Hari Kasih Sayang Terakhir Bersama Ibu
Cerita ini dikarang oleh mirandaalysia
*****
Bandung, Indonesia
22.30
Resa bangun dari tidurnya karena suara bising yang ada di rumahnya. Resa perlahan membuka matanya. Hingga ia sadar.
"Saya tidak mau tau! Jika kalian tidak bisa membayar hutang silakan pergi dari sini besok pagi!" Suara itu lantang terdengar.
"Pak, beri waktu untuk kita melunasinya, suami saya sedang sakit, dia masih belum bisa bekerja lagi." Ibu Resa yang tidak bisa menahan air matanya. Ia menangis.
"Sudah tidak ada waktu untuk kalian, saya mau uangnya besok!" Dan seketika terdengar suara bantingan pintu.
Resa yang berdiri di depan pintu kamarnya hanya bisa menahan Isak tangisnya. Sejak ayahnya sakit stroke, keuangan keluarga Resa berubah drastis. Dan ibu Resa sudah berusaha untuk membayar hutang. Tetapi hutang keluarganya lebih besar daripada pendapatan sehari-hari yang ibu Resa dapatkan. Resa hanya bisa menatap orang tuannya dengan sendu.
Tahun ini Resa akan lulus dari SMA, tetapi ibunya belum bisa melunasi beberapa administrasi sekolah dan itu membuat Resa tidak bisa mengikuti ulangan. 'Apa aku bisa ikut ujian akhir' batin Resa. Ia kembali masuk ke dalam kamarnya.
Resa membaringkan tubuhnya di kasur sambil mengusap wajahnya. 'Kenapa harus begini? Rasanya kebahagiaan ku hilang dalam sekejap.' Batin Resa. Dan ia mulai menutup matanya yang mengantuk.
Di sisi lain ibu Resa sedang memecahkan semua celengan yang dia punya. Karena mereka bisa diusir jika tidak membayar hutang dan rumah mereka harus tersita oleh Bank. ' Apa yang harus aku lakukan? Aku sudah tidak punya uang lagi' batinnya. Ia telah menjual semua perhiasannya.
"Romi, cepatlah sembuh, kasihan Resa." Ucapnya seraya memegang tangan suaminya itu yang sudah tidak bisa apa-apa lagi. Bahkan untuk berbicara dengan jelas saja dia tak mampu.
"Resa!..." Teriakan itu terdengar berkali-kali di telinga Resa, tapi ia tak Mau menoleh sedikit pun. Itu adalah suara Gema, sahabat Resa.
"Resa.! Tunggu hei!" Resa semakin mempercepat jalannya. Resa tidak mau berbicara dengan siapa-siapa hari ini. Resa masuk ke kelas dan duduk paling belakang. Tetapi Resa tetap memperhatikan gurunya dengan baik.
"Shut... Shutt... Resa... Resa.." Resa menoleh ke sumber suara itu. Ternyata Gema.
"Apa?" Resa menatap Gema.
"Pulang sekolah aku main ke rumah kamu ya." Resa menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Mau apa ke rumah? Ibuku tidak memperbolehkan aku main." Jawab Resa.
"Aku tidak mau main hanya belajar bersama, boleh ya." Resa hanya menggunakan kepalanya.
Sepulang sekolah Resa mengajak Gema ke rumahnya. Gema terkejut melihat keadaan ayah Resa yang sangat memprihatinkan.
"Om Romi kenapa sama Tante?" tanya Gema sambil memegang tangan ayah Resa.
"Beliau, terkena stroke Gema." Jawabannya sambil tersenyum samar.
"Resa, jaga ayahmu dulu yah ibu mau pergi sebentar." Resa menganggukkan kepalanya. Resa mengambil bubur dan menyuapi ayahnya.
Gema iba melihat keluarga Resa seperti ini. Karena dulu ayah Resa mempunyai banyak bisnis yang pekerjaan yang banyak menghasilkan uang.
"Gema, aku tidak punyak makanan untuk disuguhkan untukmu." Gema tersenyum.
"Kamu ini seperti kedatangan siapa saja! Sudahlah tidak apa-apa." Gema menaruh tasnya di sofa dan memainkan ponselnya.
"Brakkk!!! Brakk!!" Resa dan Gema berlari keluar rumah. "Cepat kalian pergi dari sini! Ayo pergilah!"
"Ada apa ini pak, bapak jangan seenaknya merusak barang di rumah ini." Gema terkejut dengan kelakuan orang ini.
