Review : Chang Xue Yong Bing - Everlasting Frost
Review
Judul : Chang Xue Yong Bing – Everlasting Frost
Author : Luxiufer
Kategori : Novel
Preview :
Pada Arc 1, diperkenalkan tokoh utama bernama Liu Canxun, seorang pendekar yang namanya cukup dikenal di dalam dunia persilatan. Murid dari perguruan Wudang ini turun gunung setiap setahun sekali demi mengunjungi Ibundanya yang sempat sakit parah, bahkan nyawanya nyaris melayang jika Tuan Liu tidak berusaha mencari cara untuk menyembuhkan sang istri.
Namun, setelah Tuan Liu yang berjuang mati-matian demi menyembuhkan istri tercinta justru beberapa tahun belakangan ini jadi sering mengoleksi selir bahkan dari tempat pelesiran pun ia koleksi. Salah satunya adalah Shuangshuang, seorang gadis dengan kecantikan luar biasa yang bahkan membuat hati Liu Canxun yang tak pernah tertarik dengan urusan wanita jadi tergoda.
Shuangshuang tak hanya menunjukkan kualitas yang tak biasanya dimiliki gadis dari dunia pelesiran, tetapi juga sikap yang membuat Liu Canxun penasaran. Setiap harinya gadis itu rajin membawakan makanan dan minuman herbal untuk membantu meningkatkan stamina ibunya. Tak sedikit pun terlihat niat buruk dari sikap Shuangshuang. Sang ibu yang biasanya tidak mau menunjukkan wajah di depan selir suaminya, malah menerima makanan yang dibuat selir terakhir suaminya itu.
Singkat cerita, perhatian dan rasa penasaran Canxun pun akhirnya mengarah pada kecurigaan tentang identitas Shuangshuang. Untuk ukuran seorang gadis "biasa" gerakannya terlampau ringan, layaknya pesilat andal dengan ilmu meringankan tubuh yang tinggi. Tak hanya orang-orang di dalam kediaman keluarga Liu yang memperhatikan gerak gerik tak biasa selir kesebelas itu, bahkan para pembantu keluarga Xiang, tetangga keluarga Liu, juga merasakan hal yang sama. Qing'an pembantu dari keluarga Xiang yang dekat dengan putri keluarga Liu yaitu Yingchun rupanya ikut mengamati dari kediaman sebelah.
Kecurigaan mereka ternyata memang menjadi kenyataan. Suatu malam Liu Dongsun dengan nafsu memburu pergi ke kamar Shuangshuang. Niat hati ingin dipuaskan berahinya justru dipermainkan oleh Shuangshuang. Gadis yang ia kira hanya perempuan murahan ternyata memang pendekar silat sakti yang juga ahli racun. Akibat menghirup racun yang disamarkan di kamar Shuangshuang kepala keluarga Liu itu terkapar di kamarnya.
Di saat Canxun melihat keadaan ayahnya, Canxun pun mengejar Shuangshuang dengan bunga krisan sebagai petunjuk. Berkat petunjuk tersebut, Canxun sempat mengira jika Shuangshuang merupakan salah satu murid Wudang, tetapi Canxun ragu karena ia berpikir, tak mungkin murid secantik Shuangshuang mudah dilupakan.
Mereka pun akhirnya bertemu di tepi danau, berlanjut dengan pertarungan kecil yang bukannya membuat mereka bermusuhan justru mengikat janji untuk bertemu lagi. Shuangshuang tak hanya memberi penawar racun, tapi juga menjelaskan duduk permasalahan yang menyebabkan sikap ayahnya yang berubah beberapa tahun belakangan. Solusi masalah keluarga Liu yang sudah menahun seketika terselesaikan dengan kehadiran seorang ... gadis misterius?
Pada Arc selanjutnya cerita masuk dalam dunia persilatan. Sebuah perhelatan besar tengah diadakan dan tokoh-tokoh baru diperkenalkan, seperti Hua Pingyuan, ketua dari klan Hua yang berwibawa dan disegani. Konon, berkat kontribusinya, dunia persilatan yang banyak menumpahkan darah menjadi damai dan seimbang. Acara besar yang diadakan Hua Pingyuan pun mempertemukan Canxun dengan seorang pemuda berbakat dari perguruan Hua.
