3. Rayyan Syailendra

Part 3 Rayyan Syailendra

“Ya, kau melakukan kesalahan besar dengan tidak mengingatku. Suamimu sendiri.” Suara Kei terdengar gusar dan lagi-lagi sulit untuk mengendalikan amarahnya.

“Kau pikir aku juga menginginkan kejadian ini?” Leta pun kesulitan untuk mengendalikan emosinya. “Sebenarnya pernikahan macam apa yang kita jalani? Apa aku menginginkan pernikahan ini? Apa kau benar-benar menginginkannya juga?”

Kei terdiam, perlahan mengembalikan ketenangannya melihat napas Leta yang juga tersengal oleh emosi. “Pernikahan yang tidak mudah. Tapi kita bertahan. Tiga tahun, dan aku tak berniat mengakhirinya.”

Leta pun ikut terdiam dengan suara Kei yang melunak. Ya, jika melihat ingatan-ingatan terakhir yang masih tersisa di kepalanya. Pernikahan mereka jelas tidak mudah. Ia tak benar-benar mengenal seorang Kei Ganuo dan jelas bukan pria yang akan dinikahinya. Apakah ini karena perjodohan? Perjodohan keluarga.

Satu-satunya orang yang terbersit di benaknya akan melakukan perjodohan ini adalah tante Sesil. Wanita cantik dan hangat itu menyukainya. Sudah menganggapnya sebagai putri sendiri karena kedekatan keluarga mereka dengan keluarga angkatnya. Pun dia hanya seorang anak angkat di keluarganya.

Dan baru saja ia memikirkan keluarga angkatnya. Mama dan papanya datang keesokan hari untuk menjenguknya. Aldrin dan Adiva Syailendra, orang tua angkat yang mengadopsinya saat masih berumur 7 tahun, beberapa bulan setelah kematian putri tunggal mereka. Ya, dirinya hanya sebagai pengganti untuk luka menganga pasangan paruh baya tersebut. Dan Leta masih mengingat semua itu.

Senyum hangat dan penuh kasih sayang kedua orang tuanya sejenak menenangkan dirinya di tengah kebingungan yang masih melandanya. 

“Mama harap ingatanmu cepat kembali.” Adiva merangkul sang putri dan mengecup ujung kepala Leta dengan lembut. “Maaf mama kemarin tidak bisa datang. Rosaline sedikit tidak enak badan dan papamu harus keluar kota. Besok mama akan kembali.”

“Mama setiap hari ke rumah sakit?”

“Ya, tentu saja, sayang.” Adiva menyelipkan helaian rambut Leta ke belakang. Menatap wajah sang putri dengan penuh sayang. Kedua matanya mulai tampak berkaca, menggenggam tangan Leta terlalu kuat. “Mama sangat lega akhirnya kau bangun. Mama takut kehilanganmu.”

Aldrin mendekat, merangkul sang istri. “Leta tidak akan ke mana-mana, Diva,” ucapnya lembut. “Dokter sudah mengatakannya berkali-kali dan kau masih saja tak percaya. Sekarang lihatlah, dia baik-baik saja. Juga cucumu.”

Adiva mengangguk. Mengusap air mata yang jatuh dan kembali memeluk Leta. Sebelum kemudian perhatian keduanya teralih pada baby Ace.

Senyum Leta melengkung penuh haru mengamati pemandangan tersebut. Ya, orang tua angkatnya adalah anugerah terbaik yang datang di hidupnya.

“Rayyan sebentar lagi datang. Sekalian mengantar istrinya kontrol kandungan,” beritahu Adiva setelah sejenak melihat layar ponselnya.

“K-kak Rayyan?” Leta membeku.

Adiva mengangguk. Menunjukkan layar ponselnya yang masih menyala dan menampilkan pesan dari sang putra. “Mama kemarin sudah menyuruhnya untuk cepat-cepat datang saat mendengar kabar kau sudah bangun. Tapi istrinya juga sedang tidak enak badan, jadi hari ini baru bisa.”

“I-istri?”

“Ah …” Adiva tersadar. “Kau juga tak ingat kalau Rayyan sudah menikah, ya?”

Leta menggeleng pelan. Sesuatu terasa patah di dadanya.

“Ya, dia menikah dengan Celin. Adik Kei, suamimu.”

Mata Leta mengerjap, menatap Kei yang duduk di sofa. Menatap lurus ke arahnya dengan tajam. Apakah Kei tahu? Tahu kalau Rayyanlah pria yang ia cintai? Pernah ia cintai.

