika dia tahu kau mengorbankan hubungan kita untuknya cintanya?’

‘Dia tak akan tahu.’ Kei menyeringai. ‘Tak ada yang perlu tahu hubungan kita, Rosaline. Besok keluargaku akan datang untuk melamar Leta. Adik angkatmu.’

*** 

“Kau sudah bangun?” Kei berhenti mengayun tubuhnya dan membaringkan baby Ace boks bayi yang ada di samping tempat tidur. 

Leta menyingkap selimutnya dan menatap gorden yang sudah terbuka dan cahaya matahari memasuki seluruh ruangan. Jam delapan lebih sedikit. Beberapa kali ia sempat terbangun tadi malam. Terakhir kali jam empat pagi untuk mengganti popok baby Ace.

“Kau akan mulai ke kantor?”

Kei mengangguk. “Siang nanti akan ada pekerja yang merombak ruangan ini dan memisahkan kamar kita dengan baby Ace.”

“Kenapa?”

“Beberapa malam ini kau tidak istirahat dengan baik karena terbangun oleh suara tangis baby Ace. Mungkin …”

“Apa?!” Leta menyesali suaranya yang keluar sedikit lebih keras. Ia hanya terkejut. Kemudian menurunkan kedua kakinya dan berdiri menghadap Kei yang berdiri di seberang tempat tidur. “Kau akan memindahkannya hanya karena itu?”

“Dia mengganggu waktu istirahatmu.”

Leta tercekat napasnya sendiri. “Ya, dia memang mengganggu waktu istirahatku. Tapi aku ibunya dan dia anakku, kan?”

Kei terdiam, keningnya berkerut dengan kekesalan yang tiba-tiba ditunjukkan oleh Wanita itu. “Ada yang salah dengan rencanaku?”

“Tentu saja. Bahkan pikiranmu kalau dia menggangguku sudah salah besar. Aku ibunya, kenapa aku harus merasa keberatan dengan tangisannya di tengah malam. Rengekannya ketika dia membutuhkan sesuatu. Dia masih bayi, belum bisa bicara untuk mengatakan kebutuhannya.”

Kei terpaku selama beberapa saat kemudian mengangguk. “Baiklah. Aku hanya berpikir ingatanmu yang hilang akan membuatmu kesulitan beradaptasi dengan situasi kita saat ini.”

Kerutan di kening Leta semakin bertumpuk dengan jawaban santai Kei. Seolah pria itu baru saja tidak sedang menyinggung perasaannya. Orang gila macam apa yang akan menyingkirkan anaknya hanya karena mengganggu tidurnya di malam hari?

“Aku hanya kehilangan ingatanku. Bukan mendadak gila,” sengit Leta dengan suara rendah. Tak ingin mengganggu putra mereka yang baru saja terlelap. Ia berjalan memutari tempat tidur dan berdiri di samping boks bayi. “Berangkatlah, aku yang akan mengurus baby Ace.”

Kei menahan senyumnya. Pria itu kemudian mengambil jasnya di ujung tempat tidur dan mengenakannya. Mendekati Leta dan sedikit membungkuk untuk mengecup bibir sang istri.

Leta tercekat, menarik kepalanya menjauh karena tak menyangka dengan ciuman tiba-tiba tersebut. Menutup bibirnya dengan telapak tangan tetapi ia bisa merasakan wajahnya yang merah padam dan berkata, “Aku sudah bilang tidak terbiasa dengan hal ini, Kei.”

Kei mendengus. “Kalau begitu mulailah terbiasa. Kau hanya hilang ingatan, kan? Bukan kehilangan suamimu.”

Leta membuang wajahnya, tak bisa menahan rasa malu dan gugupnya dengan tatapan Kei yang begitu intens sebelum pria itu membalikkan badan dan berjalan menuju pintu.

Napas Leta seolah kembali setelah Kei menutup pintu. Merasakan jantungnya yang berdebar dengan keras. Sekaligus dadanya yang terasa penuh. Ia menarik napas dalam dan mengembuskannya dengan perlahan. Mengulangnya beberapa kali sampai degupan di dadanya kembali normal.

Ya, Kei suaminya. Pria yang ia cintai. Hanya ingatannya yang lupa, tubuhnya tetap ingat bagaimana harus bereaksi dengan perasaan cintanya pada sang suami.

Leta mengulang kalimat tersebut di benaknya. Meyakinkan dirinya bahwa semua ini adalah kenyataan yang dimilikinya.

*** 

“Nona Rosaline.”

Wajah Kei seketika mengeras dengan nama wanita yang sedang menunggu di ruangannya. Menatap tajam sang asisten  yang seketika menundukkan kepala. “Kedua kali dia ada di ruanganku, pecat dirimu sendiri.”

“Baik, Tuan.” Asisten wanita itu mengangguk dan membukakan pintu.

“Kenapa kau terlalu keras pada karyawanmu, Kei?” Rosaline berdiri tepat di ambang pintu, dengan senyum semringah yang begitu lebar menghiasi seluruh permukaan wajahnya. Begitu pun dengan binar cinta di kedua matanya. “Kau tak bisa memutus hubungan keluarga begitu saja. Kalaupun kau bercerai dengan Leta, Rayyan masih menikah dengan Celin. Jadi kita masih akan sering bertemu.”