Akibat kemenangan pemuda berbakat tersebut di dalam babak penyisihan, Canxun yang biasanya tidak peduli tentang siapa yang menang dan kalah pun menjadi tertarik. Oleh karena itu, ia mulai mencari-cari keberadaan pemuda itu pada saat perjamuan makan malam. Takdir seakan tahu keinginan Canxun dan memberi restu, Canxun pun bertemu Li Bing pada saat perjamuan makan malam. Di saat itu, insiden kecil pun terjadi, Li Bing menumpahkan minuman ke baju Canxun.
Hua Pingyuan yang mengenal Liu Canxun menegur murid junior itu. Melihat pemuda itu bergetar ketakutan, Canxun pun membelanya dengan cara bersilat lidah dan masalah pun selesai, dengan Hua Pingyuan yang termakan pujian Liu Canxun.
Setelah peristiwa itu selesai, rasa penasaran Liu Canxun pada sosok Li Bing tak kunjung padam. Rasa penasaran tersebut, membuat Liu Canxun kembali mencari Li Bing. Disebabkan Liu Canxun pernah diajak oleh putri Hua Pingyuan, Chunfang, untuk berjalan-jalan di Istana Bunga, ia menjadi tahu seluk-beluk tempat tersebut. Usahanya untuk mengendap-endap di malam hari pun tak sia-sia. Ia ditemukan Li Bing tengah diserang kawan seperguruannya, tetapi berhasil lolos kemudian masuk ke dalam hutan untuk menghindari keributan.
Canxun mengejar sosok tersebut dan berhasil mengejarnya. Di saat melihat Li Bing, ingatannya kembali mengarah pada pertarungan pertama Li Bing. Cara Li Bing menghindar dan gerakannya yang halus menyiratkan teknik pengolahan tenaga dalam yang tak biasanya dikuasai murid junior di perguruan Hua. Saat hendak mengintrogasi Li Bing lebih lanjut, Chunfang muncul menyusul mereka. Chunfang yang menaruh hati pada Canxun girang bukan main saat bertemu Canxun di tempat itu. Pertemuan Canxun dengan Chunfang, membuat Canxun mendapatkan informasi lain tentang Li Bing.
Di tempat lain Hua Pingyuan puas dengan main pada acara tahun ini. Semua tamunya puas dan pamor klannya pun naik. Namanya tetap harum di dunia persilatan. Chunfang malam itu mengantarkan makanan untuk sang ayah. Anak satu-satunya itu memang sangat dekat dengannya. Tak disangka sup yang diberikan oleh Chunfang berisi racun yang melumpuhkan Hua Pingyuan. Belum habis rasa terkejutnya ternyata Chunfang yang mengantarkan sup pada Hua Pingyuan adalah Li Bing alias Shuangshuang yang menyamar hendak merebut Bingzhen.
Hua Pingyuan memiliki pusaka yang ternyata bukan miliknya dan pemilik asli pusaka itu kini bersiap untuk mengambilnya kembali. Li Bing atau Shuangshuang adalah si Seribu Wajah yang merupakan utusan partai Donghan untuk mengambil kembali semua pusaka mereka.
Istana bunga dihebohkan dengan badai kelopak bunga yang mengiringi hilangnya Li Bing alias Shuangshuang. Canxun yang sekilas melihat kepergian Shuangshuang segera pergi menyusul menuju halaman belakang. Sampai di sana ia disambut punggung seputih jade terbaik dengan aroma dingin salju yang menguar dari tubuh itu. Aroma tersebut Mengingatkannya pada Shuangshuang dan membuat Canxun spontan menutup mata. Yang dilihat justru mendekat meminta Canxun memegang tubuhnya yang ternyata seorang pria nan cantik jelita.
