Look-Out
Karya ini dikarang oleh ZahraHimi
******
23 November 2024
Karena produksi manusia semakin meningkat dan tidak dapat ditekan, US menciptakan pesawat antariksa yang mengantarkan manusia berpindah ke Mars. Namun hanya sebagian manusia yang dapat berpindah ke sana, karena bahan bakar dan daya tampung yang sedikit. Pada tahun ini, lapisan es di Greenland mulai mencair, menambah volume air laut dan kekeringan semakin parah.
14 Februari 2040
Air laut meninggi terlalu cepat, menenggelamkan pulau-pulau dengan daratan yang rendah 30 tahun terakhir. Karena ketinggian air yang tidak diprediksi sebelumnya, banyak warga yang tersapu arus terutama di Kota Venice, Italia. Di mana mereka sedang menikmati waktu, memadu kasih. Hari kasih sayang itu, menjadi hari berduka bagi sebagian penduduk bumi. Lebih dari 80 ribu jiwa meninggal dan 2.456 lainnya hilang.
28 Desember 2052
Krisis air bersih semakin parah dan laut mulai terasa asin, pemanasan global semakin menggila. Sebuah meteor besar mengunjungi Bumi. Akibatnya negara bagian Asia Timur dilanda gelombang setinggi 10 meter, berkecepatan 850 km/jam. Sekali lagi, bumi ini berduka.
14 Februari 2174
Matahari membesar, ilmuwan memperkirakan gelombang Matahari bersuhu 145° C mengenai tiga planet terdekatnya, bahkan efek radiasinya masih akan mengenai sebagian Planet Mars. Puluhan pesawat antariksa dari Mars mendarat, jutaan manusia diangkut. 15 menit sebelum gelombang Matahari mengenai Bumi, pesawat-pesawat itu telah berhasil berada pada jarak aman. Mereka yang beruntung berada di pesawat itu, melihat planet tempat mereka selama ini tinggal, hancur perlahan. Terbakar.
21 Mei 2194
Pada tahun ke-20 manusia dari Bumi berpindah ke Mars. Karena manusia yang hidup sangat berdekatan, seluruh bahasa dan mata uang di ubah, seluruh manusia diwajibkan menggunakan dolar dan Bahasa Inggris. Penyesuaian seluruh masyarakat berlangsung selama 3 tahun ke depan.
14 Februari 2294
Setelah beradaptasi, bertahan dari badai pasir dan suhu di Mars, NASA dan para ilmuwan memutuskan untuk berpindah planet. Mereka berencana menuju salah satu super-Earth, yaitu Kepler-442b, sebuah planet yang memiliki kemiripan dengan Bumi. Puluhan pesawat antariksa dengan kecepatan 40 tahun cahaya telah diciptakan, dengan kapasitas dua juta jiwa. Namun tetap saja, akan ada manusia yang dibuang.
13 Februari 2334
Dengan pesawat antariksa berkecepatan 40 tahun cahaya, dibutuhkan waktu 30 tahun untuk sampai di Planet Kepler-442b. Sepuluh tahun setelah perpindahan planet, perayaan hari kasih sayang masih terus dirayakan, walaupun tidak semua orang masih merayakannya. Namun, meskipun bahasa dan mata uang telah disatukan 2 abad terakhir, dan perjuangan bersama telah dilalui, akan ada orang-orang tertentu yang tetap egois. Perang Dunia lll dimulai.
¦++++++
Seorang gadis berseragam sekolah menengah yang masih rapi, rambut hitam diikat tinggi dengan anak-anak rambut menutup dahi, berbaring di kamar. Ia mengetuk lengannya, memeriksa kabar di sebuah grup kelas. Mata coklatnya menatap status media sosial, penuh dengan gambar coklat pemberian orang tersayang. Ia bukan iri, hanya berpikir itu bukanlah perayaan yang sangat penting, ataupun memiliki kewajiban untuk merayakannya. Tapi, pada beberapa waktu lagi, ia akan ikut merayakan hari ke-45 kalender gregorian ini. Namun sayangnya bukan dengan kebahagiaan berbunga-bunga, tapi penuh oleh goresan bukti hidupnya.
