Peserta 2

Tema : Menggapai Mimpi
Genre : Romance
Subgenre : Komedi & Fantasi

Conquer Hate with Love
       

Meta Zennata, Gadis 18 tahun yang kini duduk di kelas 11 SMA di salah satu kota Jakarta. Gadis sederhana, memiliki paras cantik dan pintar.... banyak yang menyukai, tapi banyak pula yang tak suka padanya. Pintar, bukan berarti bebas dari masalah dan kebencian.

Meta, adalah murid pindahan dari sekolah negeri di Jakarta. Ia pindah bukan karena tanpa alasan, kepindahannya itu dikarenakan ia ingin membalaskan sakit hatinya di sekolah baru ini, karena murid yang berada di sekolah ini sudah membuat kakak Meta meninggal dunia. Dan Meta, membalaskan dendamnya dengan hal positif. Tak luput dari hinaan dan cacian ketika Meta berada di ruang lingkungan sekolah barunya. Ada yang suka dan ada yang membencinya.
    
Suara bel berbunyi terdengar disetiap sudut sekolah tersebut. Meta yang baru saja turun dari angkot, langsung berlari sekuat tenaga saat melihat gerbang sekolah akan ditutup.

"Pak, tunggu!" teriak Meta sembari berlari

Pak satpam yang melihat pun menghentikan tugasnya saat mendengar suara Meta.

"Kamu lagi, besok kalau telat lagi saya hukum kamu!" tegas Pak Satpam itu.

"Ya ampun, Pak! Hufft telat ... satu ... detik ... doang, Hufftt!" ucap Meta terengah-engah.

"Tim is mani. Masuk, cepat!" pinta Pak Satpam

"Hahaha ... sok inggris Pak Wito, salah pak yang bener itu time is money bukan tim is mani, hahah ... makasih, Pak!" balas Meta tersenyum sembari lari menuju kelasnya.

Pak Satpam alias Pak Wito hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Bacanya sama aja, tim is mani," monolog Pak satpam.


--


"MEEETTTAAAAAA ..." teriak seseorang dari koridor sekolah.

Meta yang mendengar pun celingukan mencari sumber suara toak tersebut.

"DI TANGGA!" teriak seseorang itu lagi.
Meta yang menyadarinya pun, langsung menoleh ke arah tangga.

"Astagfirullah, Yasmin!" ucap Meta

"Kaget gue, Mimin toak," lanjut Meta.

"Hehe, abis lu telat mulu sih. KEBIASAAN!" teriak Yasmin.
       
"Gue kaga budek, volumenya kecilin dikit, ya," balas Meta

"Iye iye ... masuk, yuk!" ajak Yasmin.
Kelas 11 IPA 1

"Ta, lu dicariin tadi pagi sama Bang Ilham. Lu, bikin masalah apa lagi?" tanya Vanna

"Ha? masalah apaan? gue ngga ngapa-ngapain," ucap Meta bingung

"Mana gua tau, tanya aja sama bangham," balas Vanna

Meta hanya diam memikirkan apa lagi yang ia lakukan terhadap BangHam, seniornya itu... anak pemilik sekolah.

--

"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Nita.

"Pagi, Bu," balas murid 11 IPA 1

"Baik, karena minggu kemarin kita sudah ujian matematika. Hari ini, ibu ingin membagikan hasil ujiannya, ya," ujar Bu Nita.

"Baik, Bu," balas mereka

"Wih, ujian gue gimana ya hasilnya?" ucap salah satu siswi

"Iya, nih. Deg-deg gue," sahut siswi lain.

"Apapun hasilnya, ini adalah kerja keras kalian dan harus disyukuri. Tapi, jangan lupa diperbaiki," ucap Bu Nita.

"Siap, Bu," balas mereka.

"Riko, bagikan hasil ujian teman-teman kamu ya," perintah Bu Nita.

"Baik, Bu," balas Riko.

"Sambil Riko membagikan hasil ujian kalian, buka buku matematika kalian halaman 46," ucap Bu Nita.

"Baik, Bu," balas mereka.

"Dan ibu izin keluar sebentar, kalian jangan berisik!" kata Bu Nita.

"Baik, Bu!" balas Mereka.

"OH MY GOD!" teriak Yasmin membuat seisi ruangan terkejut.

"Apaan woy?" tanya salah satu siswa

"Kenapa, Mimin?" tanya Meta dan Vanna.

"Ada apa, Yasmin?" tanya yang lain.

"Sabar ... sabar, yang nanya harap antri ya," balas Yasmin santai.

"Heh! lu kesambet apaan?" tanya Yaya.

"Hehe, ini gua shock nilai gua kok bisa 75 itu suatu kebanggan tau kaga? selama ini NILAI GUA DIBAWAH KKM," tutur Yasmin.

"Heh! turut berduka," balas salah satu siswa

"Kok berduka Bambang, bersuka ria dong, gimana sih!" decak Yasmin kesal.

"Sudah sudah jangan berteman," lerai salah satu siswi

"Berantem, kaleng!" sorak mereka.

"Iyain aja napa, gua kan mau ngelawak. Bukannya dapat pujian, malah sorakan," keluh siswi tersebut.

"Garing, kayak rengginang basi," ucap Riko

"Bukannya, kalo udah basi itu ngga garing lagi yak? kok garing?" tanya Meta.

"Lah ... iya juga," sahut Riko
       
"Huuu ... krik krik jangkrik," sorak Yasmin.

"Diem lu, Maemunah!" cetus Riko.

"Berisik lu, Samsudin!" balas Yasmin tak mau kalah.

"Lu yang berisik, Maemunah!" ucap Riko.

"Lu duluan, Sam---" terpotong

"Diem!" sergah Meta, "Kalo mau bucin, di luar!" ucap Meta.

"Iya nih, untung Bu Nita ngga ada. Kalo ada, habis lu berdua," sahut Vanna
       
"Lu, sih!" ucap Yasmin.

"Lu, kalo suka sama gua. Bilang!" tegas Riko.

"Kepedean amat hidup lu," cibir Yasmin.
       
"Masih?" tanya Meta.

"Iye, iya. Kaga lagi," ucap Yasmin dan Riko.

"Gue masukkin ke meja akad ntar lu berdua," canda Meta.

"OGAH!" balas Yasmin dan Riko bersamaan.

"Bisa bareng gitu," ucap Vanna.
       
"Ciee ...."

"Cihuy ...."

"Akad nih akad...."

Sorak mereka semua,


--


Brukk!

Meta bertabrakan dengan seseorang yang bukan lain adalah kakak kelasnya.
      
"M-m--maaf, Kak." ucap Meta.

"Hm ...." balas seniornya itu.
      
Saat Meta hendak beranjak pergi, senior itu memanggilnya. Siapa lagi, BangHam.

"Tunggu," ucap BangHam Meta.

"A-a--ada apa, Kak?" balas Meta gugup.