Sosok yang dia temukan, bukanlah Shuangshuang dan bukan pula Li Bing. Wajah baru---yang menyimpan sosok Li Bing dan Shuangshuang sekaligus dalam dirinya---memperkenalkan diri pada Canxun dengan akrab. Tak ada tanda bahaya yang terlihat. Layaknya di tepi danau pada tiga bulan lalu, pertemuan mereka kali ini pun begitu singkat. Sebagai hadiah bagi Canxun yang langsung mengenalinya, pria cantik itu pun memperlihatkan wajah aslinya dan sosok tersebut berjanji ia akan memberi tahu nama aslinya di pertemuan selanjutnya, jika Canxun bisa langsung kembali mengenalinya.
Pada pertemuan selanjutnya saat itu dunia persilatan sedang bergejolak. Kabar kembalinya partai Donghan---yang membunuh banyak murid terbaik dari berbagai perguruan--- membuat dunia persilatan yang damai jadi kembali memanas. Partai Donghan dikabarkan ingin menuntut balas atas dimusnahkannya klan mereka bertahun-tahun lalu. Di saat yang sama Canxun dan kawannya diutus turun gunung mencari salah satu murid Wudang yang minta izin pulang, tapi tak kunjung kembali. Siapa sangka di perjalanan bertemu sosok yang sudah lama dinantikan, yaitu si pemuda misterius.
Di pertemuan itu si pemuda menuntaskan janjinya, ia tak bisa lagi mengelak sebab Canxun segera mendatanginya yang tengah dikejar anak buah ketua sekte sesat. Pemuda yang bernama Songyu kali ini menyamar menjadi Qingling, salah satu selir ketua partai Duchong, yang saat itu tak bisa menggunakan tenaga dalam.
Kali ini, alasan Songyu menyamar adalah untuk mengambil pusaka qingling. Tak hanya dikejar ternyata Songyu juga diberi racun laba-laba penghisap darah. Kini laba-laba itu bersarang di tubuhnya. Jika sedikit saja salah menggunakan tenaga dalam, maka ia akan celaka. Canxun diminta untuk membantu agar menyedot si laba-laba keluar dari tubuh Songyu.
Disebabkan tak ingin berpisah cepat dengan Songyu, Canxun sengaja gagal untuk menghisap laba-laba keluar dari tubuh Songyu. Akibatnya, untuk keamanan, Songyu ikut ke Wudang dengan menyamar menjadi murid perguruan Wudang yang sedang mereka cari.
Saat di Wudang sebagai balas budi Songyu mengajari Canxun cara membuka aliran tenaga dalam. Hal ini menuntun Songyu pada kondisi tubuh Canxun yang kritis. Ia terkena jurus Telapak Es.
Setelah ditanyakan lebih mendetail, ternyata Hua Pingyuanlah yang melakukannya. Di penutupan acara ada pertarungan antara dirinya dan Hua Pingyuan. Saat itulah Canxun terkena jurus ini. Didera rasa khawatir Songyu mendesak Canxun agar mengikuti segala nasihatnya dan ikut dengannya bertemu ketua partai Donghan. Namun, mereka terlebih dahulu harus meminjam bijing dari Ketua Yuwen Ren yang tak lain sahabat ketua Partai Donghan.
Kemunculan pemimpin perguruan Wudang bertepatan dengan serangan sekte Duchong yang berakhir dengan kekalahan mereka. Sekte tersebut juga terbukti membunuh murid Wudang yang tengah dicari Canxun saat turun gunung.
Setelah menjelaskan duduk persoalannya solusi pun didapat. Songyu diizinkan membawa Canxun ke Istana Es untuk disembuhkan di sana. Namun, sebelum ke sana mereka terlebih dahulu kembali ke kediaman keluarga Liu untuk menanyakan perihal asal usul xueyu bisa di tangan Liu Dongsun. Ternyata pria itu pernah bertemu keluarga dewa di sebuah desa Yushui Xiang yang terkenal sebagai penghasil obat-obatan.
Ke desa Yushui Xianglah mereka pergi. Layaknya menuju tempat tinggal dewa. Berbagai rintangan dan halangan mereka temui. Songyu menjadikannya ajang pamer bagaimana tempat tinggalnya memiliki jebakan yang hebat dan membuat tak sembarang orang bisa masuk. Canxun yang sedikit kesulitan untuk melewati jebakan tersebut, tapi bisa beradaptasi juga.