Ada banyak kejadian tercatat dalam sejarah pada 14 Februari, sejak 783 Masehi. Mulai dari Revolusi Abbasiyah, pembakaran masal, Inkuisi Spanyol, Perang Dunia II, penemuan unsur kimia, sejarah Santo Valentine, penempatan satelit, pemberontakan PETA, hingga yang paling terkenal adalah tragedi gelombang matahari. Ia duduk, menatap cup-lass —benda kaca setinggi empat meter yang digunakan untuk berganti pakaian secara digital. Suara robot dari luar ruangannya menyapa, mengingatkan jadwal kegiatannya hari ini.
Ia berdiri dan berganti pakaian. Di tahun 2342 ini, ada 3 jenis makanan yang bisa kamu konsumsi; hydrocav, sonanced, atau alga. Dibandingkan memakan asap atau dibohongi oleh musik, Arin lebih memilih menelan pil alga. Setelah makan, Arin menuju salah satu sudut kota. Arin memiliki tinggi badan 262 cm, cukup tinggi untuk ukuran gadis remaja yang rata-rata 255 cm, postur tubuhnya tegap, catatan kesehatannya baik, tidak ada kelainan mental, dan ia tidak terjangkit virus yang disebarkan oleh pihak-pihak perang.
(Hydrocav, sonanced, alga : nama makanan yang aku buat sendiri, dari referensi yang aku baca disebutkan makanan uap (hydrocav) : kenyang hanya dengan aroma dari makanan yang kau inginkan. Lalu ada sonicaenchanced, untuk mengubah rasa makanan. Sedangkan alga adalah flora laut yang memang sudah dijadikan pil sekarang, hanya sedikit berbeda fungsinya. Sumber : Youtube)
Ia telah melewati tes pelatihan awal dengan sangat baik. Hari ini, penilaian praktik perang pertamanya. Dilakukan di Ludyand, bagian timur laut pulau dengan area khusus pelatihan tentara perang. Arin memasuki gerbang besi Ludyand, ia menerima sebuah te-od —chip kecil, ditempelkan pada kulit untuk menyebarkan nutrisi yang dibutuhkan tubuh— dan pin berbentuk heptagon putih dengan ukiran awan berwarna merah, meniru awan yang memayungi mereka.
Pin itu memiliki fungsi untuk menyesuaikan seragam tentara yang akan mereka gunakan dengan tempat sekitar mereka, juga berfungsi sebagai alat pelacak yang akan otomatis mengirimkan sinyal bantuan jika denyut jantung pemiliknya dirasa bermasalah. Arin berdiri menatap hutan lebat, mendengarkan instruksi khas pin tersebut. Ia berjalan, menuju barisan anggota militer lainnya.
"Ismena amarin, 18 tahun, anggota resmi Archmiland 358.4. Putri dari Marsekal Oriza Amar," ujarnya mengkonfirmasi data diri untuk kepemilikan pin, "penyesuaian seragam militer!" dari bahu, pakaiannya berganti menjadi kemeja bertudung tanpa lengan dan celana longgar bercorak dengan beberapa kantong besar di sisi celananya. Langkahnya terhenti, ia berdiri tegak menerima Electronic Gun Pulse (EGP)—sebuah pistol elektronik yang dapat diatur fungsinya dari bodyphone.
Mereka yang lolos tes masuk militer berjumlah 530, terbagi kedalam dua grup (merah dan putih) yang ditugaskan untuk saling mengalahkan satu sama lain, dan mendapatkan bendera kecil sesuai kelompok mereka yang disimpan musuh. Tim pemenang akan diantar ke pulau pusat yang kemudian dilatih kembali hingga dipercaya sudah mampu memasuki medan perang, normalnya orang-orang harus melakukan dua hingga lima kali pelatihan. Meski begitu tak jarang beberapa remaja potensial lolos pada percobaan pertama.