"Ikut gue," ucap BangHam. "Tanpa penolakan," lanjut BangHam.

Hati Meta semakin gundah, mau dibawa ke mana dia oleh BangHam ini, beribu pertanyaan berkumpul menjadi satu di kepala Meta. Apa yang akan terjadi nantinya, gugup, khawatir, takut, gelisah menjadi satu.

"Ki-ki-kita mau ke mana, Kak?" tanya Meta.

"Koridor," balas BangHam singkat tapi jelas.

"Ng-ngapain?" tanya Meta lagi.

Tiba-tiba BangHam berhenti, dan memutar balik badannya menjadi berhadapan dengan Meta. BangHam hanya menatap manik indah itu, dan kembali berjalan.

"Uuggh, emang aneh!" decak Meta kesal.

"Bilang apa?" sergah BangHam dari kejauhan.

"Astaga, itu telinga kuat amat kayak cat gue," batin Meta.

"Ng-ngga ada, Kak," balas Meta gugup.

Koridor»

"Duduk," pinta BangHam

"Iya," balas Meta santun.

"Kita, ngapain kak?" tanya Meta yang kebingungan.

"Tunggu aja," balas BangHam.

"Mimpi apa gue, ada apa lagi sih ini? gue jadi takut sendiri," batin Meta.

"Semoga ngga terjadi apa-apa, ya Allah," pinta Meta

Tak lama kemudian, datang 3 orang siswa dan siswi beserta kepala sekolah.
       
"Siang, Pak," sapa BangHam.

"Siang, mari kita ke ruangan saya," ajak Pak Kepsek.
       
"Baik, Pak," balas mereka.

Ruang kepsek

"Baik, Meta ini surat untuk kamu," ucap Pak Kepsek

"Ii-ii-ini, apa pak?" tanya Meta bingung.

"Surat, pengeluaran lu-lah apalagi," kata Shelly.

"Apa?" tanya Meta bingung dan takut.
       
"Iya, Meta. Itu surat skors kamu dan besok kamu tidak bisa bersekolah di sini lagi selama 3 hari kedepan, karena saya mendapatkan laporan bahwa kamu melakukan hal yang tidak baik kepada temanmu, Wina dan Shelly," tutur Pak Chandra (kepsek).

"Melakukan apa, Pak? saya tidak melakukan apapun," sanggah Meta membela diri, karena merasa ia tidak salah.

"Coba kalian ceritakan," pinta Pak Chandra kepada Wina dan Shelly.

"Baik, Pak. Kemarin, saat pulang sekolah saya dan Wina dihadang sama Meta dan teman berandalannya itu, Pak! terus mereka langsung menarik tas kami, dan membuangnya ke tong sampah, terus saya dan Wina didorong sama Meta dan temannya itu hingga terjatuh, Pak!" tutur Shelly.

"Ha? kapan? jangan fitnah, deh!" sanggah Meta.

"Ngaku lu, ini buktinya tangan kita luka dan tas kita juga kotor karena lu dan temen berandalan lu itu!" kata Shelly.

"Iya, bener" sahut Wina.

"Ngga pak, itu ngga bener. Kemarin saya--" terpotong

"Ngaku aja deh, lu. Jangan karena lu pinter, jadi seenaknya!" sergah BangHam dan ini membuat Meta terkejut.

"Kak ...." ucap Meta tak percaya.

"Sudah, Meta kamu saya skors 3 hari," kata Pak Chandra.

"Ta-tapi, Pak! sa--"

"Skors atau keluar," potong pak Chandra.

"Baik, Pak! permisi," balas Meta lirih.

"Rasain, lu!" sinis Shelly.

"Main-main sama kita, Shelly! akhirnya terbalaskan," ucap Wina

"Thanks, Bang. Lu, udah bantuin kita," ucap Shelly.

"Hm," balas BangHam singkat n

"Gue, kenapa ngerasa sedih ya lihat Meta dihukum gitu... Aarrggh! kok gue mikir gitu, gue kan benci sama dia," batin BangHam.

Toilet

Di sini, Meta menangisi semua kejadian ini. Terus bertanya apa salah dirinya, sehingga ia bisa difitnah seperti itu, bahkan kemarin ia sedang membantu orang tuanya berjualan. Lantas, bagaimana ia bisa melakukan itu semua?.

"Kenapa gue harus nerima ini semua? gue salah apa?" tanya Meta pada cermin yang membuat air matanya pecah tak terbendung lagi.

"Dulu, kakak gue. Sampai ia meninggal karena di bully dan mengakibatkan ia sakit kanker hati karena sikap mereka semua. Sekarang gue? apa gue juga akan mati kayak kakak gue itu?" tangisan Meta semakin meledak-ledak.

"Gue ngga akan tinggal diam, gue harus bisa gapai mimpi kakak gue dan buktiin ke semua orang bahwa orang miskin kayak gue bisa hidup dengan bahagia dan sukses!" ucap Meta menguatkan dirinya.
    
Tanpa ia sadari, dibalik pintu ada seseorang yang memperhatikan dan mendengarkan semua ucapannya itu.

Plang!

Suara benda jatuh terdengar oleh Meta, dan ia pun menghapus air matanya dan langsung memeriksa suara apa itu. Apakah ada orang yang mendengarnya menangis. Itulah pikiran Meta saat ini.

"Siapa, di sana?" panggil Meta memastikan apakah ada orang.
        
Tak ada sahutan apapun, berulang-ulang Meta memanggil, hasilnya Nihil.

"Mungkin kucing," pikir Meta.

Meta pun melanjutkan langkahnya menuju ke kelas.

"Maafin, gue," ucap seseorang tadi.

Kelas IPA 1

"METTAAAAAA...." pekik Yasmin membuat orang sekitar menoleh kearahnya.

"Please! punya suara kayak toak, berisik tau ngga," ucap salah satu siswi di sana.

"Tau, nih. Lu pikir ini sekolah punya nenek moyang lu apa? seenaknya teriak, budeg tau kaga?" sahut siswa lain.

Yasmin tidak menghiraukan ocehan teman-temannya itu karena sudah terbiasa dan menurutnya itu tidak penting.

"Ta, lu kenapa?" tanya Yasmin, "Diem aja, ada sesuatu ya?" tanya Yasmin lagi.

"Gue ngga kenapa-kenapa, kok!" balas Meta.

"Btw, mulai besok sampai 3 hari ke depan, gue ngga masuk sekolah. Karena ada yang mau gue urus," ucap Meta menyembunyikan masalahnya.

"Yaa... lama amat, Ta. Ngapain emang?" tanya Vanna.

"Mendadak, Van. Gue nitip sahabat kita yang cetar ini, ya! siapin kapas buat telinga lu," ujar Meta sembari menahan air matanya.

"Dih, suara gua itu ngga ada yang bisa nandingin. Dan lu, bakalan rindu sama gua, Ta," balas Yasmin.