Saat mereka tiba di titik tujuan, mereka berdua disambut oleh kedua orangtua Songyu yaitu Xue Zhongbing dan Hu Zuihong. Ketiga orang yang di depan Canxun layaknya dewa ini berinteraksi secara biasa dan sangat santai.
Setelah dijelaskan mengenai kondisi Canxun, Xue Zhongbing dan Hu Zuihong hanya bisa pasrah mendengar keinginan anaknya untuk lebih dulu menyelamatkan Canxun dengan pusaka yang mereka kumpulkan. Dari semua pusaka hanya qingling yang ada di tangan Hua Pingyuan.
Menggunakan xuejian sebagai pancingan benar-benar membuat Hua Pingyuan muncul. Hanya saja keributan besar terjadi. Berbagai pihak yang ingin mendapat pusaka hebat itu turut hadir dan saling bantai.
Situasi makin runyam saat Luo Duwang menawan Chunfang yang merasa dikhianati Hua Pinyuang yang ternyata selama ini bekerja sama dengannya. Xue Zhongbing tak tega hati dan memberikan xuejian pada Hua Pingyuan untuk ditukar dengan putrinya yang disandera Luo Duwang. Siapa sangka ternyata karena melihat putrinya begitu tersiksa ia menusuk Luo Duwang bersamaan dengan putrinya. Sebagai tebusan Hua Pingyuan bersumpah akan mengirim arwah Canxun agar bisa menemani Chunfang di sana.
Pertarungan mati-matian pun terjadi. Xue Zhongbing, Hu Zuihong, Yuwen Ren dan Songyu melindungi Canxun yang tak sadarkan diri setelah menerima pengobatan dengan pusaka. Saat situasi makin terdesak Songyu tak punya pilihan selain melepas tenaga dalam yang ia kunci. Hal ini menyebabkan efek Telapak Es makin terlihat. Saat terlempar oleh pukulan Hua Pingyuan tubuhnya ditangkap Canxun yang telah sadar.
Canxun melanjutkan pertarungan seorang diri. Hua Pingyuan tak lagi normal, kini tubuhnya dikendalikan xuejian yang tak ingin disegel lagi. Hua Pingyuan mati mengenaskan dengan kehabisan darah. Musuh berhasil ditaklukan.
Akibat penggunaan tenaga berlebihan, tubuh Songyu mencapai batasnya dan sudah hampir membeku seluruhnya. Canxun meminta ditinggal berdua dengan Songyu. Ciuman mesra dan pelukan hangat mengiringi kepergian Songyu yang akan menjalani tidur yang sangat lama. Canxun tak pergi, ia setia di sana menunggu saat untuk membangunkan Songyu kembali bersamanya.
Cerita ditutup dengan akhir bahagia. Songyu bangun kembali dan kini sudah menjadi dewa dijemput oleh dua dewa yang takut mereka tersesat di dunia manusia. Hidup bahagia mereka kini diwarnai petualangan baru yang melibatkan dua dewa penjemput mereka.
Review
Kesesuaian dengan tema, sub tema dan genre.
Kesesuaian dengan ketentuan event tentu sudah bisa terlihat dalam kesatuan cerita ini. Di mulai dari arc 1, di mana seorang suami yang mencari suatu cara agar istrinya yang dianggap sudah sekarat, bisa bertahan hidup hingga takdir Songyu yang seharusnya mati di usia ke 20, ia usahakan untuk berubah dengan mengumpulkan kembali pusaka agar racun Telapak Es dalam tubuhnya bisa dibersihkan, juga pilihannya mendahulukan menyelamatkan nyawa Liu Canxun sudah bisa digolongkan memenuhi tema mengubah takdir.