Arin mendengarkan instruksi pemimpin grup, dipilih langsung oleh salah seorang prajurit sembari mengatur EGPnya. Ia menarik dua kabel pendek, memasukkannya pada otot flexor pollicis brevis tangan kanannya untuk dihubungkan pada bodyphone. Mereka diperbolehkan menembaki dan melumpuhkan musuh separah apa pun, jadi tentu saja dia harus bersiap maksimal. Jika tidak, ia akan tertinggal jauh. Mereka berbaris, menyimak suara pemimpin mereka yang terdengar jelas pada telinga mereka.
(Flexor pollicis brevis adalah otot di tangan yang melenturkan ibu jari.)
"Tidak ada masalah?" tanya pemimpin mereka, menanyakan mengenai Mikro Wt—alat komunikasi yang ditanam di bawah kulit tragus pada telinga kanan para anggota militer resmi.
(Tragus adalah bagian menonjol dari daun telinga yang dekat dengan pipi.)
"Tidak ada!" seru mereka bersamaan. Pemimpin mereka mengangguk, menoleh pada salah seorang prajurit yang mengawasi mereka. Memberi isyarat bahwa mereka telah siap. Karena grup lain juga sudah siap, prajurit tersebut berdiri tegak dan menyuarakan,
"Tidak ada batas waktu, pastikan kalian sudah mengalahkan semua anggota lawan dan mendapatkan bendera kalian sebelum melaporkan kemenangan kalian!"
"Dimengerti!"
"Balik kanan!" perintah prajurit itu, barisan kedua grup berbalik cepat. Sang prajurit berdiri memisahkan kubu merah dan putih, "Dengan ini... pelatihan dimulai!" serunya mengangkat bendera negara.
"Menyebar!" seru pemimpin kelompok Arin, kubu merah. Semua berlari memasuki hutan. Arin berbalik, berlindung pada sebuah pohon besar begitu melihat salah satu anggota lawan. Arin memanjat pohon, membidik anggota lawan. Satu di pundak, satu di tulang selangka, satu di ulu hati. Mereka yang ditembaki mulai membalas, mengarah pada dahan pohon Arin. Ada seseorang dari arah lain menyerang.
Kegan Topaz —pemimpin tim Arin telungkup di bawah semak, kemudian merangkak ke tempat lebih dekat. Terlihat sangat halus, seolah sudah terbiasa dengan kegiatan ini. Arin terlonjak, salah satu tembakan musuh mendesing ditelinganya. Tubuhnya membeku, tangannya meraih dahan, namun hanya beberapa menit. Tubuhnya kembali dipeluk angin. Kegan menangkap tubuhnya kemudian mendekat;
"Lari!" bisiknya pelan, sembari berlari melewatinya. Arin menoleh, melirik seekor furball yang berlari menujunya. Arin terdiam, tubuhnya gemetar. Meskipun tubuhnya cukup kuat, ia tidak memiliki pengalaman di alam liar. Kegan menoleh, terkejut melihat Arin yang diam ditempat. Ia mencak-mencak, mau tidak mau berbalik dan menyeret Arin, karena ia adalah pemimpin maka segala sesuatunya di bawah tanggung jawabnya 'kan? Arin tertatih memaksakan kakinya yang kaku untuk tertekuk dan melompat.
Dua menit berlari, Arin jatuh, nyaris mencium tanah. Kegan menatapnya kesal. Arin memiliki stamina yang cukup lemah, namun dapat dengan apik ditutupinya. Ia sering menciptakan beragam peralatan mikro namun berdampak besar. Karena itu, meskipun kekuatan fisiknya sedikit di bawah standar ia tetap diterima dalam kemiliteran. Arin meraih lengan Kegan, lalu membungkuk. Ikat pinggang Arin menyala, mengaktifkan sensor lalu memanjang, menarik mereka berdua ke batang pohon.