"Kamu ini siapa ikut Campur saja! Sebaiknya cepat bantu teman perempuan mu ini membereskan barang-barangnya dan pergi dari rumah ini."
"Pak! Ibu saya sedang tidak ada di rumah, saya mohon sama bapak jangan seperti ini. Ayah saya masih sakit dan ibu saya yang akan membayar hutang-hutangnya, saya mohon beri waktu keluarga saya!" Gema memeluk Resa yang terisak.
"Ah! Sudah cukup waktunya sekarang cepat pergi dari sini! Saya kasih kalian waktu 1 jam untuk membereskan barang-barang kalian!" Resa menangis sejadi-jadinya.
"Kenapa kamu gak pernah bilang ke aku kalau keluargamu punyak banyak hutang?" Gema mengusap pipi Resa.
"Aku baru tau kemarin malam Gema." Gema merasa perih di hatinya melihat Resa seperti ini.
"Resa aku akan bicara dengan orang tuaku, aku akan berusaha membantumu." Resa hanya menangis terisak-isak sampai akhirnya ibunya datang dengan bercucuran air mata di pipinya.
"Resa.." sendu sekali suaranya. Resa berlari memeluk ibunya.
"Resa kita pindah ya, rumah ini disita karena ayahmu belum bisa membayar hutang, ibu sudah tidak punya uang lag." Resa mengangguk dan membantu ibunya membereskan pakaian dan barang-barangnya.
"Nak Gema, maaf yah kamu jadi bantuin Tante sama Resa membereskan rumah." Gema tersenyum kaku.
"Tidak apalah tante Rani." Gema membawakan kardus berisi baju-baju Resa dan ibunya keluar rumah. "Bu, kita mau tinggal di mana?" Resa menggenggam tangan ibunya.
"Ibu sudah mencari rumah kost yang bisa kita tinggali sayang." Resa bernafas lega. Setelah sekitar 2 jam berjalan akhirnya mereka sampai di sebuah rumah kost yang bisa dibilang tak layak untuk dijadikan rumah karena sangat kumuh.
"Resa, kita tinggal di sini dulu ya, kalau ibu sudah punya uang baru kita akan mencari rumah kontrakan yang lain." Resa hanya bisa mengangguk pasrah dan mendorong kursi roda ayahnya masuk kedalam rumah.
"Ayah harus sembuh yah, kita harus hidup bahagia seperti dulu." Resa menggenggam tangan ayahnya dan menciumnya.
"Resa aku pulang dulu yah, nanti malam aku balik lagi kesini." Resa mengantar Gema sampai depan rumahnya.
"Hati-hati Gem, makasih yah udah bantuin aku." Resa menatap sahabatnya ini iba.
"Iya gak papa kok." Gema tersenyum hangat.
Resa membereskan semua pakainya dan mulai menata rumah barunya ini. Resa menyapu dan mengepel lantai dan membersihkan dinding-dinding rumah.
"Lumayan, sudah gak kelihatan kumuh banget." Resa tersenyum pasrah dan duduk di lantai dan mulai menutup matanya karena lelah dan mengantuk. Sementara itu ibu Resa menyiapkan makan siang untuk Resa dan suaminya.
Ibu Resa hanya menggoreng telur, tahu, dan tempe saja untuk lauknya dan membuat bubur untuk ayah Resa.
"Resa, bangun ayo makan dulu nak." Resa bangun dan benar saja perutnya keroncongan dan sudah sangat lapar.
"Iya ibu, ayo makan." Resa mengambil nasi dan tempe dan telur sebagian. Resa makan dengan cepat dan setelah itu Resa menyuapi ayahnya dan berganti ibunya yang makan. Sore harinya Resa mengerjakan tugas-tugas rumahnya kerena besok pagi akan dikumpulkan.
Resa terkenal pandai di sekolah Resa juga sering mendapatkan peringkat kedua di sekolahnya. Resa menatap ayahnya yang tak mampu bergerak di kursi rodanya.'biasanya ayah tidur di kasur.' Batin Resa.
Akhirnya Resa mengangkat ayahnya dan menidurkannya di kasur dan Resa menggelar tikar di lantai dan mengambil bantal dan selimut lalu tertidur lelap.
Gema memasuki rumahnya dengan pikirannya yang kacau, ia sangat ingin membantu Resa, tapi Gema sendiri tidak punya uang.
