JOIN

Cerita ini dikarang oleh Cakeloveid12

**

Hadirmu adalah napasku

Senyummu adalah duniaku

---
Menurut Airin, tidak ada hal yang lebih menyenangkan selain menatap Joan dari kejauhan. Hanya dengan menatapnya pasokan udara yang ada di sekelilingnya bertambah banyak dan memenuhi rongga dadanya,dan menurut Airin pada tanggal 14 Februari nanti adalah hari yang tepat untuk Airin bertindak sesuatu, sesuatu yang bahkan Airin tidak pernah bisa lakukan. Masih ada beberapa hari lagi tanggal yang ditentukan itu tiba,maka Airin akan membuat sesuatu yang akan spektakuler menurutnya.

Segeralah ia sibuk dengan berbagai macam kain dan benang hanya untuk mempersiapkan itu bahkan ia sampai sering melupakan tugas sekolah dan ulangan hariannya padahal ia akan ujian nasional sebentar lagi, orang tuanya tidak dapat memantau Airin setiap saat karena mereka sendiri sibuk bekerja dan apabila Airin di nasehati oleh teman - temannya, ia tidak pernah mendengarkannya. Padahal dulu, sebelum ia menyukai Joan hidupnya tidak selalu bergantung kepada rasa cinta dan kehadiran Joan. Namun, sekarang yang hanya ada dipikirannya hanyalah Joan semata, Joan yang tersenyum, Joan yang tertawa bahkan kehadiran Joan adalah jiwanya.

Bahkan Airin tidak peduli bahwa teman - temannya sudah mulai kesal dan akhirnya menjauhinya. Bagi Airin yang paling penting hanyalah Joan semata, ia selalu berpikir bahwa hanya dengan mencintai Joan dia dapat bertahan hidup. Kehidupan sekolahnya sudah tidak penting lagi, bahkan keluarganya ia tidak pedulikan sampai akhirnya Windy tak tahan lagi sebagai sahabat dekat Airin, dia tidak ingin Airin terjerumus dalam hal yang bahkan itu semu.

"Airin, aku mau kita bicara." panggil Windy yang menatap Airin kasihan karena sudah seharian penuh ia tidak beranjak dari bangkunya dan hanya mempersiapkan hadiah untuk Joan.

"Bicara saja." ucapnya tanpa menatap Windy yang sedang memperhatikannya secara saksama.

"Aku hanya mau tanya, seberapa cintanya kamu dengan Joan?" Tanya Windy yang langsung mendapat respons Airin dengan ocehan panjang lebar tiada henti namun, Windy masih mau tetap mendengarkannya setelah selesai bercerita Windy hanya tersenyum lalu memberi pertanyaan sederhana, cukup sederhana namun membuat Airin diam beberapa saat.

"Lebih berharga keluarga dan teman - temanmu atau Joan, Airin?"

"Joan," Jawab Airin ragu lalu kembali meraih gunting dan memotong kertas warna - warninya itu.

"Kamu ragu Airin!" Bentak Windy membuat Airin terkejut dan menjatuhkan gunting yang ia pegang.

"Aku tidak berbohong dan jangan ganggu aku." Ketus Airin lalu membereskan kertas - kertasnya dan pergi dari situ meninggalkan Windy yang masih kesal dengan wajah memerah menahan amarahnya. Windy setelah itu sadar bahwa hanya dia yang dapat mengendalikan amarah gadis itu dan segera mengikuti Airin untuk menemaninya karena ia yakin Airin akan mengikuti semua sarannya untuk meninggalkan Joan yang pastinya dengan cara yang baik – baik.

Windy membatin dan memberikan semangat kepada dirinya sendiri 'demi kebaikan Airin!' lalu segera ia mengikuti Airin yang sudah melangkah ke perpustakaan.

Airin tahu bahwa Windy mengikutinya, namun sepertinya hatinya sudah beku dan matanya hanya tertuju kepada Joan seorang sehingga dia tidak mempedulikan yang lainnya bahkan sahabatnya sendiri. Segera ia memasuki perpustakaan untuk kembali mempersiapkan hadiah darinya untuk Joan di hari valentine besok hari, ia tahu bahwa Windy menyayanginya seperti adik sendiri, ia hanya tahu tetapi tidak ingin peduli yang harus ia pedulikan hanyalah Joan semata. Joan, Joan, Joan hanya Joan.