Furball berada di hadapan mereka, menghembuskan uap tipis, kaki kecil dan sisi matanya berdarah membuat bulu putihnya memiliki bercak, namun kecepatannya tidak berkurang. Seperti namanya, bola bulu besar yang menemukan mangsa dengan mendeteksi panas, namun tidak dapat mendongak. Karena tidak dapat menemukan mereka, ia menebar benang-benang tipis sebagai perangkap. Arin mengetuk lengannya, layar elektronik menyala dengan tambahan fitur pengatur EGP.
"Kegan tolong ya," panggil Arin pelan, lalu melompat menuju Furball. Kegan terlonjak dan segera meraih kedua pergelangan kaki Arin, panik karena kakinya nyaris ikut meninggalkan pijakannya. Arin melayang, membidik titik di antara mata hijau Furball.
Sedetik sebelum Arin menembak, seseorang telah lebih dulu menyerang si furball dengan bunyi dengung yang kentara. Disaat Arin masih terkejut, pegangan Kegan padanya terlepas. Ia menempel terbalik pada jalinan benang tipis Furball, dengan Kegan mencium tanah. Jalinan benang tipis itu dengan cepat menggulung Arin, menghipnotisnya dengan aroma Xylene. Kegan membidik dengan EGPnya yang telah mewujud menjadi Smith & Wesson 500 magnum sambil menyamakan kecepatan furball yang mendekap gumpalan bola tempat Arin terikat.
(Xylene : zat kimia beracun dengan efek menimbulkan gejala inhalasi.)
(Smith & Wesson 500 magnum adalah pistol kaliber semi-berbilah lima puluh kaliber.)
Dengung kembali terdengar, Kegan menembak beberapa kali kemudian menekan tragus, menyalakan fungsi Mikro Wt.
"Menuju gua 53.4! Arin ditangkap, cepat!" ucapnya memerintah anggota lain untuk menolong. Kegan bersandar di mulut gua, mengintip furball yang menghilang ditelan gelap. Satu peraturan terpenting dalam pelatihan ini: jangan biarkan anggota tim mu mati, jika ini terjadi maka seluruh anggota tim akan dinyatakan kalah dan dikeluarkan dari kemiliteran.
"Hei, apa ini salahku?" tanya seorang lelaki seumurannya, orang yang menembak furball sebelum Arin.
"Menurutmu?" ujarnya kesal.
"Ya... aku mana tau kalian mau melawan balik. Aku cuma mau bantu tadi," laki-laki menunduk, menggumamkan maaf.
"Kalau begitu bantu saja lagi," laki-laki mengangguk, mengeratkan genggamannya. Beberapa orang lainnya datang, melaporkan mereka telah mengalahkan sebagian besar tim lawan. Kegan mengangguk, memerintahkan untuk masuk.
Mereka masuk, berjalan perlahan. Mengatur EGP, membuatnya bersinar merah menyorot ke depan. Gua itu memiliki banyak stalagtit dan stalagmit berwarna kebiruan dengan lantai yang tak ramah. Lorong gua itu menurun, dengan langit-langit yang rendah dengan cahaya yang semakin minim. Mereka berjalan membungkuk, meraba sisi gua dengan waspada. Seorang pria yang berjalan di sisi Kegan terpeleset, jatuh dengan suara menggema. Saat itu, barulah mereka memperhatikan bahwa sisi-sisi gua terlalu rapuh untuk diberikan banyak tekanan, yang kemudian akan jatuh pada kegelapan yang entah sejauh apa?
Arin mengedipkan matanya pelan, menatap jalinan benang di depannya. Tubuhnya lemas, tidak bisa digerakkan. Arin menahan napasnya, berharap xylene berhenti memasuki paru-parunya. Setelah tubuhnya dirasa cukup bisa ia kendalikan, Arin membuka salah satu kantong celana, mengeluarkan sebuah stik seukuran telapak tangan. Arin meletakkan ibu jarinya pada sebuah lekukan di sana, lalu mengarahkannya.
Benang-benang itu meleleh perlahan, hingga membuka lubang yang cukup besar untuk Arin keluar. Arin bangun, merangkak keluar dari bola benang yang menyiksa pernapasannya. Ia menghembuskan napas, lega meskipun pada beberapa bagian tubuhnya melepuh terkena benang yang meleleh. Ia berdiri dengan kaki gemetar, bertumpu pada dinding gua. Arin melangkah, mengikuti keinginan kakinya.