"Iya, gue pasti kangen banget sama kalian. Yang rajin belajarnya, dan jaga kelas ini," ucap Meta sembari melirik kelas nya.

"Apasih, Ta! kayak mau ke mana aja lu," ucap Vanna heran melihat tingkah Meta.

"Udah, pulang yuk!" ajak Meta.

"Cabut ...." ucap mereka serempak.

Setiap masalah yang hadir dalam hidup, bukan berarti harus selalu diketahui semua orang. Adakalanya, kita menyimpan rahasia dan permasalahan kita sendiri, bukan tak ingin membagi atau meringankan beban hidup tapi, hanya tak ingin orang tersayang terlibat dalam permasalahan ini. Cukup, diri sendiri yang mengetahui dan Allah sebagai penolongnya. @anipandr.a_

Blakon, tempat ternyaman yang bisa disinggahi di malam hari ini. Ditemani bintang malam yang indah, di sini pula Meta melepaskan penat dan semua beban yang ia derita selama ini. Inginnya hanya satu, bercita-cita menggapai mimpi sang kakak untuk menjadi seorang dokter spesialis jantung. Karena, kebanyakan keluarga yang ia sayangi pergi meninggalkan karena sakit jantung, dan kakak tercintanya kanker hati akibat bullying.

"Kak, dendam tak harus dengan cara kotor, kan? aku bisa dengan cara halus dan bahkan membuat kakak bangga sama aku. Yang tenang ya, kak!" batin Meta.

"BangHam, tak sebaik ucapan kakak. Aku pun ngga tau apa penyebabnya, ia cowo teraneh yang pernah aku temukan---kayak bunglon, Kak. Berubah-ubah, kadang baik, kadang jahat banget, aku sampai heran dan bingung sendiri sama sikap dia. kakak inget ngga, pernah cerita tentang BangHam?"

"Dek, kamu tau ngga? kakak ketemu siapa?" ucap Kak Mita girang.

"Ngga, emang apaan?" tanya Meta.

"BangHam, Dek," kata Kak Mita bahagia.

"Ha? serius, Kak?" tanya Meta tak percaya.

"Serius, terus dia itu ngga cuma tampan, tapi hatinya baik dan lembut banget, dek. Dan satu lagi, dia bilang sama kakak gini, 'Setelah lulus, kamu tunggu di rumah, ya,' katanya gitu, dek," tutur Kak Mita penuh rasa bahagia.

"Ehm ... ehm, ada yang di kode-kode nih," goda Meta.

"Kak, aku rindu kakak," ucap Meta. Tak terasa, sebutir bening mengalir begitu deras dengan sendirinya di wajah Meta.

"Meta, jangan lupa pakai gelang yang kakak kasih kemarin. Itu pemberian dari BangHam, dijaga, ya!" ucap Kak Mita.

"Meta, meta ... bangun, Nak!" ucap wanita paruhbaya.

"KAAAKK!" pekik Meta, terbangun.

"Kamu kenapa, Meta?" tanya wanita itu panik.

"Kak, Kak Mita mana, Bu?" tanya Meta.

"Astagfirullah, kamu istighfar, Nak! Kak Mita, kan sudah ngga ada," ucap Ibu Meta.

"Astagfirullahaladzhim...." ucap Meta.

"Kamu mimpi tentang Kak Mita?" tanya Ibu.

"Iya, Bu! oh iya, gelang yang Kak Mita kasih waktu itu masih ibu simpen, kan?" tanya Meta.

"Masih, dilaci kamu. Kalo gitu, kamu bangun siap-siap buat sekolah," ucap Ibu.

"Ngga sekolah, Bu. Libur," balas Meta berbohong.

"Loh! libur kenapa?" tanya Ibu.

"Ngga tau, yaudah Meta mau mandi dulu, Bu!" ucap Meta.

"Iya sudah, ibu keluar dulu ya," balas Ibu.

"Meta, jangan lupa pakai gelang yang kakak kasih kemarin. Itu pemberian dari BangHam, dijaga, ya!" ucap Kak Mita.

Kalimat itu masih terngiang-ngiang dikepala Meta. Meta meraih laci yang berada didekatnya, dan mengambil kotak kecil berisi gelang pemberian kakaknya itu.

"Kak, gue diskors karena mereka. Dan gue pastiin, gue bakalan lawan mereka dengan cara gue, gue ngga mau diinjek-injek sama mereka, kayak mereka memperlakukan lu seenaknya sampe lu meninggal," ucap Meta.

"Gelang ini, yang nantinya membuktikan bahwa Mita kembali dalam wujud Meta. Tujuan gue, bukan balas dendam dengan kematian. Gue udah ikhlas soal itu, tapi satu tujuan gue mau menyadarkan mereka bahwa orang miskin juga bisa sukses, dan gue bakalan terus belajar walaupun gue diskors karena mereka, tapi gue makasih banget sama mereka jadi gue bisa bantu ibu gue jualan," tutur Meta.

4 Hari kemudian ....

"Astaga, gue telat lagi. Pasti Pak Wito ngehukum gue, Aaarrgg!" kata Meta sembari melihat jam tangan kesayangannya.

Suara bel berbunyi terdengar disetiap sudut sekolah tersebut. Gerbang pun sudah ditutup rapat-rapat. Meta yang baru tiba pun, tak bisa masuk ke sekolah.

"Pak, bukain dong , Pak!" melas Meta.

"Kamu ini, dari kemarin telat terus. Mau jadi apa kamu?" omel Pak Satpam.

"Jadi, dokter spesialis jantung, Pak! doain ya semoga tercapai," ucap Meta penuh semangat.

"Aamiin, kenapa kamu mau jadi dokter?" tanya Pak Satpam.

"Bukain dulu, Pak! masa ngobrol jauh-jauhan kayak LDR aja," ucap Meta.

"Eh iya, saya buka," balas Pak Satpam sembari membuka gerbang.

Kurang lebih 30 Menit Meta menceritakan semua alasan kenapa ia ingin menjadi dokter dan kenapa ia sering telat sekolah. Pak Wito yang mendengarnya pun merasa iba dan terharu akan perjuangan dan masalah hidup yang Meta alami, dibalik wajah cantik dan kejahilannya terhadap pak satpam ternyata ia menyimpan beban yang begitu berat.

"Meta ..." panggil seseorang.

"Pak wito, silakan kembali bekerja," ucap seseorang itu.

"Baik, Pak!" balas Pak Satpam.

"Meta, kenapa kamu tidak ke kelas?" tanya Pak Kepsek.

"M--ma--maaf, Pak! t-tadi, saya telat lagi ke sekolah," balas Meta gugup.

"Kamu ini, baru saya skors kemarin. Sekarang sudah berulah lagi, sekarang kamu berdiri di tiang bendera sampai jam pelajaran berakhir," tegas Pak Kepsek.

"B-baik, Pak!" balas Meta murung.


--


"Lihat, guys! Meta dihukum sama Pak Chandra," ucap salah satu siswi.