"Gem, sudah pulang? Kamu kenapa?" Ucap ibu Gema. Yang dari tadi sudah memperhatikan Gema tapi tidak disadari olehnya.
"Gema, gak papa Ma,Gema cuman capek aja," Ucap Gema. Meskipun Gema tidak pandai berbohong, tapi dia pandai merayu hati ibunya itu.
"Ma, mama tau Resa kan?" Tanya Gema.
"Iya, Resa teman kamu yang sering main di sini sama kamu itu kan?" Ucap ibu Gema.
"Iya bener, Mama bantuin Gema yah Ma, kasihan Resa," Ucap Gema.
"Bantu gimana sih sayang, Mama gak ngerti kamu ngomong apa?" Ucap Laras, ibu Gema sambil menyiapkan makan siang Gema.
"Jadi, gini ma, Resa sekarang beneran butuh bantuan, ayah Resa sakit dan ibu Resa yang harus bekerja, tadi waktu Gema main ke rumah Resa, rumahnya disita ma," Ucap Gema.
"Yah, ampun sayang, kenapa kamu baru bilang sekarang?" Ucap Laras sambil mencubit perut putra kesayangannya itu.
"Gema baru tau juga, mama jangan cubit perut Gema, sakit ma," Ucap Gema sambil menyentuh perutnya yang sedikit nyeri.
"Iya, nanti malam aja mama ke rumah Resa," Ucap Laras.
Di sisi lain ibu Resa sedang berkeliling ke rumah-rumah tetangga untuk mencari pekerjaan, rata-rata warga bekerja sebagai tukang cuci dan seterika pakaian. Dan ibu Resa memutuskan untuk bekerja itu juga dan memulainya malam ini. Ibu Resa mempercepat kerjanya karena sudah sangat larut malam.
Dan berjalan agak cepat ke rumah. Ibu Gema yang melihat ibu Resa jalan terburu-buru meneriakinya.
"Bu Rani! Bu Rani!" Ucap ibu Gema.
Ibu Resa menoleh ke belakang, dan ibu Gema langsung berjalan ke arahnya sambil berlari–lari kecil.
"Iya, Bu Laras ada apa ya?" Ucap ibu Resa.
"Bisa bicara sebentar Bu Rani?" Ucap ibu Gema takut-takut. Karena ia tidak ingin membuat ibu Resa tersinggung.
"Iya bisa, ada apa ya?" Ucap ibu Resa.
"Begini, bagaimana kalau saya yang melunasi hutang Bu Rani, dan kita nikahkan Gema dan Resa?" Ucap ibu Gema.
"Bu Rani kok tiba-tiba bilang begini ya?" Ucap ibu Resa.
"Saya tidak bermaksud apa pun, anak saya Gema jadi anak yang penurut sama saya sejak dia berteman sama Resa, jadi saya berpikir akan menikahkan mereka dan suami saya juga setuju,"
"Bu Laras, saya tidak bisa menjawab, karena saya juga bingung harus bagaimana," Ucap ibu Resa.
Ibu Resa berjalan pulang meninggalkan ibu Gema yang masih berdiri di sana. Ibu Resa pulang dengan suasana hatinya yang kacau.Resa tidur lelap diatas tikar dan selimut yang menutupi tubuhnya. Ibu Resa mengelus kepala dan pipi Resa.
"Maaf yah sayang, kita harus hidup seperti ini, ibu janji akan mencukupi mu. Sabar yah sayang." Ibu Resa akhirnya tidur di sampingnya sambil memeluk Resa dari belakang. Resa yang merasakan kehadiran ibunya membalas pelukannya.
"Ibu sudah pulang? Lama sekali?" Resa menatap ibunya lekat-lekat.
"Sudah malam, besok saja ceritanya." Jawab ibu Resa.
Resa bangun pagi-pagi sekali. Dia mencari seragam dan peralatan sekolahnya. Tanpa sarapan pagi Resa berangkat lebih awal kerena jarak sekolah dan rumah kostnya sangat jauh.
Ibunya hanya memberi Resa uang saku sebesar sepuluh ribu saja, sedangkan dulu Resa selalu mendapatkan uang jatahnya perbulan sebesar lima juta perbandingannya sangat jauh sekali.
Resa mulai jalan dan sesekali dia mengelap keringat yang ada di keningnya. Resa terus berjalan sambil berdoa 'Tuhan hidup seperti apa yang ia harus jalani?' Resa tetap berjalan tanpa menghiraukan setiap mata yang memandangnya.