Ke mana pun, asal tidak di sini.
Arin sampai pada sebuah lorong dengan jurang dalam disalah satu sisinya. Sayang, sebelum sampai pada sisi gua tanpa jurang di sana, penglihatannya mengabur. Tubuhnya jatuh, tidak dapat digerakkan lagi. Ia hanya bisa diam, gemetar tanpa suara meskipun ia dapat merasakan tubuhnya jatuh bersama lantai gua.
Berjam-jam setelahnya, Arin mendengar langkah kaki berat. Pupil matanya sudah membesar, menyesuaikan pada tempatnya berada. Ia menangkap bayangan seseorang mendekatinya, menatap dengan tanya.
"Ah, Arin?" ucapnya, Arin juga mendengarnya tadi. Kegan dan yang lainnya sedang sibuk mencarinya,
Apakah mereka ada di dekat sini?
Arin yang diam tidak bergerak, tidak juga menjawab, membuatnya panik. Tapi ia melihat mata Arin berkedip, melihat itu, dia memutuskan mendekat dan menggendong Arin.
"Aku akan membawamu, jadi tidak perlu khawatir. Meskipun, aku masih tidak mengerti ada apa denganmu, dan aku harus meminta maaf karena aku juga terpisah dengan Kegan. Tapi, ayo berusaha!" ujarnya menjelaskan. Arin melihat beberapa lebam dan lecet di tubuhnya, memikirkan alasan mengapa ia bisa terpisah. "Kegan, aku menemukan Arin!" ujarnya berulang kali, berharap mendapat respons dan arahan apa yang harus ia lakukan setelahnya. Tanpa tahu telinganya yang tergores telah kehilangan Mikro Wt-nya. Ia terus berjalan, hingga beberapa kali harus berhenti untuk mengistirahatkan kakinya.
"Maaf ya Arin, kaki ku perlu istirahat lagi," Arin diam, bukan hanya karena ia masih tidak dapat menggerakkan tubuhnya, ia juga memikirkan bagaimana mereka bisa keluar dan tidak tersesat lebih jauh. Arin tidak mau semakin menyusahkannya.
"Arin!" serunya tiba-tiba, "Mungkin... hanya mungkin, kita akan keluar sebentar lagi." ujarnya, dengan nada riang. Jelas sekali ia sangat berharap pada cahaya dan secuil kemungkinan yang ada. Ia melangkah bersemangat, hingga benar-benar sampai pada jalan buntu dengan celah-celah yang menghantarkan sinar namun sedikit redup. Arin diturunkan, kemudian laki-laki berusaha membuka celah bebatuan itu. Beberapa kali mundur dan mengeratkan rahangnya. Kulit tangannya tergores cukup dalam. Setelah beberapa kali melemparkan tubuhnya, bebatuan yang menghalangi itu runtuh.
Di sana, terpampang lautan biru gelap, dengan beberapa gulungan ombak nan jauh di sana. Mereka berada di tepian tebing pulau, Arin duduk bersandar pada pagar pembatas pulau sedangkan lelaki itu berdiri menghadap laut. Karena sudah cukup lama tidak menghirup xylene dan digantikan dengan udara segar, tubuhnya—meskipun masih lemas, namun sudah lebih aktif.
"Terima kasih," lelaki di depannya tersenyum, membelakangi mentari yang baru saja bangun.
"Senang kau baik-baik saja"
Kegan berbelok pada sebuah percabangan gua. Setelah lama berjalan, Kegan berhenti dan mengangkat lengan, meminta yang lain ikut berhenti. Di hadapan mereka, terdapat tumpukan bola-bola manusia. Ia berjongkok, mengubah EGP menjadi sebuah Jagdkommando, mencoba mengoyak gumpalan itu. Kegan berdiri setelah bola itu rusak, mengeluarkan tubuh manusia dengan cairan kekuningan lengket.