"Mana ..."

"Mana ..."

"Mana?" tanya sejumlah murid di sana.

"Tuh, ditiang bendera," tunjuk salah satu siswi tersebut.

"Astaga, kesian ya," ucap Siswa lain.

"Iya, kasian. Cantik, pinter gitu dihukum," ucap salah satu siswi.

"Bener, sih!" sahut mereka.

"Cantik, pinter percuma. Lihat aja, ngga bisa disiplin jadi murid. Ngga usah dibangga-banggain," ucap Shelly mengagetkan mereka semua.

Mereka hanya bisa terdiam jika sudah Shelly yang berbicara.

"HEH! Cupu!" teriak Shelly kepada Meta.

Meta tidak menggubris panggilan Shelly, ia tetap fokus dengan hukumannya itu.

"Budeg ya, lu?" tanya Shelly lagi.

"Woy! Cupu," ucap Shelly lagi.

Tapi tetap, Meta tak menggubris panggilannya. Ia hanya fokus hormat kepada sangkalian merah putih itu. Shelly yang melihat Meta tak menggubrisnya pun datang menghampiri Meta.

"Woy!" teriak Shelly sembari mendorong Meta.

Tapi tetap, tidak ada respon dari Meta. Meta bukannya membalas malah melanjutkan hukumannya itu, dan Shelly yang melihat itupun makin kepanasan dibuat Meta, berani sekali Meta tidak merespon dirinya.

"Ehem!" ucap Shelly penuh penekanan.

"Ada yang berani sama gue, guys!" ucap Shelly, "Enaknya kita apain ya?" tanya Shelly kepada gengnya itu
.
"Siram air," ucap salah satu anggota geng Shelly.

"Kurung di toilet aja," sahut anggota lainnya.

"Wow ... ide bagus, guys!" balas Shelly dengan senyuman menikam.

"Chika, Wina, kalian ambil air got dan jangan lupa kaos kaki bekas di ruang psis," perintah Shelly.

"Siap!" balas mereka.

Meta yang mendengarnya pun tetap stay cool tanpa ingin membalasnya, ia tetap hormat kepada bendera.

"Meta ...." teriak sahabatnya.

"Hey," balas Meta.

"Lu, ngapain? kok dihukum?" tanya Yasmin.

"Gpp, olahraga," balas Meta santai.

"Ini, nenek sihir ngapain di sini?" tanya Vanna.
"Apa lu bilang?" tanya Shelly dengan nada tak terima.

"Gue bilang, NENEK SIHIR NGAPAIN DI SINI? kalo lu budeg, berobat!" ucap Vanna penuh penekanan.

"Berani ya, lu? punya nyawa berapa lu, Hah!" bentak Shelly.

"Nyawa gua? cuma satu. Tapi, soal keberanian gua punya Allah yang selalu lindungi gua dan sahabat gua, paham?" balas Vanna.

"Alah, sok suci lu!" hardik Shelly.

"Shel, ini air nya dan ini kaos kaki nya," ucap Wina.

"Langsung siram aja," perintah Shelly.

"Oke," balas Wina.

Saat Wina hendak menyiramkan air got itu ke Meta, tiba-tiba BangHam dan Kepala Sekolah hadir.

"Tunggu!" cegah BangHam.

Wina yang mendengar pun langsung menurunkan kembali ember air got tersebut, dan mereka terkejut melihat kehadiran BangHam dan Kepsek.

"Apa-apaan ini?" tanya Pak Chandra.

"Ngga ada apa-apa kok, Pak!" ucap Shelly panik.

"Bohong, mereka mau menyiram Meta, Pak!" kata Vanna.

"Ngga kok, Pak! Vanna bohong, Pak" elak Shelly.
"Diam! saya sudah tau semuanya, Shelly dan teman-teman kamu silakan ke ruangan saya sekarang, dan-" perintah Pak Chandra.

"Meta, turunkan tanganmu. Dan silakan ke kelas bersama temanmu," ucap Pak Chandra penuh hangat.

"Baik, Pak. Terima kasih," balas Meta tersenyum.

--


"Meta," panggil BangHam.

"Iya, Kak?" balas Meta.

"Ikut saya," ucap BangHam.

"Ngga mau, ntar saya diskors lagi," gerutu Meta.

"Ngga akan, udah ikut aja," balas BangHam penuh hangat.

"Mau apa lagi sih nih cowo, bikin gue penasaran terus," batin Meta.

"Kaga usah panik gitu, gua mau bawa lu ke taman," kata Bangham seolah mendengar batin Meta.
    
Meta yang mendengarnya pun mulai salah tingkah, karena malu ketahuan keponya. Wkwk

"Siapa coba yang panik, biasa aja tuh!" elak Meta.

Taman

"Duduk," pinta Bangham.

"Iya," balas Meta.

Tanpa BangHam sadari, Meta memakai gelang yang ia berikan kepada adik orang yang ia cintai dulu. Ia pun langsung bertanya perihal gelang tersebut.

"Itu, gelang ..."

Meta yang menyadari Bangham mulai mengenali gelang itu pun, mulai gelisah dan tidak tau harus berkata apa.

"Ini?" tanya Meta polos.

"Iya, itu dari mana?" tanya Bangham penasaran.

"Dari kakak gue, bagus kan?" balas Meta mengalihkan pembicaraan.

"Bagus," ucap Bangham datar.

"Kenapa? kakak suka?" tanya Meta.

"Ng-ngga kok, gua cuma inget seseorang aja pas lihat gelang lu," ucap Bangham.

"Siapa?" tanya Meta polos.

"Seseorang, yang spesial dalam hidup gua. Bahkan kita punya cita-cita yang sama," kata Bangham.

"Apa itu, Kak?" tanya Meta.

"Dokter spesialis jantung," ucap Bangham.
Meta tertegun mendengar kata 'Dokter spesialis jantung' lagi dan lagi ia teringat kakaknya.
     
"Kamu, kenapa? sakit?" tanya Bangham sembari memegang kening Meta.

Meta pun salting, baru kali ini keningnya disentuh oleh lelaki.

"Maaf, kak. Tangannya bisa dilepas? hehehe," ucap Meta.

"Astagfirullah, maafin gua. Btw, lu kayak seseorang yang gua ceritain, dia juga responnya sama bahkan persis kayak lu," ucap Bangham.

"Kebetulan kali, Kak" balas Meta.

"Apa, lu adik orang yang gua suka?" tanya BangHam.

Jleb! Meta tertegun mendengar perkataan BangHam.
"Meta ...." panggil BangHam.

"Iya, Kak?" tanya Meta.

"Nama lu, Meta apa?" tanya BangHam.

"Kak Ilham, kenapa nanya itu?" ucap Meta.

"Apa? ilham?" kata BangHam kaget.

"Astagfirullah, kok gue keceplosan sih! Aarrggh!" pekik batin Meta.