Ayah Resa adalah pebisnis yang sangat baik, karena tertipu ayahnya harus bangkrut dan mempunyai hutan dibeberapa bank dan rentenir. Sejak mengetahui kejadian itu Resa hanya bisa berharap, keadaan bisa baik seperti biasanya.
"Hei, lihat itu Resa kan? Katanya sih dia udah miskin sekarang, udah gak punya harta." Mendengar itu dari salah satu temannya Resa hanya bisa berdecak sebal dan marah. Dan sekarang seluruh teman-temannya tau kalau dia sudah miskin.
Resa mempercepat langkahnya menuju kelasnya. Dan pelajaran Fisikapun dimulai dengan beberapa sindiran dari temannya yang mengolok-olok dirinya.
"Dulu aja sombong pas kaya, sekarang miskin diem-diem aja? Hahahahahahahah." Jujur saja Resa tak pernah bersikap sombong seperti yang dimaksud teman-temannya.
Hati Resa rasanya sangat hancur sekarang. 'ada apa denganku sebenarnya?' batin Resa sambil menyeka air matanya. Hari ini benar-benar membuat Resa tak bisa berkata-kata lagi.
Hari ini mungkin kamu hancur
Tapi ketahuilah dunia tak perlu tau
Kesabaran mu akan berbuah manis
Dan lidah orang-orang yang menghina akan bungkam.
@mirandaalysia.
Pelajaran Fisika berakhir dengan harus membentuk kelompok untuk mengerjakan tugasnya. Resa berkelompok dengan Sasha, teman sekelasnya sekaligus sahabat karibnya.
"loh-loh, ngapain lo duduk di sini?" Sasha membentak Resa.
"kita mau ngerjain tugas sama-sama kan? Ayo kita kerjain." Sasha melotot.
"Astaga! Lo, bisa sadar diri gak? Temen-temen gue itu orang kaya! Dan gue udah gak mau temenan sama lo yang udah jadi gelandangan!" ucapan Sasha membuat hati Resa sangat sakit. Resa tak menyangka kalau Sasha akan berbuat seperti itu padanya.
Resa paham sekolahnya ini hanya diperuntukkan untuk orang-orang kaya saja, dan Resa bisa masuk di sini karena beasiswa yang diberikan oleh ketua yayasan sekolah, karena dulu ayahnya adalah pemilik tanah sekolahnya ini.
"Sasha, kamu kenapa bilang kayak gitu?" sahut Maria.
"Bagaimana kalau kita, siram dia sama teh kita!" Maria mengucapkan itu sambil menuang segelas teh ke rambut Resa.
Gema mencari-cari Resa ke seluruh ruangan dan penjuru sekolah yang sering Resa lewati dan ia kunjungi, tetapi naas Gema tak Menemukan Resa. Tapi sedetik kemudian Gema teringat kalau dia belum ke kantin. Gema berjalan menuju kantin, Kantin sekolahnya benar-benar sangat ramai sekali sekarang.
"Eh, tuh anak orang mau diapain?" Gema menjinjit-jinjit berusaha melihat ada apa.
"Kasihan amat tuh cewek! Woy! Mau diapain!" Gema berfirasat sangat tidak enak sekali.
"Ada apa di sana?" tanya Gema kepada salah satu temannya.
"Itu sih, Resa di jadiin tontonan, Resa dibully sama Sasha." Gema sangat terkejut dan menerobos kerumunan siswa lainnya. Amarah Gema telah sampai puncaknya dengan melihat Resa yang di siksa oleh Sasha dan Maria. Gema menahan tangan Sasha yang hendak menarik Rambut Resa.
"Sekali lagi Lo sentuh dia! Lo punya urusan sama gue!" Sasha yang terkejut dengan kedatangan Gema langsung pergi berlari.
"Resa, kamu baik-baik aja kan?" Resa hanya tetap menangis.
"Resa ayo bangun aku bantu kamu." Gema mengangkat Resa tetapi Resa menepis tangan Gema.
"Gak usah sok! Memperhatikan aku! Kalau ujungnya kamu sama kayak Sasha dan Maria!" Resa berlari keluar sekolah sambil menangis dan Gema hanya bisa melihat punggung Resa menjauh.
Di sisi lain ibu Resa sedang mencuci pakaian tetangganya agar mendapatkan uang. Tidak hanya Resa, ibunya juga mendapat sindiran dan perkataan yang tak seharusnya ia dengar dari beberapa warga kampungnya.