(Jagdkommando = pisau militer pembunuh berbentuk spiral.)
"Dia sudah mulai membusuk," gumam Kegan. Mereka yang mengikuti aktivitas Kegan, melaporkan hal yang sama. Hanya beberapa yang masih dapat diselamatkan, digendong pada punggung beberapa orang dari mereka itu pun dalam kondisi yang sangat buruk. Stalaktit di sekitar mereka bergetar, gumpalan-gumpalan bulu mengelilingi mereka, memaksa untuk bergumul.
"Ada yang ingin menyumbangkan nyawa?" ujarnya, beberapa anggota lain mengajukan diri. Mereka memutuskan menghabisi mulai dari induk furball sedang sisanya akan menyerang yang lebih kecil. Mereka menyerang, terhempas, terpeleset dan salah sasaran berulang kali. Kegan mengangkat lengan untuk menutupi matanya dari semprotan cairan panas, cairan yang biasa para furball jadikan perangkap.
Tangan Kegan tenggelam dalam bulu halus, mengenai tempat di antara mata furball, membuatnya mendesis nyaring. Kegan bergelantungan beberapa saat, meninggalkan sobekan dalam yang cukup panjang. Begitu turun, ia mengeraskan rahang. Kakinya melepuh, melirik pada seekor furball kecil dibelakangnya. Ia mengangkat pinggang dan melemparkan kaki secepat ia bisa, namun furball itu menghindar, lari dengan cepat. Bersama furball kecil lain yang sudah bersembunyi, tersisa satu furball terbesar, menatap waspada.
"Aku perut, sudah tidak dapat melompat," Kegan mengumumkan, mereka memilih tempat untuk diserang. Berjalan perlahan, mengelilingi. Bersiap menunggu komando.
"Ayo!" seru Kegan. Mereka berlari, melompat, dan membidik. Furball itu menatap mereka, mengeluarkan benang, memintal, kemudian ia gelindingkan menuju salah satu dari mereka secara acak dan cepat. Banyak dari mereka tidak sempat menghindar, terjerat pada dinding gua. Salah seorang gadis, berteriak diikuti desisan furball. Gadis itu menusuk tepat di matanya, yang lain dengan sigap membidik kepala furball. Bunyi dengung terdengar berulang, mereka menjatuhkan furball bersama dengan bunyi berdebam keras.
Kegan menyeret kakinya, membantu mereka yang terjerat jaring.
"Kegan, kita sudahi saja," kata salah satu dari anggotanya, yang juga ikut membantu Kegan.
"Iya, kita gak bisa bahayain yang lain lagi," Kegan membuka mulutnya, namun tidak dapat menyangkal.
"Benar, ada beberapa juga dari tim lawan yang butuh pertolongan segera,"
Kegan berpikir sebentar, memikirkan kemungkinan sedalam apa gua ini? "Ya sudah," jawabnya kemudian. Mereka berbalik, membawa tubuh tanpa kesadaran di punggung mereka, memapah tubuh kembali ke kantor pusat.
Kali ini, mereka berbaris tanpa dipisah oleh tim merah atau putih. Mendengarkan ceramah panjang dan hukuman yang akan mereka dapatkan. Terlebih tim putih, mereka bahkan tidak mengetahui ada dari kelompok mereka yang hilang. Namun, sebelum prajurit di depan mereka memutuskan untuk mengeluarkan tim merah dari kemiliteran, seseorang datang menyapa. Berdeham.
Arin berjalan tertatih dengan salah seorang pria sedang tertidur pulas dalam sebuah Cb—sebutan Arin untuk tempat tidur berbentuk kapsul dengan kaca transparan yang melayang. Seorang prajurit wanita menghampirinya, membawanya ke dalam kantor dan memeriksa tubuhnya serta laki-laki yang bersamanya.
"Dia baik-baik saja," lapor wanita itu kemudian.
"Baiklah..." sang kopral melirik Kegan, melangkah dan menepuk bahunya, "Tim kalian lulus," ujarnya mengumumkan. Sedangkan tim lawan, harus menunduk dan menunggu tes berikutnya, begitu anggota tim mereka ditemukan dan pulih kembali.