"Meta?" panggil BangHam.

"Emang nama kakak itu, kan?" tanya Meta.

"Iya, itu nama gua. Tapi, ngga ada yang tau selain guru, dan seseorang itu," jelas Bangham.

"Terus?" tanya Meta sok polos.

BangHam pun menarik tangan Meta, dan menggenggamnya. Sontak, Meta kaget dengan sikap BangHam saat ini.

"Hmm, kamu Meta adiknya Mita?" tanya BangHam.

Meta terkejut, seperti ada petir yang menyambar dirinya. Meta tak percaya, bagaimana bisa Bangham tau dia siapa. Meta hanya terdiam kaku tak berani untuk mengatakan apapun.

"Zennata," panggil BangHam, "Itu nama panggilan Mita sama kamu, kan?" kata Bangham.
BangHam menatap manik indah berwarna hitam pekat di depannya dengan rasa bahagia.

"Jawab gua," ucap Bangham.
Meta pun, melepaskan genggaman bangham dan pergi menjauh darinya.

"Jadi bener, kamu Zennata? adiknya Mita Ziovanika," tanya BangHam.

Meta yang sudah tak tahan lagi menyimpan rahasia dirinya pun akhirnya membuka suara.

"Iya, gue Meta Zennata adiknya Mita Ziovanika, PUAS?" balas Meta dengan amarah.

Bangham yang mendengar perkataan Meta sontak terduduk lemas dan tak menyangka orang yang selama ini ia bully, ia siksa, ia benci ternyata saudari orang yang ia cintai.

"Kenapa? kok diem?" cercah Meta, "Belum puas lu nyakitin kakak gue, belum puas lu hancurin mimpi dia, Belum puas lu bikin dia menderita, belum puas? lu lampiaskan juga ke gue, adik yang lu bilang cinta sama kakaknya," cercah Meta bertubi-tubi dengan derai air mata yang terus tumpah.

"Keluarga gue, emang miskin. Dari keluarga yang ngga mampu tapi punya mimpi jadi dokter, apa itu salah?" tanya Meta.

"Bukan gua yang ngelakuin itu," balas Bangham.

"Bangham yang terhormat, gue harap lu jauh dari hidup gue dan keluarga gue," ucap Meta.

"Ngga, gua udah janji sama Mita bakalan jagain lu, dan bikin impian lu tercapai," tutur Bangham.

"Gue, ngga butuh dijaga sama orang yang ngga bisa jagain kakak gue," balas Meta lalu pergi meninggalkan Bangham.

--


Luka, terkadang tak selalu bertahan. Tapi, penyebab luka itu hadir mustahil jika bisa melupakannya. Kenapa bisa, diri ini mencintai seseorang yang sudah merenggut nyawa orang yang paling kita sayangi. Melupakan, dan mengikhlaskan? ku rasa itu mustahil, tak semudah mengangkat selembar kertas, rasa ini terlalu berat untuk kuangkat begitu saja. @anipandr.a_

1 Minggu Kemudian...

"Bu, Meta kangen Kak Mita. Kapan, Meta bisa sama Kak Mita lagi? seperti dulu,"

"Kita nanti pasti ketemu Kak Mita, kamu doain terus supaya Kak Mita tenang di sana," balas Ibu penuh hangat.

"Iya, Bu. Meta pasti doain kakak," ucap Meta.

Kring kring kring ...

Dering handphone milik Meta berbunyi.

"Bu, Meta angkat telepon dulu," izin Meta.
Ibu hanya mengangguk tanda mengiyakan.

"Hallooo, Metakuliah," panggil seseorang dibalik layar pesergi itu.

"Mata," balas Meta datar.

"Kenapa?" tanya Meta.

"Keluar, kita di depan rumah lu," ucap seseorang dubalikdibalik layar. Sontak membuat Meta kaget.

"Ha? ngapain? sama siapa?" cercah Meta.

"Keluar, kita udah jadi nyam--"

Meta pun langsung mengakhiri percakapan mereka dan langsung keluar.

"Ngapain?" tanya Meta datar.

"Ta, kita baru sampe dan lu nanya gitu? suruh masuk kek, apa kek," gerutu Yasmin.

"Masuk!" pinta Meta.

Mereka pun masuk, dan tanpa Meta sadari ada BangHam disampingnya.

"Mau minum?" tanya Meta.

"Kaga usah nanya, tamu hadir ya kasih minumlah," gerutu Yasmin.

"Ambil sendiri, Min. Gue ngantuk," balas Meta sembari menguap dan tanpa sadar badannya oleng. Bangham dengan sigap menahan Meta agar tidak terjatuh.

"Kalo jalan, hati-hati!" ucap bangham.

Meta yang mengenali suara itu pun, langsung menoleh ke sampingnya dan melepas tangan Bangham.

"Lu, ngapain ke sini?" tanya Meta bingung.

"Kita yang ngajak, Ta" ucap Vanna.

"Kita bakalan bantu lu, capai semua mimpi lu," ucap Yasmin.

"Gua juga minta maaf, selama ini gua udah nyakitin lu, ngebully lu sampai lu diskors," ucap Bangham.

"Diskors?" tanya Ibu Meta tiba-tiba datang.

"Kamu diskors?" tanya Ibu Meta lagi.

"Iya, Bu. Tapi, ngga apa apa Bu, Meta jadi bisa bantuin ibu jualan," tutur Meta, "Ibu selama ini udah ngerasain perihnya hidup dan Meta ngga mau itu terulang lagi, Bu. Apapun reskionya Meta tetap ingin mencapai mimpi Kak Mita," ucap Meta lagi.

"Ya allah, Nak!" ucap Ibu terharu mendengar perkataan Meta.

"Kalian, pulang aja. Gue mau istirahat," ucap Meta.

"Oke, Ta. Besok kita tunggu lu di sekolah," kata Vanna.

"Meta, nomor gua. Sebelum tidur harus lu chat," ucap Bangham.

"Hm, ya!" balas Meta singkat.

"Bu, kita pamit pulang dulu ya," pamit Yasmin dkk.

"Iya, Nak! hati hati," ucap Ibu Meta.

Mereka langsung berpamitan dan pulang, melihat itu Meta langsung memasukki kamarnya dan mulai mengambil handphone kesayangannya itu.

"Kenapa harus malam ini, kan gue ngantuk!" rutuk Meta sembari mengetik nomor yang BangHam berikan lalu mengirimkan pesan, saat sudah mengirimkan pesan muncul notif pesan otomatis dari bot.

"Terima kasih sudah menghubungi gue, silakan sebutkan nama dan ucapkan 'gue mencintai lo,' jika tidak, pesan otomatis tidak terkirim,"

"Astagfirullah, ini orang kenapa dah," rutuk Meta.

"Gue off aja deh, ngantuk," ucap Meta.

Saat Meta ingin mematikan data ponsel, tiba-tiba notif dari Bangham berada di layar Handphone-nya.