"Ih, Bu Rani sekarang kok jadi tukang cuci baju sih, dulukan Bu Rani selalu shoping-shoping kalau udah sabtu malam minggu gini." Tanya salah satu warga.
"Iya, suami saya sakit dan saya yang harus menggantikan untuk bekerja." Ibu Resa tetap tabah.
"Oh, gitu yah Bu, kasihan deh, miskin lagi, hahahaha." Ibu Resa hanya bisa menatap lawan bicaranya ini.
"Yaudah, saya lanjut mau shoping-shoping ke mall Bu Rani di sini aja, bersikan rumah saya." Hati ibu Resa hancur sekarang. Dia tak pernah membenci dan mencela siapa pun disaat dia kaya lalu kenapa sekarang jadi banyak membencinya. Ibu Resa hanya mendapatkan uang sebesar lima puluh ribu saja setiap harinya.
Dan itu membuat kacau sekolah Resa karena menjelang kegiatan Ulangan akhir semester harus membayar sebesar lima ratus ribu . Ibu Resa hanya mengelus dadanya dan berdoa kepada Tuhan agar dia dapat menyekolahkan Resa sampai universitas. Ibu Resa kembali pulang ke rumah siang harinya. Ia merawat ayah Resa. Dan menyuapinya makan.
Ibu Resa menjadi sangat khawatir karena kesadaran ayah Resa menurun. Ia memanggil warga untuk membantunya. Dan dilarikan ke klinik terdekat.
"Ibu maaf, klinik saya tidak mempunyai obat dan alat yang mewadahi untuk penyakit bapak ini. "
"Dokter, lakukan sesuatu dok, suami saya harus sembuh." Air mata turun dengan bebas dari mata Ibu Resa. Dokter kembali memeriksa ayah Resa. Dan naas ayah Resa tidak bisa diselamatkan lagi.
Ibu Resa yang mendengar itu langsung masuk ke dalam klinik melihat suaminya yang sudah tidak bernyawa.
"Romi! Bangun Romi! Resa dan aku masih membutuhkan dirimu! Romi bangun!" Isak tangisnya tak berhenti. Dan para warga membantu untuk mengkreasikan jenazah ayah Resa.
Resa berlari sangat kencang menjauhi sekolah, ia duduk di sebuah taman dekat sekolahnya. Dengan baju yang berbau teh dan lengket ini Resa menangis. Tangisan Resa mangundang banyak tatapan mata sinis orang-orang. Salah satu warga kampung Resa menghampirinya.
"Dek Resa kok di sini? Kenapa nggak pulang." Resa mengelap air matanya lalu tersenyum.
"Tidak apa-apa Bu." Ibu itu sangat menyuruh Resa untuk pulang karena ia tak sanggup jika harus memberitahu, bawah ayahnya sudah tak ada di dunia ini. Resa jalan dengan lesu menuju rumah kost-nya. Resa sangat bingung kenapa ramai sekali orang di rumahnya.
Jantung Resa berdetak lebih kencang dari biasanya. Betapa hancurnya hati Resa kini. Seolah-olah dunianya telah berakhir sampai di sini. "Ayah!" Teriak Resa. Ibu Resa memeluk anaknya itu kuat-kuat.
Seseorang yang membuat hariku berwarna telah pergi.
Pergi jauh dan ku tak bisa menggapainya.
Duniaku yang penuh kesenangan berubah dengan Isak tangis.
Kini hanyalah bayangan darinya yang ada.
@mirandaalysia.
Resa menatap batu nisan ayahnya dan hanya bisa berdoa sambil menangis. Lidahnya ingin teriak. Matanya mengalir air hingga satu. Gema menggenggam tangan Resa.
"Resa kamu harus bisa menerima kenyataan ini. Meskipun rasanya tidak mungkin. Tapi kamu harus kuat." Resa menangis diperlukan Gema. Gema yang melihatnya tak sanggup untuk menyeka air matanya sendiri.
"Yah, bapaknya udah mati! Jadi gelandangan banget yah sekarang." Sindiran Sasha ini membuat Resa risih.
"Hahahaha, paling nanti juga dikeluarkan dari sekolah! Kan udah miskin!" Maria ikut-ikutan. Resa sudah tidak bisa menahan emosinya. Resa mendorong Sasha dan Maria hingga mereka terjatuh.
"Ternyata mulut kalian belum di sekolahin yah! Bodoh!" Teriak Resa. Resa pergi menjauh tapi Sasha memukul kepala Resa dari belakang menggunakan botol minumnya. Resa. Memegang kepalanya yang sakit.