Sub tema Eternal Winter tak hanya disuguhkan dari sosok Songyu, tapi juga pada penutup kisah di mana Canxun dan Songyu berdiam diri di puncak gunung es yang saljunya tak pernah usai. Untuk genre roman, dapat terlihat dari perkembangan hubungan Canxun dan Songyu. Dimulai dari Canxun yang tertarik pada Songyu yang menyamar hingga berkembang menjadi hubungan saling berkorban antara satu dengan lainnya, juga Liu Canxun dan Songyu yang bahkan mampu berkomunikasi hanya dari lirikan mata dirasa sudah sangat kental unsur romance-nya.
Jumlah kata ... sepertinya pembagian cerita menjadi 8 arc dan setiap chapter juga pastinya melebihi 1k kata sudah lebih dari cukup untuk memenuhi persyaratan.
Secara keseluruhan, cerita ini memenuhi sub tema, tema, dan genre yang ditentukan untuk event ini. Good!
Ide :
Ide membuat cerita berlatar dunia persilatan sebenarnya cukup riskan, apalagi jika penulis tidak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sejarah dan budaya oriental. Kecenderungan membuat kesalahan akan sangat mudah terjadi.
Kami menganggap ide penulis sangat berani dan menantang, walaupun mungkin bagi pembaca cerita novel terjemahan sejenis merasa ide seperti ini sudah sangat biasa dan umum, apresiasi tetap kami berikan pada penulis atas keberanian mengambil risiko.
Karakter :
Pendalaman karakter yang disandingkan dengan konflik-konflik dalam cerita sangat berkesan. Bagaimana konflik A mempengaruhi sikap dan sifat tokoh A membuat sebab-akibat dalam cerita ini tidak kosong. Perkembangan tokoh dalam menghadapi situasi yang dihadapkan pada mereka juga terlihat. Rasanya dalam cerita ini tidak ada tokoh kosong yang hanya berupa fisik saja, tapi tanpa jiwa. Contoh:
Liu Canxun
Di arc pertama, Canxun hadir dengan sosok pemuda yang terlihat serius, menyayangi ibunya, dan memiliki moralitas dan etika yang kuat karena didikan Perguruan Wudang. Hal ini terbukti, ketika salah satu selir ayahnya, Shuangshuang menyapa, Canxun tetap bersikap sopan. Lalu, seiring jalannya cerita, kejadian-kejadian yang dialami Canxun, memunculkan sifat Canxun yang lainnya, seperti sifat usil Canxun ketika berhadapan dengan Songyu, sifat Canxun yang tak pedulian terhadap pusaka, dan sifat-sifat Canxun lainnya. Reaksi Canxun terhadap suatu kejadian ditampilkan dengan baik oleh author.
2. Songyu
Sosok Songyu yang memiliki julukan "seribu wajah" tentu mengharuskan Songyu memiliki berbagai sifat. Dimulai dari Shuangshuang sebagai gadis cantik yang terpelajar dan berbeda dari para wanita penghibur umumnya, hingga sebagai seorang istri dari seorang ketua partai. Saat Songyu menyamar, author tentu harus secara konsisten dan mampu membedakan tokoh penyamaran Songyu yang satu dengan lainnya dan Author berhasil dengan baik untuk melakukan hal tersebut. Bahkan, tokoh Songyu sendiri pun dapat terlihat jelas berbeda dari tokoh penyamarannya karena Songyu memiliki temperamen mirip dengan ibunya.
3. Hua Pingyuan
Tokoh antagonis yang benar-benar terasa jahatnya. Dimulai dari membunuh orang tuanya hingga anaknya pun dikorbankan. Semua itu dilakukan untuk memenuhi obsesinya yang ingin diakui oleh semua orang sebagai sosok sangat hebat. Saat memperlihatkan sisi antagonis tokoh ini, author tidak langsung menggambarkannya sebagai orang jahat. Pengenalan tokoh ini diawali dengan sifatnya yang jumawa dan senang dipuji kemudian ... semakin mengikuti cerita, author pun secara perlahan mulai memperlihatkan kejahatan tokoh ini hingga pembaca mengetahui seberapa buruknya sisi gelap dari tokoh antagonis ini.