Kei menatap sang asisten yang kemudian menahan pintu tetap terbuka. “Ada hal lain yang ingin kaukatakan?”

“Ya, aku merindukanmu. Terakhir kali, aku tak mungkin mengatakannya di depan Leta, kan?”

“Maaf harus mengatakannya. Aku tak peduli dan tak akan peduli,” balas Kei dengan dingin.

Rosaline tak terpengaruh dengan kata-kata dingin Kei. Ia sudah terbiasa mendengarnya. “Kuharap ingatan Leta segera kembali.”

“Apa pun yang kau harapkan tak akan mengubah apa pun.”

“Kau yakin?” seringai Rosaline tersungging tinggi. “Dia sudah memberikan restunya untuk hubungan kita. Sayang sekali dia harus membangun rumah yang kau siapkan untuk masa depan kita.”

Kei mengangkat pergelangan tangannya. “Setelah dua minggu banyak pekerjaanku tertunda karena istri dan anakku membutuhkanku, kuharap sekarang kau tak menggangguku, Rosaline. Ada banyak hal penting yang harus kulakukan tanpa ocehanmu.”

Sang asisten yang langsung menangkap maksud tatapan sang bos pun segera memegang lengan Rosaline.

Rosaline menahan amarahnya. Menyentakkan tangan asisten tersebut. “Sebaiknya kau bersiap kehilangan asistenmu yang satu ini,” ucapnya sebelum berjalan keluar. 

“Hubungi keamanan untuk memastikannya tidak masuk ke gedung ini,” perintah Kei sebelum duduk di balik mejanya. Pikirannya kembali berkecamuk. Ya, ia pernah begitu menginginkan Rosalinelah wanita yang menjadi istrinya. Di antara banyaknya wanita yang mengelilingi hidupnya, hanya Rosaline wanita yang membuatnya memikirkan sebuah pernikahan. Hanya Rosaline wanita yang ia pikirkan akan mengenakan gaun pengantin di hari pernikahannya. Hanya Rosaline wanita yang membuatnya memikirkan tentang sebuah rumah. Ia sudah mempersiapkan segala hal tentang pernikahan dan rumah tangga untuk wanita itu.

Akan tetapi, semua berubah setelah ia tahu Celin mencintai Rayyan. Dan ia tahu hubungannya dan Rosaline tak akan berakhir seperti yang sudah ia rancang. Gaun pengantin itu tidak akan dipakai oleh Rosaline, dan bukan Rosaline wanita yang akan menempati rumahnya. Ia memendam semua mimpi itu. Dan semakin yakin untuk membuang impian itu ketika tahu Rayyan dan Leta rupanya saling mencintai.

Katakan ia egois sebagai seorang kakak, memisahkan pasangan kekasih yang sedang di mabuk kepayang tersebut. Tetapi … bukankah pernikahan Rayyan dan Leta tak akan membawa apa pun selain kebahagian pasangan itu. Jadi dengan pernikahan Rayyan dan Celin, juga pernikahannya dan Leta. Maka wajah dan bisnis keluarga Syailendra akan diuntungkan banyak dengan kedua hubungan tersebut. Lebih banyak orang mendapatkan kebahagiaan tersebut. Celin tak perlu patah hati, dan ia yakin adiknya lebih mudah dicintai oleh Rayyan. Begitu pun dengan dirinya untuk menggantikan Rayyan di hati Leta.

Satu desahan kasar lolos di antara celah bibirnya. Memikirkan betapa angkuhnya dirinya dengan pemikiran semacam itu. Hingga pada akhirnya perasaan sentimental Rayyan dan Leta yang lebih sulit ia taklukkan. Jauh lebih sulit dari yang ia perhitungkan.

‘Satu kali kesedihan dan air mata Celin yang kau tumpahkan, aku akan memastikan Leta mendapatkan tiga kali lipat dari yang didapatkan adikku.’

Setidaknya ancaman tersebut akhirnya berhasil membuat Rayyan menerima cinta Celin. Hubungan mereka berjalan lancar, bahkan Rayyan pada akhirnya menikahi Celin. Ya, setidaknya untuk sang adik. Tidak perlu dengan rumah tangganya.

Ia sudah cukup sulit membuat Leta memahami pernikahan mereka. Pemaksaan dan ancaman kerap kali mewarnai awal pernikahan mereka. Beruntung setidaknya wanita itu patuh jika ia mengungkit tentang bisnis keluarga mereka yang akan ia pastikan bangkrut jika mereka bercerai.

Kei segera mengenyahkan ingatan itu. Menyingkirkan pernikahan mereka yang jauh dari kata baik. Sekarang ia sudah memiliki seorang putra dengan Leta. Itu artinya hubungan mereka akan jauh lebih kuat dari sebelumnya. Leta akan lebih sulit berpisah darinya. Karena satu langkah Leta meninggalkannya, wanita itu tak akan pernah melihat wajah putra mereka untuk selamanya.

Katakan ia berengsek yang licik. Itu nama tengahnya. Keinnan -Berengsek-Ganuo, kan?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top