"Waallaikumussalam, kok ngga dibales bot nya, nungguin dia," pesan Bangham.

"Astagfirullah, gue tuh ngantuk ini lagi ngechat," rutuk Meta.

Dreett ... dreett ..! handphone Meta bergetar tanda panggilan masuk dari Bangham.

"Waallaikumussalam, ada apa Bang?" ucap Meta kesal.

"Belum juga salam, jangan marah marah," balas Bangham.

"Kaga marah, gue ngantuk. Ngapain sih?" tanya Meta.

"Gue mau kasih kata-kata buat lu, mau denger? harus dong," kata Bangham.

"Iye, mana?" tanya Meta.

"Oke dengerin, ya!" pinta Bangham.

'Diamku bukan berarti tak peduli padamu

Caraku menyukaimu bisa dikatakan berbeda dengan mereka

Aku tak semanis dan seromantis pria di luar sana
Menurutku, percuma.

Rasaku hadir, bukan untuk menggombali wanita

Tapi, melindungi dirinya apapun keadaannya

Bukan pula, untuk kesenangan semata

Tapi, tentang kebahagiaan selamanya

Tiap saat, ku mendengar isak tangismu

Kali ini, tak kubiarkan setetes pun air matamu jatuh

Aku sudah lelah, melihat wajah manismu tertutupi dengan derai air mata
      
Kini saatnya, ku hapus luka dan ku buat kau bahagia

Dari aku, sang penikmat sendu mu.'  suara Bangham dengan puisi yang ia bacakan seketika membuat Meta terharu dan membuka suaranya.

"Kak ... bagus banget, indah," ucap Meta sendu.

"Kamu suka?" tanya Bangham.

"Suka, seandainya Kak Mita masih di sini pasti dia bahagia banget dengernya," kata Meta yang merindukan kakaknya.

"Maafin gua, karena gu---" terpotong.

"Kak, gue ngantuk. Makasih puisinya, Good Night," ucap Meta.

Tuuttt tutt ... Meta langsung mematikan handphone nya, karena ia tau Bangham akan membahas masa lalu lagi dan ia pun langsung bergegas tidur.

Keesokan hari nya....

"Bu, Meta berangkat," pamit Meta.

"Iya, hati-hati," balas Ibu Meta.

15 menit Meta menaiki angkot tersebut, dan kali ini ia tepat waktu tidak telat lagi seperti biasanya.

"Pagi, Pak!" ucap Meta tersenyum.

"Pagi, alhamdulillah sudah tidak telat lagi kamu, besok dan seterusnya jangan telat lagi, oke!" ucap Pak Satpam.

"Siap, Bos!" balas Meta mengangkat tangan dan hormat.

"Oh, iya Pak! Meta tadi abis bantu ibu dan bawa banyak bekal hari ini, ini buat bapak sarapan, ya!" kata Meta memberikan nasi bungkus miliknya.

"Alhamdulillah, semoga semua kerja keras kamu dan ibu kamu membuahkan hasil dan tercapai cita-cita kamu. Terima kasih, ya!" balas Pak Satpam.

"Aamiin, bapak juga semoga diberikan kesehatan dan rezeki, kalo gitu Meta ke kelas dulu ya, Pak!" ucap Meta.

"Aamiin, iya" balas Pak Satpam.

Kelas~~

"Metaaaaaaa ..." panggil Yasmin.

"Kenapa?" tanya Meta.

"Lu tau ngga?" tanya Yasmin girang.

"KAGA!" balas Meta.

"Hehe, ini buat lu," ucap Yasmin memberikan sebuah amplop.

"Apa ini?" tanya Meta penasaran.

"Buka aja," kata Yasmin tersenyum.

Saat Meta hendak membuka surat tersebut, tiba-tiba Vanna datang.

"Meta ... Yuhuuu!" pekik Vanna girang.

"Paan?" tanya Meta singkat.

"Nih, surat buat Zen .. na .. ta ...." kata Vanna, "Coba buka," pinta Vanna.

"Dari?" tanya Meta bingung.

"Bangham," ucap Vanna polos.

"Ha? serius Bangham?" tanya Yasmin tak percaya
.
"Iya, buka coba gue penasaran," ucap Vanna.

"Iya, coba buka," sahut Yasmin.

Meta pun menyimpan surat dari Yasmin dan membuka surat Bangham, yang isinya adalah ...

'Pulang sekolah, gua tunggu lu di taman deket rumah lu.

Tepat waktu, awas kalau ngaret.'
F. Bangham.

"Ehm, ada yang mau ngedate, nih!" goda Yasmin.

"Mulai pdkt, nih!" sahut Vanna menggoda Meta.
"Judul nya apa, Van? Menaklukkan kebencian dengan cinta, azekk!" ucap Yasmin.

"Hahaha ... keren tuh keren," sahut Vanna.

"Apasih kalian," kata Meta sebal.

"Uuggh, ada yang merah nih wajahnya. Malu tapi mau ya, mbak?" ledek Vanna.

"Terus aja terus, jangan lupa. Kakak gue ngga ada karena siapa?" ucap Meta mengingatkan kedua sahabatnya akan kejadian satu tahun yang lalu.
Mereka berdua hanya bisa terdiam, mengingat dahulu sahabat nya begitu menderita dan merasa sangat kehilangan karena orang yang tak memiliki perasaan.

"Kak, gue emang ngga rela lu pergi secepat itu. Tapi, gue ngga bisa buat nahan takdir untuk ngga ngambil lu dari gue. Gue sadar, semua perkataan dan motivasi lu sangat berguna buat gue, 'orang yang dihinakan tak harus membalas hina terhadap orang itu' sampai saat ini, gue diem kak. Tapi, gue janji sama lu, dokter impian lu bakalan gue wujudin," batin Meta.

Taman 'cerita kita'

"Hai, Kak!" sapa Meta saat tiba di taman cerita kita.

"Gua pikir, lu ngga akan dateng, thanks udah dateng," ucap Bangham sembari tersenyum.

"Senyum aja manis," gumam Meta.

"Apa?" tanya Bangham.

"Ha! ngga kok, kak. Hehe," balas Meta salting.

"Gua tau, gua emang manis," kata Bangham santai.

"Dih, pede amat," ucap Meta.

"Udah, duduk ke atas yuk!" ajak Bangham.

"Atas?" balas Meta bingung.

"Tuh," tunjuk bangham ke atas, "Rumah pohon," lanjutnya.

"Ooooo ... yuk!" ucap Meta langsung menuju anak tangga.

Ketika hendak menaikki anak tangga,
"Aaa ...." pekik Meta.

tiba-tiba Meta hampir terjatuh karena tangga itu licin akibat hujan semalam. Bangham yang melihat pun langsung dengan sigap menangkap Meta agar tidak terjatuh, dan akhirnya mereka saling tatap-tatapan.

Tidak butuh waktu lama, salah satu dari mereka pun tersadar.