'Kalian benar-benar keterlaluan.' Batin Resa. Resa bangun dan menarik rambut Sasha dan Maria bersamaan. Mereka kesakitan dan berteriak. Sasa membenturkan kepala Resa ke tembok. Dan Resa membalas dengan menendang perut Sasha. Maria yang melihat ini melotot dan menarik rambut Resa.
Tak lama kemudian guru-guru datang. Langsung memproses Resa, Sasha, dan Maria. Mereka dibawa diruang guru. Untungnya waktu Resa melawan Sasha tak ada yang melihat jadi kedua orang tua Sasha dan Maria dipanggil oleh pihak sekolah.
Gema yang khawatir karena mendengar Resa bertengkar. Ia menunggu di depan kantor guru hingga Resa keluar.
"Resa!" panggil Gema. Resa langsung menghampiri Gema.
"Ada apa? Kok kamu berantakan?" Resa hanya bergeming.
"Resa katakan padaku ada apa?" Resa menarik Gema keluar halaman sekolah.
"Sasha dan Maria memukulku tadi dan aku membalasnya mereka juga menghina aku." Jawab Resa tak kuasa menahan tangisnya, akhirnya Resa menangis lagi.
Saat pulang sekolah, Resa bertemu dengan beberapa warga yang menatapnya tak suka. Ibu Resa juga belum pulang. Resa sangat lapar sekali hari ini, karena sejak kemarin malam Resa tak makan apa pun.
"Resa? Kamu sudah pulang?" Resa menatap ibunya.
"Iya Bu, Resa lapar, Resa ingin makan." Ibu Resa bingung akan menjawab apa. Karena dia belum membeli apa pun untuk makan siang.
"Sebentar yah nak, ibu akan membelikan mu telur dan beras." Mendengar itu Resa marah kepada ibunya.
"Ibu? Aku ini sudah lapar dan ibu bilang belum masak! Aku ini anakmu seharusnya ibu memperhatikan kebutuhanku!" teriak Resa pada ibunya.
Semenjak ayahnya meninggal perilaku Resa berubah Resa selalu mengadu pada ibunya jika teman temannya mencibirnya. Lalu memarahi ibunya karena ibunya tidak bisa menghasilkan uang dengan benar.
Resa melihat tanggalan di kamarnya. Sekarang adalah tanggal 13 Februari dan besok adalah hari ulang tahunnya.
"Ibu besok adalah hari ulang tahunku dan juga sekaligus hari Valentine. Jangan lupa untuk mempersiapkan kue ulang tahun dan cokelat ya buat Resa." Pinta Resa.
"Resa, sepertinya ibu tidak bisa membelinya untukmu. Ibu sudah tidak punya uang lagi." Resa marah dan keluar rumah. Resa bertemu dengan Gema yang sedang bermain layangan.
"Gema!" teriak Resa. Gema menghampiri Resa. "kamu di sini? Tumben kok gak bantu ibumu?" tanya Gema.
"Biarin yah, dia kerja sendiri, gue capek Gema, jadi orang miskin kayak gini." Ucap Resa dengan ketus dan tidak melihat ke arah Gema.
"Kamu kok berubah sih? Bukan Resa yang aku kenal." Resa menyilangkan kedua tangannya di perutnya.
"Maksud kamu apa? Aku gak ngerti?" Gema mengerti keadaan Resa, ini adalah masa tersulitnya.
"Kenapa sekarang kamu melawan ibumu?" tanya Resa.
"Aku udah nurut kok Gema, ibu aku aja yang kurang bersyukur punyak anak kayak gue." Resa berjalan menjauh dari Gema.
'Ibu sama Gema itu sama-sama egois ternyata. Mana mungkin aku harus hidup susah-susah' batin Resa. Resa tak pernah terima lagi jika teman-temannya mengata-ngatai dirinya lagi. Resa sangat kesal sekali hari ini benar-benar kesal. Ibu dan Gema sekarang sangat menyebalkan.' Batin Resa.
Resa menunggu ibunya, kenapa sangat lama sekali tak pulang ke rumahnya sejak pagi? Resa sudah membayangkan kue ulang tahun yang lezat dan cokelat manis yang akan disantapnya besok. Di sisi lain, Ibu Resa tengah bekerja dengan keras untuk membelikan Resa kue ulang tahun dan cokelat.