4. Xue Zhongbing
Tokoh yang menurut kami paling menonjol dari tokoh lainnya karena dari sisi fisiknya yang menarik perhatian, sekaligus sifatnya yang mudah sekali disukai. Tokoh ini mudah disukai karena sisi humoris dan cara berpikirnya yang menarik. Dimulai dari ia yang merupakan orang kuat dan memiliki pusaka yang diincar semua orang, tetapi ... ia tak menganggap pusaka tersebut merupakan hal yang patut untuk diperebutkan. Sebagai orang kuat, ia hidup damai, dan sebagai seorang suami dan seorang ayah, ia merupakan seorang suami dan ayah yang sabar dan sangat menyayangi istri dan anaknya.
Selain contoh di atas, masih ada lagi tokoh-tokoh yang memiliki karakter mudah diingat di dalam cerita ini, seperti Yuwen Ren (merupakan rekan Xue Zhongbing) dan istri dari Xue Zhongbing sendiri. Dari keseluruhan, cerita ini memiliki karakter yang kuat. Namun, menurut kami, dibandingkan tokoh utama, karakter Xue Zhongbing yang sedikit lebih menonjol.
Plot :
Disuguhi pembukaan yang mengandung unsur humor kemudian dibimbing pada alur yang berbau misteri, hingga akhirnya nuansa romansa tercipta. Alur seperti inilah yang disisipi dengan ketegangan dari bagian penuh aksi yang membuat pembaca tak bosan untuk menamatkan cerita yang cukup panjang ini.
Meski panjang bukan berarti konfliknya berputar-putar begitu saja. Tiap Arc punya konflik sendiri, ada yang diselesaikan ada pula yang berlanjutkan menciptakan arc baru. Dengan alur yang seperti ini pembaca selalu punya misteri dan motivasi baru untuk membaca chapter-chapter selanjutnya. Antara satu event dan event lainnya juga berkesinambungan. Namun, meski penyampaian ceritanya cukup memuaskan kami rasa cerita dengan konflik sepadat dan serumit ini bisa lebih dieksplor dengan membaginya jadi 2 atau 3 novel. Tetapi ipen kali ini bukan ipen cerita bersambung sehingga kemampuan author memoles cerita yang seharusnya panjang menjadi padat, tapi tak kehilangan bagian pentingnya patut diacungi jempol.
Plot twist pun tersaji lengkap. Bukan plot twist tanpa penjelasan yang tiba-tiba muncul begitu saja, tapi dengan perhitungan dan sebab-akibat yang jelas. Contoh salah satu plot twistnya adalah, Songyu yang tak mati, melainkan tertidur di dalam waktu cukup lama dan menjadi seorang dewa (bersama-sama Canxun yang setengah dewa) saat di waktu ke depan.
World Building :
Mengenai WB semua saling mendukung. Tak hanya nama tokoh, tentang wilayah bahkan hukum di dunia persilatan, dan istana yang mengagumkan pun dijelaskan dengan gaya yang mudah dipahami. Jurus-jurus mematikan dan pusaka-pusaka ajaib juga memperkuat latar di dunia wuxia yang ditulis oleh author.
Setting yang diambil adalah sebuah kota di negeri panda, tepatnya kota Yangzhou. Bahkan dalam era modern, kota Yangzhou masih dikelilingi sungai dan danau, dan penulis berhasil menyampaikan dengan baik mengenai kota yang menjadi latar.
Selain itu, penulis juga membuat tempat yang bisa dilihat jelas kalau referensinya berasal dari berbagai macam film silat.
Diksi, PUEBI, dan gaya penulisan.
Diksi yang dipilih tidak sulit dipahami. Meski banyak penggunaan bahasa mandarin demi mendukung penguatan latar disertai juga dengan penjelasan sehingga pembaca betul-betul memahami maknanya.
PUEBI cukup rapi dan gaya kepenulisan sesuai dengan tema wuxia yang diambil. Meski konfliknya berat, tapi pembawaannya ringan sehingga bagi pembaca yang baru mencoba novel wuxia tak akan kesulitan dalam memahaminya.
