Review Cerita Keempat

Judul cerita: Mimpi Bersamanya
Nomor urut peserta: Peserta 4

1. Preview:

Hanna, seorang santri di Pondok Pesantren Al-Munawar. Berawal dari insiden jatuh di hadapan Gus Malik, anak pemilik pondok pesantren.

Sejak saat itu, bayang-bayang Hanna memenuhi pikiran Gus Malik, begitu pula sebaliknya.

Hanna memiliki impian akan kuliah di Turki setelah khattam Al-Qur'an. Dia berhasil menggapai impiannya dan kembali bertemu dengan Gus Malik di sana.

2. Ketepatan tema:

Tema mengejar impian ikut kabur ke Turki kayaknya, Aku gak Nemu perjuangannya meraih mimpi. Dan rasanya, impiannya Hanna cuma jadi tempelan di cerita. Show-nya kebanyakan tentang hal-hal yang sebenernya nggak penting banget disorot. Jadi, cara itu kurang efisien. Apalagi dari awal hanya banyak menceritakan pertemuan-pertemuan Hanna dengan Gus Malik saja.

3. Ketepatan genre dan sub genre:

- Genre (Romance): Romens ada lah, antara cinta-cinta anak remaja ini. Romens kena.
- Sub genre (Komedi): Nggak nemuin komedinya. Menurutku ini lebih cocok ambil sub genre spiritual. Mungkin karena selera humor beda, ya.

4. Karakter:

Karakter keduanya hidup di bagian dialog saja. Namun, di samping itu karakter Hana lebih menonjol sebagai orang yang religius, sementara Gus Malik abu-abu, perlu penguatan lebih.

5. Setting:

Setting rada jomplang. Ini pakai setting pesantren, setahuku gedung santriwan sama santriwati itu beda. Kenapa Gus Malik yang mau bangunin santriwan bisa sampai ke gedung santriwati? Ke kamar mandinya pula.

Setting waktu terlalu panjang, sampai bertahun-tahun kayak peserta lain, tapi ini cukup ada aura pesantren.

6. Plot:

Plotnya ngalir, tapi di akhir pace-nya cepet banget. Plotnya kurang tajam untuk konflik. Konfliknya ngga berasa, cuma tell doang. Itupun cuma sekadar lewat, wus ... kelupaan. Udah, gitu aja.

Adegan jatuh dan menabrak sudah terlalu sering dipakai di cerita mana pun, dan di cerpen ini diulang terus kejadian jatuhnya sehingga jadi sangat membosankan.

7. Gaya bahasa dan PUEBI:

PUEBI di/ke, sapaan, ini perlu diperhatikan. PUEBI-nya kachau balau. Terus lagi, pemborosan penggunaan imbuhan -nya. Jadi bosen bacanya. Coba lain kali variasi, sering-sering cek PUEBI dan KBBI.

Gaya narasinya juga kaku banget, sampai rasanya scroll nggak selesai-selesai gitu. Bosan. Baru pembukaan udah nguap aja.

8. Pendapat pribadi:

Pertemuan-pertemuan kedua tokoh utama dibuat sebagai kejadian yang kebetulan dari awal sampai akhir, membuat keseluruhan kisah jadi kurang masuk akal. Terus, coba lain kali ke pesantren, lihat pesantren itu gedungnya kayak apa. Walau aku bukan anak pesantren, sedikit banyak aku tau kalau gedung santriwan sama santriwati itu dipisah, apalagi kamar mandi. Masjid aja mereka pisah, nggak jadi satu. Santri cowok juga palingan lalu-lalang di halaman doang, ngga sampai ke kamar mandi kayak mau ngintip aja. Dan lagi, belajar teknik showing dan telling yang baik, mgkin cerita ini akan lebih bagus. Juga, perkuat premisnya.

Nilai: 50+55+65 = 170

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top