Sampai akhirnya tanggal yang ditentukan pun tiba, yaitu tanggal 14 Februari Airin tetap tidak mempedulikan Windy yang selalu ada di sisinya dan langsung saja menghancurkan harga dirinya dengan menyatakan cinta kepada Joan di depan umum dan dilihat semua orang yang berada disitu.

"Kumohon jadilah pacarku!" Seru Airin sambil memberikan sebuah bungkusan plastik berwana pink dan sebatang cokelat.

"Kamu siapa ya?" Tanya Joan yang tadinya akan kembali ke kelas namun urung karena ada seorang gadis aneh ya tiba - tiba mendatanginya.

"Oh, nama aku Airin, dan aku sudah menyukaimu sejak lama, jadi kumohon jadilah pacarku," mohon Airin yang sedikit kecewa karena Joan tidak mengetahui namanya.

"Oh, maaf aku tidak mengenalmu, jadi silakan pergi dari sini, kamu mengganggu jalanku," ucap Joan sinis lalu mendorong badan Airin pelan namun dapat membuat badan Airin terhuyung kebelakang.

"Tap... Tapi.... Aku suka dengan kamu Joan," ucap Airin terbata – bata yang hanya dijawab dengan lirikan sinis dari Joan.

"Kamu itu cuma sekadar sampah masyarakat yang cuma bisa ngejar cinta tapi otak gak pernah dipake," katanya menusuk relung hati Airin dalam namun Airin tetap tegar dan terus memohon Joan untuk menjadi pacarnya dan sebuah tamparan keras mendarat di pipi Airin.

"Cukup ya! Udah gak pantas hidup masih nyusahin orang aja!" bentak Joan membuat Airin terdiam beberapa saat.

"Airin udah biarin dia pergi," akhirnya Windy bertindak dengan mencekal kedua tangan Airin untuk tidak bergerak macam – macam.

"Kamu kenapa sih ?!" bentak Airin sambil menepis tangan Windy yang tadi menahannya.

"Buat apa kamu mempedulikan dia yang bahkan ngatain kamu sampah masyarakat AIRIN !" teriak Windy yang membuat seluruh orang di sana terkejut.

"Gak usah ganggu aku !" bentak Airin lalu pergi ke arah yang berlawanan dengan Joan tadi.

Windy tidak pernah menyangka bahwa Airin sebegitu maniaknya dengan Joan bahkan setelah dia dihina dan dipermalukan di depan umum Airin tetap tidak peduli dan terus mengejar Joan sampai akhirnya setelah kejadian itu sudah berlangsung berhari – hati yang lalu berita itu tetap menghangat di kalangan teman – teman sekelasnya. Hingga, tak jarang Airin mendapatkan cemooh dan hinaan yang membuatnya stres berat namun Windy tetap menemaninya dan mencoba untuk berbicara dengan Airin supaya untuk melupakan Joan saja atau mendiamkan cemoohan orang – orang namun, apa daya hati Airin masih membeku jadi dia belum bisa menerima nasihat Windy meskipun itu baik.

Sampai suatu ketika Airin pergi ke lantai paling atas tempat anak – anak biasanya untuk menyendiri Airin mengecek kondisi di sana apakah ada orang atau tidak setelah dipastikan tidak ada orang, ia langsung mengeluarkan cutter berkilau dan langsung menyayat tangannya dan membiarkan darah segar mengucur di tangannya hingga menetes di tanah belum sempat berbalik Airin mendengar seruan yang membuatnya berdecak sebal.

"Airin kamu ngapain dengan cutter itu?" Seru Windy yang membuat Airin memasukan kembali cutter nya dan mengelap bekas darah tadi di seragamnya.

"Apa urusanmu?" ucapnya singkat lalu pergi melewati Windy yang terdiam lalu ikut berbalik dan membiarkan Airin berjalan 5 langkah lebih jauh lalu ia bersuara.

"Karena aku yang paling peduli denganmu, karena kita sahabat," ucapannya membuat Airin tertohok lalu menghentikan langkahnya.

"Tidak ada yang namanya sabahat!" bentak Airin lalu pergi meninggalkan Windy yang terkejut karena jawaban Airin yang tidak pernah ia duga.

"Ar, aku janji aku akan bersamamu selalu," ucap Windy pelan sambil menatap nanar punggung Airin yang semakin menjauh.

Keesokan harinya Windy bertekad untuk mengajak bicara Airin namun sepertinya usahanya gagal total karena Airin tidak mengikuti pembelajaran dari pagi tetapi tasnya ada di kursinya entah kemana anak itu Windy hanya bisa menunggu jam istirahat berbunyi untuk mencari Airin yang hilang entah kemana.