“Leta tidak ingat, Ma.” Leta mengalihkan tatapannya dan menatap sang mama. Memasang senyum seapik mungkin.

“Sudah setahunan. Celin juga sedang hamil. Enam bulan,” tambah Adiva lagi, yang kemudian menghela napas panjang dan rendah. “Kau dan Rayyan sudah memiliki rumah tangga. Sekarang mama hanya perlu fokus pada Rosaline. Ini sudah ke seratus kali kencan butanya gagal dan sekarang dia malah memperkenalkan pria yang …” Mata Adiva berputar dengan jengah. “Mama tak tahu bagaimana …”

“Diva?” panggil Aldrin menghentikan celoteh sang istri. “Kau membuat Leta tertekan. Dia masih kebingungan dengan semua ini.”

“Maaf, sayang.” Adiva segera tersadar.

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian ketiganya. Napas Leta tertahan, jantungnya seolah ikut berhenti berdetak ketika sang mama berjalan menuju pintu dan membukanya untuk seseorang yang sedang mereka tunggu. Leta menggigit bibir bagian dalamnya, perlahan pintu terbuka dan sesosok pria yang berjalan masuk seolah menghentikan waktu Leta.

Pria jangkung dengan rambut yang disisir rapi ke belakang dan senyum manis yang menghangatkan tersebut langsung menatapnya. Pandangan mereka langsung bertemu. Untuk beberapa detik saling mengunci pandangan.

“Buang apa pun itu yang ada di pikiranmu, istriku.” Desisan tajam yang menusuk telinga segera menyadarkan Leta. Tubuh Kei sudah menghadang di antara wanita itu dan Rayyan.

“A-apa?” Leta terbata dan wajahnya memerah.

Kei menyeringai saat berbisik lirih. “Ya, aku tahu. Aku tahu hubunganmu dan Rayyan.”

Leta menelan ludahnya.

“Kak Kei?” Suara panggilan yang lembut itu membuat Kei membalikkan badan.

“Hai, sayang.” Dalam sekejap, raut dingin Kei berubah lembut dan penuh kehangatan ketika berhadapan dengan sang adik. Memeluk tubuh mungil Celin. “Bagaimana kandunganmu?”

“Masih sering mual, tapi semuanya baik-baik saja.” Celin mengerucutkan bibirnya dan Kei tertawa kecil. Kemudian wanita itu melepaskan pelukan sang kakak dan mendekati Leta. “Bagaimana keadaanmu? Rayyan bilang kau hilang ingatan.”

Leta mengangguk. Tak bisa menahan diri untuk tidak memandang perut Celin yang tampak membesar. 

“Kau masih ingat aku, kan?”

Leta mengembangkan senyumnya dan mengangguk. Celin mendesah lega dan tertawa. “Sebentar, aku ingin melihat baby Ace. Hanya sehari aku tidak melihatnya dan sekarang aku sudah merindukannya.” Dalam sekejap, Leta mendekati boks bayi yang sudah dipenuhi perhatian semua orang.

“Kak Kei, sepertinya baby Ace haus.” Suara Celin mengalihkan perhatian Kei yang gegas ke sudut ruangan dan membuatkan susu untuk baby Ace.

“Hai.” Rayyan mendekati Leta. “Semuanya baik-baik saja?”

Senyum Leta mendadak menjadi canggung ketika sang kakak berada di dekatnya. “Y-ya. Leta baik-baik saja, Kak.”

“Tidak dengan ingatanmu.”

Leta mengangguk pelan. “Leta masih ingat kak Rayyan,” ucapnya berusaha mencairkan suasana yang terasa membeku di antara keduanya.

“Ya, seharusnya.” Rayyan menoleh ke belakang, menatap punggung Kei yang masih sibuk dengan botol susu baby Ace. “Apa Kei memperlakukanmu dengan baik?”

Leta mengernyit. “Apa maksud kakak?”

“Sebelum kecelakaan, kau menelpon dan meminta tolong padaku.”

Leta membeku.

“Beberapa hari sebelumnya kau menanyakan tentang pengacara dan perceraian. Dan malam itu kau menangis dan meninggalkan rumah kalian. Aku dalam perjalanan menjemputmu saat kau mengalami kecelakaan.” Rayyan diam sejenak. “Itulah sebabnya sekarang aku mempertanyakan apakah Kei memperlakukanmu dengan baik?”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top