1. Ingatan Yang Tercerai
Part 1 Ingatan Yang Tercerai
‘Kau benar. Kau memamg benar.’
‘Apa kau pernah mencintaiku?’
Suara itu bergema di telinganya dan menghilang dengan lenyap ketika matanya terbuka. Tersentak bangun dan membawa kesadarannya kembali. Cahaya putih yang memenuhi pandangannya terlalu terang, membuatnya berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan pandangannya. Rasa haus mencekik tenggorokannya, mengerang pelan dan gerakan dari samping segera mengalihkan perhatiannya.
“Kau haus?” Seorang pria mendekatkan gelas air putih ke bibirnya.
Menepis tanya akan keberadaan pria itu di sampingnya, Leta mengambil beberapa tegukan untuk membasahi tenggorokannya. “Kak Kei?”
Pria itu sempat terkejut dengan panggilannya. Tetapi kemudian meletakkan gelas di nakas dan dengan tatapan yang lembut mulai berbicara. “Kau sudah bangun.”
Leta mengangguk. “Apa yang terjadi?”
“Kau mengalami kecelakaan dan tak sadarkan diri selama beberapa hari. Apa ada bagian tubuhmu yang terasa sakit?”
Leta mengernyit ketika tangannya bergerak dan menyentuh perutnya. “Di sini.”
“Sakit?”
Leta mengangguk dan Kei langsung memencet tombol di samping ranjang.
“Dokter akan segera datang. Tunggu sebentar.”
Leta menjilat bibirnya yang masih terasa kering. Sementara benaknya mencoba mengingat kecelakaan apa yang menimpanya dan di mana. “Kenapa kakak di sini?”
Sekali lagi Kei terkejut dengan pertanyaan tersebut. Menatap wajah pucat wanita itu dan ketika tangannya terulur untuk menyingkirkan helaian rambut di pipi Leta, wanita itu berjengit canggung. “Apa kau tak ingat apa yang terjadi?”
Leta terdiam sejenak, menatap tangan Kei yang masih terulur dan menggeleng pelan. Lagi-lagi mengabaikan kejanggalan yang ia rasakan. Kei Ganuo yang ia kenal tak pernah menatapnya dengan tatapan selembut dan sehangat ini. Kei Ganuo yang ia tahu adalah pria muda dengan sejuta pesona sekaligus keangkuhannya. Pria dingin dan berengsek yang hobi membuat dan mencari masalah. Dan masih banyak lagi daftar hitam lainnya yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata. Cukup nama belakang yang mengikuti seorang Kei, itu sudah menjadi rahasia umum di kalangan mereka. Berbanding terbalik dengan adik bungsunya. Ken Ganuo. Yang memiliki kepribadian supel, hangat, lembut, dan segala kebaikan yang ada.
“Kau tak ingat kecelakaan yang menimpamu?”
Leta menggeleng. Kemudian meringis ketika tubuhnya bergerak.
“Kenapa? Ada yang sakit?”
“Perutku.”
“Bekas operasinya.”
Kedua alis Leta berkerut. “Operasi?”
Kei mengangguk. “Ya, kau harus menjalani operasi cesar untuk menyelamatkan bayi kita. Air ketubannya pecah karena terkena benturan …”
“O-operasi cesar?” Wajah Leta yang pucat semakin pucat. “B-bayi? Apa maksud kakak?”
Kei membeku, sekali lagi menatap keterkejutan dan kebingungan yang bercampur di wajah Leta. “Kau tak ingat semuanya?”
Leta menggeleng dan memangnya berapa banyak ingatan yang tidak bisa ia ingat?
***
‘Jangan katakan omong kosong tentang cinta jika kau tidak bisa mencintai istrimu sendiri. Wanita yang kau nikahi dan akan melahirkan anakmu sendiri.’
Kalimat itu kembali terngiang di benak Kei. Untuk waktu yang cukup lama, ia berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh sang dokter.
Leta mengalami gegar otak ringan karena benturan di kepalanya yang cukup keras. Membuat sebagian ingatannya hilang. “Apakah ingatannya bisa kembali?”
“Ya, tetapi ada kemungkinan ingatan tersebut tidak kembali. Semua …”
“Dia bahkan tak ingat pernikahan kami,” sengit Kei gusar. Menatap sang dokter yang segera beringsut oleh tatapan tajamnya.