Pendapat Juri: (ini hanya pendapat pribadi para juri, silakan abaikan kalau merasa tidak nyaman)
-Ini pertama kalinya saya membaca cerita dengan tema wuxia fantasi sepenuhnya seperti ini, tapi tidak ada perasaan janggal dan heran dengan penjelasan mengenai jurus dan pusaka yang disajikan dalam cerita ini. Meski rasanya terlalu padat, tapi tidak membuat cerita ini jadi membosankan dengan konflik yang berputar-putar. Dari: Juri Receh
-Cerita yang asyik untuk dinikmati, terutama di saat santai. Walaupun panjang, tetapi setiap arc yang disuguhkan menimbulkan seseorang ingin terus membaca. Hanya saja, menurut gue, tokoh Om Zhongbing lebih menonjol daripada tokoh lainnya, membuat gue suka sama tokoh ini dibandingkan tokoh-tokoh lainnya. Dari: Juri Bipolar
-Saya pribadi menyukai tokoh Om Zhongbing juga. Hahahha ... karena membaca tokoh dengan pemikiran liberal itu sangat menyenangkan, bisa membuat suasana lebih hidup dan cair. Tapi saya juga menyukai tokoh Canxun yang terkadang santai, terkadang kepo, pada akhirnya, Canxun mewarisi sifat mertuanya. Hahhaha ... Saya juga penasaran dengan pendiri partai Donghan yang sepertinya juga sangat 'liar'. Bayangkan, menjual pusaka penting demi membangun istana es, plus dia juga yang merancang sistem rumit di dalam makam kuno leluhur keluarga Xue, termasuk jebakan. Kebayang gak itu orang otaknya macam apa? ^^ Dari : Juri Tampan Misterius.
-Cerita ini terbagi menjadi 8 arc, tapi saya membacanya dengan mulus dan tidak terasa menjemukan. Bagi penyuka novel wuxia seperti saya, cerita ini sangat menarik. Karakter yang dituliskan benar-benar terasa perbedaannya walaupun itu adalah karakter sampingan. Bahkan penulis dapat membuat saya sedikit bersimpati kepada karakter jahat seperti Hua Pingyuan ketika pria itu membunuh sendiri putrinya. WB yang disajikan juga sangat bagus dengan tata bahasa selayaknya novel Wuxia, jika saya menemukan cerita ini tanpa tahu siapa penulisnya, maka kemungkinan besar saya akan menyangka ini adalah novel terjemahan. Saya menunggu karya-karya author yang lain. Tertanda juri yang mencoba setia.
-Biasanya saya tidak membaca novel wuxia, hanya saja sedari awal saya langsung tertarik dengan humor yg disajikan, lalu semakin membuat penasaran dengan berbagai keunikan karakter dan jalan cerita yg akhirnya menjadi romansa. Di awal saya pikir straight, ternyata dia adalah penyamar handal yang intinya menjadi homo. Good job untuk author! Dari: Tadi
-Biasanya, kebanyakan, cerita fantasy-romance seperti ini akan lebih condong ke salah satu sisi saja. Namun dalam cerita ini, romance dan fantasy berhasil dipadukan dengan baik, begitu juga dengan konflik ceritanya. Penyampaian yang nyaman dan diksi yang mampu dicerna, berhasil membuat saya pribadi tidak bisa berhenti membaca cerita ini sampai akhir. Dari: Pecandu Matcha
-Sudah terbiasa nonton film cina dengan setting pendekar dan tema fantasi, gue tentu nggak merasa kesulitan untuk membangun dunia yang diceritakan penulis. Hanya saja sedikit bingung karena sampai Songyu membeku sepenuhnya gue nggak tau ini takdir siapa dan takdir macam apa yang diubah. Kalau bukan karena baca percakapan para dewa gue nggak bakal tau deh.
Maybe ... author mau memberi tiny bits of vision sebagai prolog soal Songyu yang menjadi iblis jahat kalau nggak bertemu dengan Canxun yang kena telapak es? Karena kan ternyata yang diubah di sini lebih kompleks dari sekadar siapa yang seharusnya mati dan siapa yang seharusnya membeku. Over all, the story is super good and well written. Good job. Dari: Juri G
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top