"M-makasih Kak," kata Meta gugup.

"Kalau jalan, hati-hati udah tau abis hujan. Pasti licinlah," omel Bangham.

"Kan kaga tau," ucap Meta sembari menaiki anak tangga secara perlahan.

"Awas, hati-hati. Jatuh lagi ngga gua tolongin," peringatan Bangham.

"Iya," balas Meta.

Sesampai di atas pohon, mereka melihat sekitar ruang rumah pohon itu.

"Cantik," ucap Meta.

"Iya, cantik banget," balas Bangham melihat Meta.

"Ruangannya, Bang!" ucap Meta.

"Iya, Ruangannya ... ruangan hati kamu bisa aku miliki?" tanya Bangham tanpa sadar.

"Apa, Bang?" tanya Meta polos.

"Ha? ngga kok, ini ruangannya bagus, iya bagus," balas Bangham gugup sambil lihat-lihat rumah pohon tersebut.

"Astaga, gua hampir aja keceplosan," batin Bangham.

"Kita ngapain ke sini, Bang?" tanya Meta.

"Ngga ngapa-ngapain, duduk aja," balas Bangham santai.

"Gabut! gue mau balik aja," ucap Meta dan hendak beranjak pergi.

"Tunggu, dong!" ucap Bangham menarik tangan Meta.

"Duduk sini," pinta Bangham.

"Hm," balas Meta singkat.

"Lu, inget ngga masa dulu pas gue pertama kali ketemu sama lu?" tanya Bangham sembari menatap ke depan.

"Kaga," balas Meta singkat.

"Astaga, umur lu berapa? udah lupa aja," ucap Bangham.

"Bang, masa lalu yang menyakitkan itu ngga harus diinget kembali, kan?" kata Meta.

"Maafin gua, ya. Gua tau, gua banyak salah sama lu. Tapi, gu--" terpotong.

"Udah, gue udah ngga mau inget lagi," ucap Meta sendu.

"Tapi, gu--" terpotong.

"Gue bilang udah, jangan bahas lagi. Paham?" kata Meta kesal.

"Iya iya, galak amat sih lu," ucap Bangham.

"Biarin," ketus Meta mengerucutkan bibirnya.

"Awas, ntar manisnya gua culik," ucap Bangham datar.

"Iyain," balas Meta kesal.

"Udah jangan manyun-manyun, ntar makin cantik," goda Bangham.

"Biarin, banyak yang suka juga, wlleee." cibir Meta.
       
"Ngga peduli banyak yang suka, yang pasti lu punya gua," ucap Bangham santai.

"Apa lu bilang?" tanya Meta bingung.

"Lu, punya gua. Milik gua, berapapun saingan gua intinya lu milik gua," ucap Bangham sembari menatap Meta.

"Gue, ngga mau!" ucap Meta.

"Gua ngga nanya, intinya lu punya gua!" ucap Bangham masih menatap Meta dalam-dalam.

"Apa dih, maksa!" decak Meta semakin kesal.

"Bodo, 2 kata buat lu," kata Bangham.

"Apa?" tanya Meta masih dengan wajah kesal.
"Kita pacaran," ucap Bangham, "Fix, tanpa penolakan," lanjut Bangham.

"Apa sih? ngga, gue ngga mau!" balas Meta.

"Gua ngga nanya, fix hari ini kita pacaran," ucap Bangham.

"Iiih, ngga bisa gitu dong! pemaksaan namanya," ucap Meta kesal.

"Terus, gua peduli?" balas Bangham santai.
"Baanngg, ngga mau!" rutuk Meta.

"Apa sayang?" goda Bangham.

"Iiih apa sih, KAK MITAAA tolongin zenna," pekik Meta.

"Ngadu aja ngadu," ledek Bangham.

"Iiih, terus aja terus. Kak Mitaaaa, bangham nih, ah!" rutuk Meta.

"Lu gitu, bikin gua gemes tau, sini gua cubit," ucap Bangham sembari mencubit pipi chubby Meta.

"Aw, saakkkiitt tau Bang!" pekik Meta mengelus-elus pipinya.

"Makanya, jangan berisik!" ucap Bangham.

"Tau ah, mau pulang ntar ibu nyari," kata Meta kesal.

"Gua anterin, tanpa penolakan. Lu jangan hobby nolak gua," ucap Bangham.

Meta tak menggubris perkataan Bangham, ia langsung turun dan menghampiri motor Bangham.

"Ngapain?" tanya Bangham pura-pura ngga tau.

"PULANG!" bentak Meta.

"Iya pulang, jangan marah gitu. Sama pacar ngga boleh galak," ucap Bangham.

"Pulang," kata Meta.

"Iya bawel, pake helm dulu nih!" ucap Bangham.

Meta kesusahan untuk membuka kunci helm Bangham, dan bangham pun membantunya.

"Kalau ngga bisa, bilang sayangku!" ucap Bangham sembari memakaikan helm Meta.

"Abis gue kesel, ngajak pacaran maksa," rutuk Meta.

"Gua kan udah bilang, ngga bisa romantis," balas Bangham. "Udah, yuk naik!" ucap Bangham.

Tak butuh lama untuk menuju rumah Meta, karena jarak antara Taman dan Rumah pohon begitu dekat.

"Makasih, Bang!" kata Meta.

"Kok, Bang? bukan tukang ojek lu," ucap Bangham.

"Yaudah, makasih Kak!" ucap Meta lagi.

"Kok, Kak?" bukan kakak lu," ucap Bangham lagi.

"Iiih, terus apa? masa panggil nama," rutuk Meta.

"Sayang dong, kan kita udah pacaran," goda Bangham.

"Tau dah, mau masuk dulu. Bye!" pamit Meta.

"Iya, tuan putri," ucap Bangham tersenyum.

Keesokan hari nya ...

"Ta, lu dipanggil Kepsek tuh," kata Digo teman satu kelas Meta.

"Oke, thanks!" balas Meta dan beranjak pergi ke ruang kepsek.

"Assalamuallaikum, Pak!" kata Meta lalu membuka pintu.

"Waallaikumussalam, oh Meta. Silakan masuk, Nak!" ucap Pak Chandra.

"Terima kasih, Pak! ada apa bapak panggil saya?" tanya Meta.

"Oh begini, mulai besok ngga perlu sekolah di sini lagi," kata Pak Chandra.

"Loh, kenapa pak? salah saya apa pak?" tanya Meta panik.

"Kamu tenang dulu, jangan panik. Ini surat buat kamu, buka saja" kata Pak Chandra.

"Ini surat pengeluaran saya pak?" tanya Meta semakin takut.

"Buka saja," ucap Pak Chandra tersenyum.

"B-baik, Pak!" balas Meta gugup.

"Bismillahirahmanirahim," gumam Meta.

Tak butuh waktu lama untuk Meta membaca isi surat itu, dan reaksinya saat membaca surat itu ia benar-benar shock dan tak percaya dengan isi surat tersebut.