¦+++++
Di planet yang kini dihuni oleh manusia, hanya ada sebuah pulau besar seukuran Benua Asia pada Bumi terdahulu. Pulau tersebut dibagi seadil mungkin oleh organisasi internasional.
Sebuah pulau buatan dengan kapasitas 50 juta jiwa diciptakan karena pulau yang ada tidak dapat menampung banyak manusia. Pulau tersebut akan mengapung, bergerak mengikuti arus air, dengan bendera tertentu yang melayang tepat di atas pulau tersebut. Di pusat pulau, ada sebuah bangunan yang berfungsi sebagai radar, peta dunia hologram yang menunjukkan di mana pulau-pulau lainnya berada. Di planet ini, Matahari tidaklah begitu terang, sehingga mereka menggunakan owl lens yang menyerap cahaya sebanyak yang kau butuhkan. Selama 10 tahun awal kedatangan di Bumi baru, segalanya masih baik-baik saja. Namun, setelahnya negara yang lebih dulu berhasil bangkit dan jaya kembali menjadi egois, mereka menginginkan kekuasaan. Sifat keserakahan manusia, yang memang sudah dimilikinya sejak lahir mengambil alih. Mereka, orang-orang yang berada dalam negara ini berpikir,
"Kami yang menemukan planet ini, kami yang menciptakan pesawat luar angkasa, dan kami yang mengembangkan semua kecanggihan teknologi ini, bukankah sudah wajar untuk kami memiliki wewenang yang jauh lebih besar dari negara lainnya?"
Tentu saja, itu tidak salah, namun juga tidak sepenuhnya benar. Setiap negara memiliki wewenangnya, seperti halnya setiap manusia memiliki haknya. Dan lagi, entah mereka tidak menyadarinya atau memang sengaja menutup mata, bahwa tidak hanya ilmuwan dari negara mereka yang berperan besar dalam perubahan dunia. Negara ini melancarkan perang begitu mengetahui nyaris setengah dari negara penghuni planet ini menentangnya. Dalam perang ini, pihak yang menentang cukup merugi karena negara-negara yang mendukung dan membantu negara itu adalah negara-negara yang cenderung sudah berkembang pesat. Negara-negara yang memang telah kuat di Bumi yang lalu.
Arin, lahir dan besar di salah satu negara penentang. Orang tuanya meninggalkan ia dengan para robot pengasuh, sejak ia menginjak usia 8 tahun untuk pergi mengikuti tes militer, membantu perang negara mereka sebagai bentuk kewajiban warga negara, dan ini adalah cara bagaimana mereka menyerukan bahwa negara mereka ingin diberikan sikap adil. Bahwa mereka semua, berhak mendapatkan segalanya yang setara.
Arin mengedipkan matanya, menatap pulau dengan bendera merah putih mengambang lebar di atasnya dari pesawat udara. Ia telah menantikan hari ini bertahun-tahun lamanya, sejak orang tuanya melakukan tugasnya. Ia tahu, ibunya telah pergi dalam sebuah perang besar, jadi hanya ada ayahnya sekarang. Segala usaha dan impiannya adalah untuk bersama ayahnya. Keluarganya.
Apa ayah merindukanku, ya?
Sayang seribu sayang, ada kabar tidak mengenakkan yang akan menanti Arin di pulau itu. Pada hari itu, saat ia bersantai menatap laut, ayahnya sedang sibuk mengatasi masalah yang cukup rumit. Mempertaruhkan nyawa. Kabar ini nanti yang akan meruntuhkan hatinya, membuatnya kebingungan bagaimana melangkah. Saat hari itu tiba, adalah hari di mana ia memiliki memori pedih. Ayahnya, orang terpenting dan satu-satunya akan pergi, menutup mata tanpa ia bisa melakukan apa pun. Tapi untuk saat ini, mari biarkan ia beristirahat sejenak.
+++++++++_
Hayo Bagaimana?
Jangan lupa vomment ya :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top