Setelah bel istirahat berbunyi Windy langsung melesat ke kamar mandi untuk mencari Airin namun dia tidak menemukan siapapun di sana akhirnya ia mencari Airin di taman namun juga tidak dia kunjung temukan Windy heran sebenarnya Airin itu pergi kemana seluruh penjuru sekolah sudah ia cari namun tidak kunjung menemukan Airin.

Sampai akhirnya ada sebuah pesan yang masuk di ponsel Windy. Segera ia buka dan ternyata itu dari Reza anak IPS yang suka padanya dan berulang kali meminta Windy untuk menjadi pacarnya namun selalu Windy tolak.

Win, aku mau kita ketemu.

Buat apa ?

Aku tahu kalau aku nembak kamu kamu bakal tolak aku jadi kali ini aku mau bilang aku tau di mana Airin.

Di mana ?

Pergi ke taman lagi.

Segera.

Windy segera mematikan ponselnya. Pikirannya hanya tertuju kepada Airin dia takut Airin akan melakukan hal yang bahkan tidak pernah ia duga sebelumnya. Sesampainya dia di sana dia tidak dapat menemukan Airin bahkan Reza pun tidak ada. Suasana di sana sangat sepi biasanya anak – anak berkumpul di sana untuk berbincang pun sekarang tidak ada siapa – siapa.

Duarr !!!

Suara ledakan berserta pita – pita dari kertas berhamburan di dekat kaki Windy membuat Windy terkejut lalu mendongak untuk melihat siapa yang datang namun kecewa karena bukan Airin yang datang melainkan Reza yang membawa sebuket bunga mawar dan bersimpuh di depan Windy untuk menyatakan cintanya untuk kesekian kalinya.

"Windy, maukah kamu menjadi pacarku?" tanya Reza yang di sekelilingnya sudah terdapat banyak orang yang berteriak untuk menerima Reza saja.

"Kamu membohongiku Reza," ucap Windy ketus lalu segera pergi dari situ.

"Memang! Aku sengaja, kamu selalu saja membela Airin, selalu memuja Airin, selalu mementingkan Airin! Kamu tidak pernah peduli dengan dirimu sendiri!" teriak Reza yang membuat langkah kaki Windy berhenti seketika merasa tertohok dengan ucapan Reza yang ada benarnya itu.

"Iya! Memang! Aku selalu memuji Airin, selalu membela Airin, selalu menomorsatukan Airin! Semua yang kamu ucapan itu benar Reza, tapi ada satu hal yang kamu tidak ketahui," ucap Windy menggantung lalu pergi dari situ Reza mengejarnya baru beberapa langkah Reza mencekal tangan Windy sampai membuat Windy berbalik.

"Apa yang aku tidak ketahui ?" bentak Reza yang membuat Windy menarik senyum sinis.

"Masih bertanya? Dia itu sahabatku bahkan kamu tidak bisa menggantikannya! Jadi jangan pernah meremehkan Airin karena kamu bahkan tidak bisa melampaui Airin!" bentak Windy yang lalu melepaskan cengkraman Reza lalu pergi dari situ. Ponsel Windy berbunyi kembali lalu segera membuka dan mengecek isinya yang ternyata dari Airin hanya sebuah pesan yang membuat Windy tersenyum.

Aku iri denganmu Windy, kamu bahkan membelaku padahal aku selalu menyakitimu.

Kamu melihatnya ?

Iya. Kamu mengapa mencariku ?

Aku ingin mengecek kondisi sahabatku ini sedang di mana kamu ? Mengapa tidak mengikuti pelajaran ?

Aku bosan saja telingaku juga penat.

Sekarang kamu di mana ? Aku akan menjemputmu.

Perpustakaan.

Setelah membaca Windy langsung berlari menuju perpustakaan untuk menemui sahabat terbaiknya tersebut sesampainya Windy di perpustakaan dia langsung mendapat serbuan pelukan dan tangis dari sahabatnya tersebut, Airin. Akhirnya Windy mencoba untuk membantu Airin untuk melupakan Joan dan akhirnya mereka berdua selalu bersama.

****

Sahabat lebih penting daripada segala hal, pacar tidak akan pernah dapat menggantikan posisi sahabat karena kamu bisa saja kehilangan pacar dan mencari lagi tetapi tidak dengan halnya sahabat dia akan membantumu disaat duka maupun suka...

****

Hayo bagaimana?

Jangan lupa vomment ya hehehe

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top