Ibu Resa bekerja dengan cepat dan itu membuatnya kelelahan. Ibu Resa mencuci dan menyetrika baju orang dari rumah satu ke rumah yang lainnya. Sekarang ibu Resa hanya memperoleh uang sebesar ribu saja,'jika aku membelikan Resa roti yang agak besar, besok aku dan Resa tidak bisa makan.' Batinnya.
Sepulangnya dari Bekerja ibu Resa langsung pergi ke toko kue.
"Bu, harga kue ini berapa yang ada patung Barbienya?"
"Oh, ini seratus lima puluh ribu." ibu Resa mengerutkan dahinya.
"Kalau yang bundar cokelat ini berapa?"
"Ini hanya seratus ribu."
"yah sudah, saya ambil yang ini saja."
Ibu Resa pulang ke rumah dengan harapan Resa tak lagi marah padanya, dan bisa merayakan malam ulang tahun sekaligus hari kasih sayang bersama-sama.
Resa yang di rumah menunggu ibunya tak kunjung pulang sekarang sudah pukul 7 malam. 'kemana saja ibu ini?' batinnya. 'Apa dia sudah membeli kue ulang tahun dan cokelat untukku?' batinya lagi dan lagi.
Hanya roti ulang tahun dan cokelat yang Resa pikiran, ia sama sekali tidak memikirkan bagaimana keadaan ibunya saat ini. Tak lama kemudian pintu rumah Resa terbuka.
Dengan senyuman hangat ibu Resa memberikan kue ulang kepada Resa lengkap dengan lilin yang menunjukkan angka 17 tahun.
"Resa, selamat ulang tahun yah sayang." Ibu Resa memeluk Resa dengan sangat tulus sekali.
"Iya, terimakasih bu, tapi di mana kado dan cokelat ku?" mendengar itu ibu Resa kaget.
"Sayang, maaf yah ibu hanya bisa membelikanmu ini." Mendengar jawaban seperti itu Resa langsung marah kepada ibunya.
"Ibu bekerja dari pagi hingga malam cuman bisa belikan Resa kue ulang tahun bulat ini aja? Gak ada yang spesial lagi?" Resa menatap mata ibunya lekat-lekat.
"Resa, ibu akan belikan yang kamu mau besok lagi, sekarang kamu tiup lilin dulu dan makan rotinya." Jawab ibu Resa berharap anaknya ini tenang. Resa meniup lilin dan memotong kue nya.
"Roti apa ini Bu? Kenapa rasanya gak enak gini?" Resa memuntahkan roti yang ada di mulut nya itu.
"Rotinya enak kok sayang."
"Ibu sekarang sudah tidak sayang lagi sama Resa, Resa kecewa." Resa lari keluar rumah dan ibunya mengejarnya. Ibu Resa beberapa kali meneriaki namanya tapi Resa tak menghiraukannya.
Tanpa Resa sadari, Resa berlari ke arah jalan raya.
"Resa!!!!" Teriak ibu Resa.
Brakk!!!
Resa tergeletak bercucuran darah di kepala dan kakinya. Hati ibu Resa hancur seketika. Ibu Resa dibantu orang yang menabrak Resa membawa sang anak ke rumah sakit. Segera mungkin. Ibu Resa tak hentinya menangis.
Meskipun aku tidak memiliki harta dan benda
Aku mempunyai rasa sayang yang sangat dalam
Mungkin kamu tidak merasakannya dengan baik
Tapi suatu saat kamu akan tau, siapa yang mencintaimu dan menyayangimu
@mirandaalysia
Perlahan Resa membuka matanya. Kepalanya sangat pusing. Pandangannya kabur dan tak jelas. Dan lama-kelamaan menjadi gelap. Resa merasakan sakit di pinggangnya.
"Ibu? Kenapa kok gelap yah? Resa gak bisa liat apa-apa?"
Gema dan ibu Resa tercengang saat Resa melontarkan kalimat itu dari mulutnya.
"Coba Resa pejamkan dulu matanya, mungkin kamu pusing jadinya gitu." Ucap ibu Resa seraya memeluk Resa.
"Ibu, aku tetap tidak bisa liat apa-apa Bu! Apa aku buta?" Resa menangis sejadi-jadinya. Ibu Resa hanya bisa menatap Resa dengan kebingungan.
"Sabar yah sayang, ibu akan panggil dokter dulu." Ibu Resa berlari keluar dan masuk ke ruang dokternya Resa.