“Tenanglah, Kei.” Sang mama, Sesil menyentuh pundaknya dengan lembut. Dan kali ini sentuhan penuh kasih sayang tersebut tidak membuatnya merasa lebih baik.
“Dia hilang ingatan dan yang diingat hanya Ken. Aku suaminya, Ma.”
Sesil terbungkam. Menatap sang dokter untuk segera pergi jika tak ada yang akan dibicarakan lagi tentang sang menantu. Semua kondisi vital Leta cukup baik, begitu pun luka bekas operasi di perut. Meski tidak dengan psikis sang menantu yang masih kebingungan menemukan diri sebagai seorang istri dan ibu.
“Kita akan menjelaskannya dengan perlahan.” Sesil kembali berusaha menenangkan sang putra. Merasakan ketegangan di tubuh Kei yang tak juga mengendor dan ketika menatap sang suami yang berdiri tak jauh dari mereka, Saga juga angkat tangan untuk membuat perasaan putra mereka menjadi lebih baik. “Bayi kalian akan sangat membantunya. Ikatan batin ibu dan anak tak bisa berbohong.”
Kei terdiam. Menghela napas beberapa kali dan perlahan mulai lebih tenang. Ya, mungkin ini ada baiknya untuk hubungan mereka. Memulai semuanya dengan cara yang lebih baik. “Apakah itu artinya Leta juga tak tahu tentang kondisi Ken, kan?”
Sesil terpaku dengan pertanyaan yang menyiratkan sesuatu tersebut. “Apa maksudmu?”
“Dia tak perlu tahu.”
“Kei, kau tahu kalau Leta dan Ken …”
“Tak ada yang tahu Ken sedang koma karena kecelakaan itu. Beruntung setidaknya cucu dan menantu mama bisa selamat.”
“Kau tidak peduli dengan adikmu?”
“Oh, aku peduli. Jika tidak, untuk apa aku menyelamatkan nyawanya. Di saat seharusnya aku membiarkannya mati karena mengkhianatiku.”
“Kau yang mengkhianatinya, Kei. Kau yang …”
“Tidak. Tak ada yang salah dengan yang kulakukan. Leta istriku dan sayangnya Ken adalah adikku. Seolah tak ada orang lain yang harus mengkhianatiku. Mereka berdua mengkhianatiku.”
“Mereka tidak seperti yang kau pikirkan.”
“Mereka terlihat seperti yang kupikirkan,” tandas Kei penuh penekanan yang membuat sang mama seketika merapatkan mulut.
“Lalu bagaimana tentang Rosaline?”
“Dia tak perlu tahu.”
“Kau berusaha membohonginya. Kenapa tiba-tiba mama sangat memahami perasaannya ketika ingatannya kembali dan …”
“Ini hal yang berbeda dengan yang dilakukan papa pada mama,” penggal Kei lagi. “Leta memang istriku. Tak ada kebohongan di sana.”
Mulut Sesil yang terbuka kembali tertutup, menatap Saga yang memberinya anggukan pelan.
Kei menegakkan punggungnya. Sekali lagi menghela napas dan menatap sang mama. “Jika mama tidak suka dengan apa yang kulakukan, sebaiknya mama dan papa pulang atau memeriksa Ken di ruangannya. Tidak menemui Leta dan anak kami sampai ingatannya kembali,” ucapnya kemudian masuk ke dalam ruang perawatan sang istri.
Saga menghampiri sang istri, membawa Sesil ke dalam pelukannya.
“Kau yakin ini keputusan yang benar?”
“Ya, dia sudah dewasa, Sesil. Bukan ranah kita untuk ikut campur pernikahan mereka.”
“Tapi …”
“Tidak ada kebohongan dalam pernikahan mereka.”
“Kecuali menutupi sesuatu bisa disebut kebohongan.”
“Hanya masalah waktu.” Saga mendesah pelan. “Sekarang bukan saat yang tepat untuk menjelaskan semuanya pada Leta. Kondisi dan emosinya belum stabil untuk mengetahui semuanya di saat yang bersamaan.”
Sesil tak membantah. Lalu mengangguk pelan.
“Kita ke ruangan Ken.” Saga merangkul sang istri dan mulai berjalan.
“Saga?”
“Hmm?”
“Apakah menurutmu Kei memang berselingkuh dengan Rosaline?”
Saga tak langsung membalas. “Mungkin ini hanya kesalah pahaman.”
“Kei pikir Leta berselingkuh dengan Ken. Tapi kuharap semuanya juga hanya kesalah pahaman.”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top