"P-Pak, i-ini?" tanya Meta tak percaya.

"Iya, itu benar. Nilai kamu dan kepintaran kamu membuat kamu menerima beasiswa langsung di Univ kedokteran terbaik di Indonesia. Dan besok, kamu sudah bisa datang ke sana menemui Rektor," ucap Pak Chandra.

"Alhamdulillah, ya allah. Makasih, Pak!" ucap Meta terharu dan butir air mata jatuh membasahi wajah Meta.

"Kamu memang cerdas, Nak! dan kamu pantas mendapatkan ini semua. Dan kamu juga ada partner ke sana," ucap Pak Chandra.

"Siapa pak?" tanya Meta penasaran.

"Sebentar lagi orangnya datang," ucap Pak Chandra.

Tok... tok... tok...

"Masuk," pinta Pak Chandra.

"Assalamuallaikum, Pak!" ucap seseorang yang tak lain adalah BangHam.

"Waallaikumussalam," jawab Pak Chandra dan Meta.

"Bangham," panggil Meta.

"Meta, kamu di sini juga?" tanya Bangham.
"Iya, Bang," balas Meta.

"Ini Meta partner kamu," kata Pak Chandra.

"Oh Meta orangnya, Pak?" tanya Bangham.

"Iya, Ham. Besok kalian berangkat ke sana jam 8 pagi, dan semua berkas Meta nanti Pak Yusuf yang urus, ya!" kata Pak Chandra.

"Iya, Pak! Terima kasih banyak Pak," ucap Meta penuh bahagia.

"Sama sama, silakan boleh kembali ke kelas kalian masing-masing," kata Pak Chandra.

Mereka pun keluar dari ruang kepsek. Dan,

"Bang," panggil Meta terharu.

"Iya sayang?" balas Bangham hangat.

"Gue beneran besok ke univ kedokteran itu?" tanya Meta tak percaya.

"Iya, kamu hebat," ucap Bangham memeluk Meta dengan bahagia.

"Kak, gue berhasil," ucap Meta menangis. "Zena wujudin mimpi kakak ... Kak, Zena berhasil," ucap Meta lagi sambil menangis haru.

"Mita, gua salut sama kamu dan adik kamu. Kalian wanita yang kuat dan tangguh, gua sayang sama kalian," batin Bangham memeluk erat Meta.

"Bang, gue bahagia banget," ucap Meta.

"Sama, mau masuk kelas atau pelukan terus?" ledek Bangham.

"Iiih, apa sih. Bangham modus nih!" rutuk Meta.

"Hahaha... modus sama pacar masa ngga boleh?" tanya Bangham.

"Ke kelas ah, ngga ada orang kan?" tanya Meta celingukan.

"Emang kenapa?" tanya Bangham bingung.

"Malu tau diliatin," rutuk Meta.

"Manyun aja terus, ntar jadi bebek, loh" kata Bangham.

"Bebek cantik," ucap Meta sembari berlari menuju kelas.

"Meta ... Meta, lucu banget si kamu," ucap Bangham tersenyum.

Bangham pun menuju ke kelasnya dan tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memantau mereka dari kejauhan.

"Awas aja lu, Ta. Gue bakalan bikin lu menderita, kayak kakak lu," kata seseorang itu.

Keesokan harinya Meta dan Bangham berangkat menuju ke Universitas Indonesia, tiba tiba ditengah jalan ada yang menghadang mereka.

"Astagfirullah, Bang! mereka siapa?" tanya Meta khawatir.

"Kamu tenang, ya!" ucap Bangham menenangkan Meta.

"Mau apa kalian?" tanya Bangham.

"Kita, mau kalian celaka! Hahaha...." ucap penjahat itu.

"Bang, gue takut," ucap Meta panik.

"Kamu tenang," kata Bangham.

Tak lama kemudian, ada segerombolan geng motor hadir dihadapan mereka.

"Astagfirullah, mereka siapa lagi?" ucap Meta ketakutan.

"Ham, lu pergi!" pinta salah satu anggota geng motor itu.

"Thanks," ucap Bangham.

Mereka berdua pun langsung menancapkan gas dan pergi jauh dari penjahat itu.

"Bangham, kenal sama geng motor itu?" tanya Meta bingung.

"Mereka, temen aku," jawab Bangham dan menepikan motor nya.

"Kok mereka bisa dateng?" tanya Meta penasaran.

"Jadi gini,"

'Kalian, harus berhasil bikin mereka celaka, foto nya udah gue kirim dan dp udah gue transfer. Kerja yang bener, awas kalau sampai gagal,'

'Lihat lu, Meta. Gue bakalan bikin lu menderita,'

"Astagfirullah, jadi ini semua ulah, Shelly?" ucap Meta tak percaya.

"Iya, makanya gua langsung kabarin mereka semua," kata Bangham.

"Makasih, Bang. Lu, udah lindungin gue dan gue bisa berhasil sekarang karena bantuan lu juga," ucap Meta sembari memeluk Bangham.

"Iya, gua bakalan selalu jagain kamu," ucap Bangham dengan erat memeluk Meta.

Universitas Indonesia

"Bang, Meta ngga mimpi kan?" tanya Meta tak percaya.

"Ini nyata, sini gua cubit," ucap Bangham lalu mencubit pipi chubby Meta.

"Aw! sakit, Bang!" rutuk Meta, "Ngga mimpi, gue? Alhamdulillah, terima kasih ya allah," syukur Meta.

"Kak Mita, Zenna berhasil dan semoga kakak bahagia juga, ya. Ini semua buat kakak," ucap Meta.

"Mita, gua harap lu bahagia di sana. Ini, cita-cita kita berdua dan Meta berhasil menggapai mimpi kamu," batin Bangham.

"Masuk, yuk!" ajak Bangham.

4 tahun kemudian ...

"Alhamdulillah akhirnya kita udah lulus, Kak Mita ini buat kakak," ucap Meta sambil melemparkan topi toga nya ke langit.

"Tak mudah untuk menggapai mimpi ini, dengan hinaan mereka gue bisa sadar, bahwa bicara aja ngga cukup buat gue bisa sukses. Gue harus bangkit dari rasa sakit, awal gue kehilangan Kak Mita dan awal gue masuk ke sekolah Kak Mita dengan tujuan buat wujudin mimpi kakak dan mengubah pola pikir mereka. Bahwa, orang miskin bisa jadi dokter. Sekarang, gue udah buktikan itu semua, alhamdulillah gue udah wisuda dengan predikat Summa Cum Laude. Ini semua, buat lu kak." tutur Meta.

Jika kamu merasa gagal dalam meraih mimpi, kamu salah besar. Setiap orang pasti punya cara tersendiri untuk menggapai itu semua, apapun keadaannya jika ia mempunyai niat dan tekad yang kuat, in sya allah semua ada jalannya menuju pintu kejayaan.

TAMAT!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top