Gema yang melihat Resa menangis dan kesakitan tidak bisa menahan air matanya juga.
"Resa, kuatkan dirimu," ucap Gema. Dan dokter masuk ke ruang rawat inap Resa, setelah itu Resa disuntik pembius dan dia akhirnya tertidur.
"Nyonya, Resa membutuhkan donor mata dan hati, karena kecelakaan kemarin itu, membuat beberapa organ tubuh Resa tidak seimbang sehingga organ tubuhnya mengalami kerja dengan cepat dan mengalami beberapa pendarahan, Resa harus segera dioperasi," ucap dokternya.
"Dokter saya bersedia mendonorkan mata dan hati saya untuk Resa, asalkan anak saya selamat," ucap ibu Resa. Gema yang mendengar itu terkejut.
"Tante, Resa sudah kehilangan ayahnya, jika Tante melakukan donor mata dan hati Tante ke Resa lalu bagaimana dengan keadaan Tante?" tanya Gema.
"Gema, kamu adalah sahabat Resa yang sangat baik, kamu bisa menjaga Resa dan melindungi dia, Tante titip Resa ke kamu yah Gema," ucap ibu Resa sambil menangis terisak.
Sebelum operasi dimulai ibu Resa menulis surat untuk Resa.
Resa sayang, ibu sangat mencintai dan menyayangi mu. Maafkan ibu dihari ulang tahun dan Valentine mu tahun inj, ibu tidak bisa memberikan kue ulang tahun dan cokelat yang kamu mau. Dan sekarang ibu hadiahkan mata dan hati ibu untuk kesembuhan Resa. Resa harus sembuh dan sehat lagi,Resa harus bersama Gema, ia akan menjagamu, setelah ibu meninggal, kamu juga harus mandiri Resa, dan ibu yakin kelak kamu akan meraih cita-citamu ibu akan selalu mendoakan kamu, dan temuilah nenek mu di Jakarta jika kamu membutuhkan sesuatu...
Love, ibu.
Gema yang membaca surat itu sangat tidak tega, di dalam hati Gema bersumpah akan menjaga dan melindungi Resa dengan baik. Operasi dimulai pagi hari. Gema dan kedua orang tuanya datang ke rumah sakit. Gema yang tidak tenang, ia terus melihat ke arah lampu Operasi dan berharap Resa dan ibunya bisa selamat. Hingga beberapa saat kemudian, Pintu ruang Operasi perlahan terbuka dan kedua orang tuanya langsung berbicara dengan dokter.
"Bagaimana dokter apa operasinya berhasil?" ucap ibu Gema.
"Operasinya berjalan dengan lancar, Resa baik-baik saja dan akan segera pulih," jawab dokter.
"Lalu bagaimana dengan ibunya Resa dokter?" ucap Gema.
"Maafkan saya, saya tidak bisa menyelamatkan keduanya,"ucap dokter itu dengan raut menyesal.
Gema dan ibunya menangis. Mereka tidak tau harus berkata apa nanti kepada Resa saat nanti ia sadar. Ibu Resa di makamkan dekat rumah Gema. Dan Gema yang menunggu Resa di rumah sakit. Saat malam hari Resa baru sadar.
"Gema," ucap Resa. Gema yang mendengarnya langsung bangun.
"Iya Resa? Apa kamu baik-baik saja?" ucap Gema sambil memegang tangan Resa.
"Aku baik-baik saja, di mana ibuku Gema? Kenapa aku tidak melihatnya?" ucap Resa. Gema yang bingung harus menjawab apa. Akhirnya ia memberikan surat yang ditulis oleh ibu Resa. Setelah membaca Resa menangis tersendu-sendu.
"Gema ibuku! Ibu! ibuuuu," ucap Resa.
"Resa, aku akan menjagamu mulai sekarang, dan kamu akan tinggal bersama keluargaku, kamu tidak perlu takut," ucap Gema dan langsung memeluk Resa erat.
"Terima kasih Gema, kamu telah menjadi teman sekaligus sahabat yang sangat baik padaku," ucap Resa. Dan ia tersenyum.
"Sekarang aku sadar Gem, ibuku adalah orang yang sangat aku cintai," Ucap Resa.
"Jadi kamu tidak mencintaiku?" Ucap Gema. Resa terkejut Gema berkata seperti itu.
"Kamu ngomong apa sih?" Ucap Resa, kemudian Mereka tertawa bersama.
****
Hayo Bagaimana?
Jangan lupa vomment ya~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top